Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengubah Kemiskinan Menjadi Kekayaan yang Dibagikan

14 November 2021   15:48 Diperbarui: 14 November 2021   15:49 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu 14 November 2021 merupakan hari orang miskin sedunia.  Hal ini ditetapkan oleh Paus Fransiskus pada empat tahun silam dalam surat apostolik "Misericordia et Misera" yang diterbitkan pada 20 November 2016. 

Sehingga  setiap pekan biasa ke-33 dalam kalender liturgi Gereja, Vatikan diperingati sebagai "Hari Orang Miskin Sedunia".  Paus Fransiskus menganjurkan agar seluruh orang Kristen dapat saling membantu dan menjadikan kelemahan sebagai kekuatan untuk melanjutkan perjalanan hidup, mengubah kemiskinan menjadi kekayaan untuk dibagikan.

Mengikuti seruan Paus Fransiskus para frater Seminari Tinggi San Giovanni xxiii melaksanakan aksi peduli orang miskin dengan membagikan nasi kotak. 

Seperti minggu lalu, setiap unit dibagi per-wilayah untuk membagikan nasi kotak  di daerah kota Malang  kepada orang-orang yang sungguh membutuhkan seperti orang gila, anak jalanan, orang timpang dan orang kurang mampu. Hari ini unti kami mendapatkan jatah 30 kotak untuk dibagikan di daerah sekitar pasar Dinoyo.

Pada awalnya saya merasa kegiatan ini kurang efektif karena memberi orang makan sama saja seperti memanjakan mereka. Saya ingat dengan pepatah cina kuno yang mengatakan bahwa jika kita ingin menolong orang lain, jangan diberi ikan, tetapi berikan pancingnya, karena pancing lebih baik daripada memberi ikannya. 

Awalnya saya sangat setuju dengan pepatah ini, jika kita memberi ikan, nanti orang yang kita tolong keenakan dan tidak mau berusaha maka kita harus beri pancing agar dia berusaha.

Pepatah cina kuno ini memang benar tetapi hanya berlaku dalam suatu sikon tertentu. Sebab jika ada orang yang sangat kelaparan mana mungkin kita memberikan pancing sebab pada saat itu dia sangat membutuhkan makanan bukan pancing. Apalagi tidak semua orang dapat menggunakan pancing yang kita beri, seperti orang gila atau orang timpang. 

Beberapa kali kami menemukan orang gila saat membagikan nasi kotak walau dalam hati ada ragu dan takut tetapi mereka mau juga menerima pemberian kami dan itu sungguh suatu kesempatan yang sangat membahagiakan dapat memberi kepada orang sungguh sangat membutuhkan.

Orang-orang yang memberi pertolongan menggunakan pancing mungkin merasa sudah berjasa telah memberi pertolongan, tetapi terkadang justru memberi masalah baru bagi mereka, orang yang sangat membutuhkan makanan Anda beri pancing bisa saja dia akan semakin lemah dan banyak kehilangan energi karena harus berusaha dan menunggu sampai dapat ikan itu pun ikannya belum bisa langsung dimakan padahal pada saat itu dia sungguh sangat lapar dan sangat membutuhkan makanan, orang yang pernah merasakan kelaparan yang luar biasa tentu memahami apa yang sangat maksud.

Apa yang saya sampaikan ini tidak juga menegaskan bahwa memberi ikan adalah lebih baik dari pada memberi pancing. Saya teringat dengan kata Sang Guru sejati bahwa dalam Mat 25:40 "... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaraku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku". Dengan memberi kepada orang yang paling hina menurut pandangan Kristiani telah melakukannya untuk Tuhan. Ini adalah ungkapan cinta dan rasa syukur serta pengabdian kepada Tuhan.

Melalui artikel ini mungkin ada  teman-teman mahasiswa yang peduli dengan orang miskin yang ada di Malang. Mari kita menjadi manusia bagi manusia yang lain dengan memberi mereka ikan untuk makan sehari lalu kita ajari mereka memancing ikan agar dapat memberi mereka makan untuk selamanya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun