Perspektif yang mencerahkan bukanlah: "Jangan pernah minum kopi sachet!"
Tapi: "Pahami apa yang kamu minum, dan pilih sesuai nilai yang kamu junjung."
Jika kamu sedang di perjalanan, kelelahan, dan butuh dorongan cepat, sachet biasa mungkin sah-sah saja. Tapi jika kamu minum kopi setiap pagi sebagai ritual, sebagai bagian dari gaya hidup, mengapa tidak memilih versi yang mendukung tubuhmu dalam jangka panjang?
Pertanyaan sederhana yang bisa kamu ajukan sebelum membeli: Apakah daftar bahan di kemasan bisa aku baca dan pahami? Apakah aku mengenali semua bahan itu sebagai makanan, bukan rumus kimia? Apakah produsennya transparan tentang asal biji dan prosesnya?
Jika jawabannya "ya", maka "tinggal gunting" itu bukan lagi jebakan kesehatan, tapi bentuk kemudahan yang bertanggung jawab.
Penutup: Kemudahan yang Berakar pada Kesadaran
Hidup modern memang menuntut kecepatan. Tapi kita tidak harus membayar kemudahan itu dengan kesehatan masa depan. Dengan sedikit kesadaran, sedikit literasi label, dan dukungan terhadap pelaku UMKM lokal yang jujur, kita bisa memiliki keduanya: praktis tanpa khawatir, enak tanpa dosa tersembunyi.
Jadi, lain kali kamu lihat sachet kopi, jangan hanya lihat kemudahannya, lihat juga niat di balik kemasannya.
Karena pada akhirnya, kesehatan jangka panjang bukan dibangun dari satu keputusan besar,
tapi dari ribuan pilihan kecil yang konsisten, seperti cara kita memilih secangkir kopi di pagi hari.
Untuk mereka yang percaya: praktis boleh, asal jujur.
Referensi:
[1] Suez, J., et al. (2014). Artificial sweeteners induce glucose intolerance by altering the gut microbiota. Nature.
[2] Mozaffarian, D., et al. (2006). Trans fatty acids and cardiovascular disease. New England Journal of Medicine.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI