Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Habemus PAPAM: Sorak IMAN dan PANGGILAN Baru

7 Mei 2025   01:00 Diperbarui: 6 Mei 2025   23:12 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi ketika akan diumumkan Paus terpilih, olahan GemAIBot, dokpri)

Habemus Papam: Sorak Iman dan Panggilan Baru

 (Katekese Seputar Pemilihan Paus 2)

“Habemus Papam!” - “Kami memiliki Paus!” - adalah seruan yang menggema di Lapangan Santo Petrus, menggetarkan hati umat Katolik di seluruh dunia. Kata-kata ini, yang diucapkan oleh Kardinal Protodeakon dari balkon Basilika Santo Petrus, menandai akhir Konklaf dan kelahiran sebuah babak baru dalam perjalanan Gereja.

Namun, lebih dari sekadar pengumuman, “Habemus Papam” adalah pernyataan iman: bahwa Roh Kudus telah membimbing Gereja untuk memilih seorang gembala baru, seorang pelayan Kristus yang akan memimpin umat menuju Allah.

Dalam refleksi ini, kita akan menyelami makna rohani, sejarah, dan panggilan yang terkandung dalam seruan “Habemus Papam,” sebagai katekese yang menginspirasi umat untuk menyambut Paus baru dengan hati terbuka.

 

Makna “Habemus Papam”: Tanda Kehadiran Allah

Ketika asap putih (fumata bianca) membubung dari cerobong Kapel Sistina, dunia menahan napas. Sorak sorai meledak di Lapangan Santo Petrus, dan lonceng Basilika berdentang, mengumumkan bahwa Konklaf telah menghasilkan Paus baru.

Momen puncaknya adalah ketika Kardinal Protodeakon muncul dan dengan penuh khidmat mengumumkan: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!” (“Saya mengumumkan sukacita besar: Kami memiliki Paus!”). Ia kemudian menyebutkan nama kardinal yang terpilih, nama kepausan yang dipilihnya, dan mengundang umat untuk menyambut gembala baru.

“Habemus Papam” bukan sekadar pengumuman administratif. Ini adalah tanda bahwa Gereja, meskipun terdiri dari manusia yang lemah, tetap dipimpin oleh Allah. Dalam iman Katolik, kita percaya bahwa Roh Kudus membimbing para kardinal dalam Konklaf untuk memilih seorang Paus yang sesuai dengan kehendak Allah.

Seruan ini mengingatkan kita pada janji Yesus kepada Petrus: “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Paus baru adalah penerus Petrus, dipanggil untuk menguatkan iman saudara-saudarinya (Lukas 22:32) dan menjadi tanda persatuan bagi Gereja universal.

Bagi umat katolik, “Habemus Papam” adalah undangan untuk bersukacita, berdoa, dan memperbarui komitmen kita kepada Gereja. Ini adalah saat untuk merenungkan bagaimana kita, sebagai anggota tubuh Kristus, dapat mendukung Paus baru dalam misinya untuk mewartakan Injil dan melayani dunia.

Sejarah “Habemus Papam”: Tradisi yang Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun