Ritual Sederhana yang Menghadirkan Yang Ilahi
Bagaimana menerapkan spiritualitas meja makan dalam hidup modern?
Teresia dan Berthier tidak menuntut hal-hal besar. Cukup: Berdoa sebelum makan, meski pendek. "Terima kasih, Tuhan, untuk makanan dan kebersamaan ini." Duduk bersama, tanpa gadget, tanpa distraksi. Hadir secara fisik dan emosional. Dengarkan dengan hati, bukan hanya telinga. Di balik cerita anak tentang sekolah, mungkin ada kerinduan untuk dipahami. Dan bagi makanan dengan sukacita, bukan dengan kewajiban.
Seperti yang diajarkan Teresia: "Kesucian bukan di langit, tapi di tengah-tengah debu dapur dan tangisan anak."
Dan seperti kata Berthier: "Di mana ada cinta, di situ ada Allah. Dan di mana keluarga makan bersama dengan cinta, di situ meja makan menjadi altar."
Penutup: Meja Makan, Perjamuan Kecil yang Menggema ke Surga
Meja makan bukan hanya tempat perut kenyang. Ia adalah tempat di mana iman dihidupi, di mana kasih dibagikan, dan di mana Tuhan hadir dalam wajah-wajah yang kita cintai.
Santa Teresia dari Avila dan Pater Jean-Baptiste Berthier mengajak kita untuk melihat meja makan bukan sebagai rutinitas, tapi sebagai ritus spiritual. Karena di sanalah tempat roti dibagi, seperti Kristus membagi roti-Nya, tempat cerita dibagikan, seperti Roh Kudus yang berbisik dalam hati, dan tempat kasih diperlihatkan, seperti Bapa yang selalu menanti anaknya pulang.
Jadi, mulai satu Agustus ini, lihat meja makan bukan sebagai furnitur, tapi sebagai altarnya rumah, tempat perjamuan kecil yang menggema ke surga.
Karena di situlah, dalam sederhana, kita mengalami:
iman yang dibagi, harapan yang dihidangkan, dan kasih yang tak pernah habis.
"Makan bersama bukan sekadar tradisi. Ia adalah doa yang dimakan, kasih yang dikunyah, dan iman yang tumbuh dari suapan demi suapan."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI