Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Debat Sengit di Warung Pak Juki, Kopi Sachet vs Kopi Bubuk

3 Oktober 2025   14:18 Diperbarui: 3 Oktober 2025   14:18 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri

Debat Sengit di Warung Pak Juki: Kopi Sachet vs Kopi Bubuk

Suasana warung kopi Pak Juki sedang ramai. Hari masih pagi, tapi asap rokok dan aroma kopi bercampur jadi satu, sementara para pelanggan duduk santai sambil menunggu pesanan. Tiba-tiba, dari balik meja, terdengar suara nyaring.

Kopi Sachet (dengan suara sok kekinian):
"Hai, konsumen setia! Gue Kopi Sachet Premium! Cuma 2 ribu, langsung ready to drink! Gak perlu mikir, gak perlu alat, cukup tuang, aduk, langsung mood booster! Gue juga ada varian cappuccino, mocha, bahkan matcha latte, eh, itu teh ya? Pokoknya gue fleksibel, praktis, dan selalu on trend!"

Pelanggan-pelanggan muda langsung mengangguk-angguk setuju sambil mengangkat sachet favorit mereka.

Tapi tiba-tiba, dari sudut meja kayu tua, terdengar suara berat dan berwibawa.

Kopi Bubuk (dengan suara seperti kakek bijak):
"Hem... anak muda zaman sekarang. Praktis katanya? Tahu gak, aku ini bubuk asli dari Bajawa! Digiling dari biji pilihan, disangrai perlahan, tanpa pengawet, tanpa gula palsu, apalagi vanilla essence abal-abal! Aku itu authentic, bukan autentik banget kayak kamu yang cuma modal klaim di kemasan!"

Kopi Sachet langsung terbakar emosi.
"Apaan sih, Om? Lu mah ribet! Mau minum kopi aja harus siapin grinder, kettle, timbangan, termos, bahkan scale! Gue? Cukup sobek, tuang, selesai! Bahkan bisa diminum sambil naik motor, multitasking level expert!"

Kopi Bubuk tertawa kecil sambil menyeruput dirinya sendiri (iya, dia bisa).
"Ribet? Itu namanya ritual, Nak. Minum kopi itu bukan soal cepat atau lambat, tapi soal rasa dan pengalaman. Setiap teguk bercerita tentang tanah vulkanik, hujan Flores, dan tangan petani yang bekerja sejak subuh. Kamu? Setiap tegukmu bercerita tentang... deadline kantor dan gaji belum turun, atau malah tentang sugar coating dari para asal bapak senang atau asal ibu senang yang suka cari muka, kayak muka mereka gak ada saja."

Beberapa pelanggan tertawa. Ada yang mulai ragu-ragu.

Kopi Sachet tak mau kalah.
"Tapi gue hygienis! Dikemas steril, gak kena debu, gak kena semut, gak kena... jari Pak Juki yang kadang lupa cuci tangan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun