Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[1] Siskamling Bukan Sekadar Ronda Malam

11 September 2025   07:00 Diperbarui: 11 September 2025   07:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seorang pencuri bisa masuk ke rumah tanpa ketahuan karena tak ada yang ronda, itu bukan kegagalan sistem keamanan, tapi kegagalan komunitas. Ketika anak-anak takut bermain di luar karena lingkungan terasa asing, itu bukan masalah infrastruktur, tapi masalah hubungan sosial yang renggang.

Siskamling, dalam bentuknya yang paling otentik, adalah vaksin sosial terhadap individualisme, ketidakpedulian, dan keterasingan modern. Ia mengajarkan bahwa keamanan bukan hanya soal kunci ganda atau pagar tinggi, tapi soal hati yang saling menjaga.

Solusi Bukan Mengganti, Tapi Memperkaya

Tentu, kita tak bisa memaksakan model ronda tahun 1980-an di era digital 2025. Tapi kita bisa memadukan. Teknologi boleh masuk (CCTV, aplikasi laporan warga, drone patroli) tapi jangan gantikan manusia. Jadikan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti jiwa.

Bayangkan: grup WhatsApp kampung yang aktif, tapi tetap ada jadwal ronda fisik seminggu sekali. Ada CCTV di gang, tapi tetap ada warga yang duduk di pos sambil ngopi dan ngobrol. Ada aplikasi pelaporan, tapi tetap ada pertemuan bulanan untuk evaluasi dan silaturahmi.

Penutup: Siskamling adalah Cermin Jiwa Bangsa

Menghidupkan kembali Siskamling bukan soal nostalgia. Ini adalah gerakan kultural, gerakan untuk mengembalikan jiwa komunitas, semangat gotong royong, dan kesadaran kolektif bahwa kita semua saling terhubung.

Kalau dulu kita bilang, "Awasi lingkunganmu!" sekarang saatnya kita berkata, "Rawatlah kebersamaanmu."

Karena keamanan sejati bukan datang dari kamera atau satpam, tapi dari hati yang saling percaya, tangan yang saling membantu, dan malam-malam yang dijaga bersama dengan tawa, kopi, dan cerita yang tak terlupakan.

Mari ronda lagi. Bukan karena takut maling tapi karena rindu pada rasa menjadi manusia bersama manusia lainnya.

"Pos ronda mungkin kecil, tapi di sanalah Indonesia yang sesungguhnya pernah hidup dan masih bisa hidup kembali."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun