Standar US$6,85 per hari dari Bank Dunia sering dikritik karena tidak mempertimbangkan variasi biaya hidup di Indonesia, misalnya antara Jakarta (biaya tinggi) dan Nusa Tenggara Timur (biaya rendah). Pendekatan seragam ini kurang relevan untuk negara dengan disparitas regional yang besar. Bank Dunia bisa menyesuaikan standar mereka dengan:
- Mengembangkan garis kemiskinan yang mempertimbangkan biaya hidup regional.
- Berkolaborasi dengan BPS untuk menciptakan tolok ukur yang lebih sensitif terhadap konteks lokal, misalnya dengan memasukkan data Susenas dalam analisis global.
Jalan Tengah: Kolaborasi, Bukan Dominasi
Daripada memaksa satu pihak untuk tunduk, solusi terbaik adalah kolaborasi. BPS dapat mempertahankan CBN untuk kebijakan domestik sambil mengembangkan indikator tambahan yang selaras dengan standar global. Sebaliknya, Bank Dunia dapat mengintegrasikan variabel lokal seperti biaya hidup regional dalam laporan mereka.Â
Pendekatan hybrid ini akan menghasilkan tolok ukur yang lebih inklusif, relevan, dan bermanfaat untuk kebijakan nasional maupun pelaporan internasional.
Kesimpulan: Menjembatani Global dan Lokal
Angka 171,8 juta dan 24,06 juta bukanlah kontradiksi, melainkan dua perspektif yang saling melengkapi: global dan lokal. Indonesia harus memanfaatkan keduanya dengan komunikasi publik yang jelas, kebijakan dua lapis, dan integrasi data yang kuat.Â
Alih-alih meminta BPS atau badan asing untuk tunduk, kolaborasi adalah kunci untuk menciptakan tolok ukur yang mencerminkan realitas Indonesia sekaligus mengejar standar global. Dengan langkah strategis ini, Indonesia dapat melangkah lebih pasti menuju pengentasan kemiskinan yang efektif dan berkelanjutan.
Referensi
- Badan Pusat Statistik. (2025). Memahami Perbedaan Angka Kemiskinan Versi Bank Dunia dan BPS. Diakses dari https://www.bps.go.id/en/news/2025/05/02/702/memahami-perbedaan-angka-kemiskinan-versi-bank-dunia-dan-bps.html.
- Indonesia Business Post. (2025). Mayoritas Penduduk Indonesia di Bawah Garis Kemiskinan Menengah Atas Bank Dunia. Diakses dari https://indonesiabusinesspost.com/4214/policy-and-governance/majority-of-indonesians-fall-below-upper-middle-income-poverty-line-world-bank.
- World Bank. (2025). Macro Poverty Outlook: Indonesia. Diakses dari https://www.worldbank.org/en/publication/macro-poverty-outlook.
- Badan Pusat Statistik. (2024). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2024. Diakses dari https://www.bps.go.id/id/publication/2024/12/18/profil-kemiskinan-di-indonesia-september-2024.html.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI