Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[perspektiflain] "Tinggal Gunting, Kasih Air Panas, Minum" dan Pertanyaan yang Tak Boleh Kita Abaikan

3 Oktober 2025   20:52 Diperbarui: 3 Oktober 2025   20:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tinggal Gunting, Kasih Air Panas, Minum" dan Pertanyaan yang Tak Boleh Kita Abaikan

"Tinggal Gunting, Kasih Air Panas, Minum", kata-kata ini begitu menggoda: praktis, cepat, seolah menjawab semua tuntutan hidup modern. Tapi di balik kemudahan itu, terselip pertanyaan yang tak boleh kita abaikan, terutama jika kita peduli pada kesehatan jangka panjang: Apa yang sebenarnya kita konsumsi ketika kita memilih "tinggal gunting" itu?

Memang benar, banyak kopi sachet (dan produk instan lainnya) mengandung bahan tambahan: pemanis buatan (seperti aspartam atau sakarin), perisa sintetis, pengemulsi, pengental, dan kadang pengawet. Beberapa di antaranya telah lolos uji keamanan dalam dosis tertentu oleh lembaga seperti BPOM atau FDA. Tapi "aman dalam dosis kecil" tidak sama dengan "baik untuk dikonsumsi setiap hari selama puluhan tahun."

Kesehatan Jangka Panjang: Soal Akumulasi, Bukan Sekali Minum

Tubuh manusia bukan mesin yang bisa "reset" setiap hari. Ia adalah sistem biologis yang terus-menerus menyerap, menyimpan, dan memproses apa yang kita masukkan. Bahan kimia yang tampak "aman" dalam satu sachet bisa menjadi beban metabolik jika dikonsumsi rutin hari demi hari, tahun demi tahun.

Misalnya, pemanis buatan memang tidak mengandung kalori, tapi studi menunjukkan bahwa konsumsi jangka panjangnya dapat mengganggu mikrobioma usus, memengaruhi sensitivitas insulin, bahkan memicu keinginan makan berlebihan karena otak tetap "mengira" tubuh butuh energi. Sementara lemak nabati terhidrogenasi (sering ditemukan dalam krim bubuk instan) mengandung lemak trans, yang diketahui meningkatkan risiko penyakit jantung, peradangan kronis, dan gangguan metabolisme.

Ini bukan soal takut berlebihan. Ini soal kesadaran akan akumulasi. Seperti tetes air yang lama-lama mengikis batu, paparan harian terhadap zat-zat yang "boleh dikonsumsi" bisa mengikis kesehatan kita secara perlahan, tanpa gejala jelas di awal, tapi berdampak besar di usia 40, 50, atau 60.

(sumber gambar: tokopedia)
(sumber gambar: tokopedia)

Tapi... Apakah Semua Kopi Sachet Buruk?

Tidak juga. Di sinilah perspektif yang mencerahkan muncul: bukan semua yang instan itu berbahaya, tapi kita perlu jadi konsumen yang melek bahan.

Belakangan, muncul tren kopi sachet lokal premium yang justru mengisi celah ini. Mereka menggunakan bubuk kopi asli 100%, dikemas dalam sachet ramah lingkungan, tanpa gula, tanpa perisa, tanpa pengawet. Labelnya bisa dibuat sederhana sederhana seperti ini: "Kopi Arabika Flores, single origin, medium roast." Prosesnya: biji dipanggang, digiling halus, lalu dikemas, selesai. Tidak ada "tinggal gunting" yang menipu; ini "tinggal seduh" yang jujur.

Inilah revolusi diam-diam dari dalam industri: kemudahan tidak harus dikorbankan demi kesehatan, dan kesehatan tidak harus berarti ribet. Teknologi pengemasan modern memungkinkan kopi alami tetap segar dalam sachet, tanpa perlu bahan kimia tambahan, cukup dengan nitrogen flushing atau kemasan kedap udara.

Pilihan yang Memberdayakan, Bukan Menakut-nakuti

Perspektif yang mencerahkan bukanlah: "Jangan pernah minum kopi sachet!"
Tapi: "Pahami apa yang kamu minum, dan pilih sesuai nilai yang kamu junjung."

Jika kamu sedang di perjalanan, kelelahan, dan butuh dorongan cepat, sachet biasa mungkin sah-sah saja. Tapi jika kamu minum kopi setiap pagi sebagai ritual, sebagai bagian dari gaya hidup, mengapa tidak memilih versi yang mendukung tubuhmu dalam jangka panjang?

Pertanyaan sederhana yang bisa kamu ajukan sebelum membeli: Apakah daftar bahan di kemasan bisa aku baca dan pahami? Apakah aku mengenali semua bahan itu sebagai makanan, bukan rumus kimia? Apakah produsennya transparan tentang asal biji dan prosesnya?

Jika jawabannya "ya", maka "tinggal gunting" itu bukan lagi jebakan kesehatan, tapi bentuk kemudahan yang bertanggung jawab.

Penutup: Kemudahan yang Berakar pada Kesadaran

Hidup modern memang menuntut kecepatan. Tapi kita tidak harus membayar kemudahan itu dengan kesehatan masa depan. Dengan sedikit kesadaran, sedikit literasi label, dan dukungan terhadap pelaku UMKM lokal yang jujur, kita bisa memiliki keduanya: praktis tanpa khawatir, enak tanpa dosa tersembunyi.

Jadi, lain kali kamu lihat sachet kopi, jangan hanya lihat kemudahannya, lihat juga niat di balik kemasannya.
Karena pada akhirnya, kesehatan jangka panjang bukan dibangun dari satu keputusan besar,
tapi dari ribuan pilihan kecil yang konsisten, seperti cara kita memilih secangkir kopi di pagi hari.


Untuk mereka yang percaya: praktis boleh, asal jujur.

Referensi:
[1] Suez, J., et al. (2014). Artificial sweeteners induce glucose intolerance by altering the gut microbiota. Nature.
[2] Mozaffarian, D., et al. (2006). Trans fatty acids and cardiovascular disease. New England Journal of Medicine.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun