Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi Jalan Menuju Kesenangan "Hedon" dalam Etika Epikuros

2 September 2022   16:41 Diperbarui: 2 September 2022   16:47 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: para filsuf Yunani sedang berdiskusi | sumber: Kristianwan.com

Manusia adalah makhluk peziarah yang rumit. Dikatakan peziarah karena setiap manusia selalu mencari makna dalam kehidupan ini. Peziarahan manusia tidak hanya melulu soal pencapaian pasangan hidup, kehidupan yang enak atau mewah, juga tidak hanya soal bagaimana mencari pekerjaan yang baik. lebih dari itu semua, ada satu persoalan yang selalu menjadi pertanyaan semua manusia yakni tentang tujuan hidup ini.

Dalam pembahasan kali ini penulis mencoba untuk mengulas kembali hasil dari refleksi para filsuf terdahulu tentang tujuan hidup manusia. Menurut Epikuros seorang filsuf Yunani tujuan hidup setiap orang adalah untuk mencapai kebahagiaan. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana mencapai kebahagiaan? Apa arti kebahagiaan menurut Epikuros?

Epikuros dalam buku Sejarah Filsafat Yunani yang ditulis oleh Prof. Dr. K. Bertens mengatakan bahwa jalan untuk menuju kebahagiaan adalah dengan jalan kesenangan "hedon". Kita tidak mesti berprasangka buruk terlebih dahulu. Sebab yang dimaksud oleh Epikuros agar kita mencapai kebahagiaan setiap manusia harus mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.

Menghindari ketidaksenangan bukan juga berarti selalu mencari kesenangan sebanyak-banyaknya. Semisal kita menyukai pakaian tertentu karena suka akhirnya kita membeli begitu banyak hingga akhirnya barang itu menumpuk dan tidak terpakai. 

Selain merugikan diri sendiri sikap seperti itu juga menimbulkan budaya konsumtif serta pemborosan. Atau seperti ketika melihat makanan kesukaan kemudian membeli sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan nafsu atau hasrat kita.

Epikuros membatasi" hedone" dengan dua cara. Cara pertama yang ditawarkan adalah kesenangan yang diam. Menurutnya adalah lebih baik jika kita memilih suatu keadaan yang puas dan mantap, ketimbang kesenangan yang sedang bergerak. 

Contoh kesenangan yang sedang bergerak adalah ketika kita sedang menikmati makanan yang enak. Kedua, adalah lebih baik kita memilih kesenangan rohani ketimbang kesenangan badani. Contoh ketika kita sedang mendengarkan musik yang amat bagus.

Mengetahui jalan menuju kesenangan yang disampaikan oleh Epikuros terkesan negatif. Epikuros sendiri menganjurkan kepada para pengikutnya agar menjauhi semua hal yang mengakibatkan kesusahan termaksud di dalamnya menjauhi perkawinan sekiranya itu merepotkan. 

Selain itu juga, mereka berusaha untuk menjauhi dunia politik dan jabatan publik.  Hal ini sama sekali berbeda dengan pandangan hidup Stoisi yang lebih menekankan untuk aktif dalam kehidupan politik.

Baca juga: Kebaikan Tertinggi

Para Epikurian mempunyai jargon yang terkenal dalam kalangan mereka yakni "Hiduplah tersembunyi"

Walaupun memiliki semboyan hidup tersembunyi menurut para Epikurian hidup dalam masyarakat semestinya harus membawa dampak positif bagi lingkungan atau setidaknya jangan sampai merugikan orang lain. Karena dengan demikian menurut mereka apa yang dilakukannya itu tidak merugikan mereka juga. Seperti sebuah ungkapan populer yang mengatakan "jikalau kamu tidak ingin disakiti maka jangan menyakiti orang lain".

 Refleksi atas pemikiran Epikuros

Kebahagiaan sebagai tujuan hidup manusia merupakan pencarian hidup manusia yang tiada habisnya. Bahkan alih-alih pun yang telah  mengklaim telah menemukan jalan menuju kebahagiaan sebagai kebenaran yang definitif masih diperdebatkan hingga saat ini. Seperti jalan menuju kebahagiaan yang telah disampaikan oleh para filsuf terdahulu. Hal ini menunjukkan bahwa jalan menuju kebahagiaan adalah peziarah hidup manusia sepanjang hayatnya.

Saya memuji apa yang diutarakan oleh kaum Epikurian. Apalagi cara untuk membatasi kesenangan menurut saya sangat baik untuk jadi bahan discerment  bagi setiap manusia dalam mengejar kebahagiaan. Adalah lebih baik memilih kesenangan yang diam dari pada kesenangan yang bergerak dan lebih baik kesenangan rohani dari pada kesenangan badani.

Pendapat dari kaum epikurian ini jika dikaitkan dengan sama sekarang sangatlah religius. Sebab mereka juga menyebutkan kesenangan rohani adalah lebih baik dari pada badani.  Menurut saya cara pandang ini dapat menjadi bahan refleksi bagi siapa saja dalam peziarahan menuju kebahagiaan.

 Namun yang menjadi kelemahannya adalah dalam mengejar kebahagiaan dengan jalan kesenangan Epikuros menunjukkan kesan yang negatif dan egositik. Apa yang dicapai lebih pada pemuasan pribadi. Kebahagiaan yang dikejar tidak sampai pada apa yang disebut dengan kebaikan bersama dan kesejahteraan masyarakat. Bahkan yang lebih ekstrem Epikuros melarang pengikutnya untuk menikah jika itu merepotkan.

 Walaupun begitu gagasan Epikuros menurut penulis patut mendapat perhatian bagi setiap orang dalam peziarahan hidupnya.  Bahwa kebahagiaan sebagai tujuan hidup merupakan keadaan seimbang yang tetap baik dari jiwa maupun dari tubuh. Epikuros mengerti kesenangan sebagai tiadanya ketidaksenangan yang mencapai suatu keadaan diam ( tidak bergerak)

Sumber : Buku Sejarah Filsafat Yunani oleh Prof. Dr. K. Bertens

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun