Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selepas Harkitnas: Merangkul Malam dalam Syukur dan Harapan

20 Mei 2025   22:08 Diperbarui: 20 Mei 2025   22:08 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Selepas Harkitnas: Merangkul Malam dalam Syukur dan Harapan

Senja telah lama merangkak pergi, meninggalkan Yogyakarta (atau kota tempatmu berada) dalam pelukan kelam malam yang penuh bisik. Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2025, yang diperingati setiap 20 Mei, telah menggema dengan semangat persatuan dan kebangkitan, mengingatkan kita pada tekad Boedi Oetomo untuk menyalakan jiwa bangsa.

Namun, selepas hiruk-pikuk peringatan, parade, dan refleksi kolektif, malam tiba sebagai sahabat yang lembut, mengundang kita untuk mengaso, bersyukur atas hari yang telah lewat, dan menenun harapan untuk fajar baru.

Di bawah tabir bintang, malam menjadi ruang suci untuk merenung, menghidupkan kembali semangat kebangkitan, dan mempersiapkan langkah esok dalam damai.

Malam: Pelabuhan Jiwa Selepas Senja

Senja yang melelahkan usai Harkitnas membawa aroma nostalgia dan semangat. Di Yogyakarta, lampu-lampu kota berkelip seperti kunang-kunang, menyapa mereka yang pulang dari perayaan atau diskusi tentang masa depan bangsa atau baru saja meninggalkan kampus selepas diskusi kelompok atau main teater kampus.

Di warung kopi sederhana di sudut kaki Merapi, secawan kopi tubruk menguarkan uap, menjadi teman para pekerja malam yang berbagi cerita tentang harapan mereka untuk Indonesia. Malam, dengan keheningannya, adalah pelabuhan jiwa - tempat untuk melepas lelah, menarik napas, dan bersyukur atas hari yang telah dilalui.

Di gang-gang sempit, seorang ibu duduk bersama anaknya, menceritakan kisah Boedi Oetomo dan semangat kebangkitan yang membakar jiwa pemuda dulu. Di trotoar Sudirman atau Kotabaru, seorang pedagang asongan menyapa pelanggan dengan senyum, meski tubuhnya letih usai seharian bekerja.

Malam mengajak kita berhenti sejenak, menatap langit, dan mengucap syukur -atas keberanian leluhur, atas persatuan yang masih terjaga, atas kesempatan untuk terus melangkah. Dalam sunyi, kita menemukan bahwa bersyukur adalah cara terbaik untuk mengaso, menenangkan hati setelah senja yang penuh makna.

Hypnagogia: Bisikan Malam untuk Kebangkitan

Malam bukan hanya waktu untuk beristirahat, tetapi juga untuk bermimpi. Di ambang tidur, dalam keadaan magis yang disebut hypnagogia -dunia antara sadar dan mimpi- pikiran kita menari bebas, menenun ide-ide yang mengguncang. Penelitian dari Neuroscience Letters (2018) menunjukkan bahwa hypnagogia, dengan gelombang otak alfa dan theta, memicu asosiasi bebas yang melahirkan wawasan kreatif.

Sejarah mencatat keajaibannya: Thomas Edison menemukan percikan inovasi dengan sengaja terbangun dari hypnagogia, Salvador Dal melahirkan karya surealis dari visi malam, dan Dmitri Mendeleev merancang tabel periodik dalam mimpi hypnagogik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun