Paus Fransiskus: Gembala Sederhana yang Menyemai Kasih di Bawah Bayang Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI
Pada senja yang hening di Roma, ketika lonceng Basilika Santo Petrus berdentang lembut, dunia merenungkan perjalanan seorang gembala yang telah mengguncang hati umat dengan kasihnya yang sederhana namun mendalam. Jorge Mario Bergoglio, yang pada 13 Maret 2013 dinobatkan sebagai Paus Fransiskus, bukanlah sekadar pemimpin ke-266 Gereja Katolik. Ia adalah imam Yesuit dari Buenos Aires, seorang yang pernah menekuni kimia dan fisika, yang memilih nama Fransiskus untuk menghormati santo pelindung kemiskinan dan ciptaan.
Dengan kerendahan hati yang memikat, ia membawa Gereja menuju visi baru: Gereja yang mendampingi yang tersingkir, menjaga bumi, dan berjalan bersama dalam sinodalitas. Di balik langkahnya, ada pengaruh abadi dari Paus Yohanes Paulus II, sang peziarah global, dan Paus Benediktus XVI, teolog yang merajut iman dengan akal. Namun, Gereja Katolik tidak pernah bergantung pada satu pribadi, melainkan pada Roh Kudus yang menghidupinya. Warisan Fransiskus -melalui ensiklik, surat apostolik, sinodalitas, dan jejak pendahulunya- adalah lentera yang akan terus menerangi Gereja menuju masa depan penuh harapan.
Ensiklik: Nyanyian Kasih untuk Dunia yang Haus
Selama masa kegembalaannya, Paus Fransiskus menghasilkan tiga ensiklik yang menjadi pilar visinya, mencerminkan iman yang mencerahkan, kepedulian terhadap ciptaan, dan kasih yang mempersatukan. Ensiklik-ensiklik ini adalah nyanyian rohani yang menggema di tengah dunia yang penuh luka.
Pertama, Lumen Fidei (Cahaya Iman, 29 Juni 2013). Lahir dari kolaborasi unik dengan Paus Benediktus XVI, Lumen Fidei adalah meditasi tentang iman sebagai cahaya yang menuntun manusia kepada Allah. Menggemakan ensiklik Spe Salvi Benediktus dan semangat evangelisasi Yohanes Paulus II dalam Redemptoris Missio, Fransiskus menegaskan bahwa iman adalah anugerah yang menghubungkan kita dengan sesama, menjadi fondasi bagi sinodalitas yang mengajak Gereja mendengarkan bersama.
Kedua, Laudato Si' (Terpujilah, 24 Mei 2015). Terinspirasi oleh nyanyian Santo Fransiskus Assisi, Laudato Si' adalah seruan profetik untuk menjaga "rumah kita bersama." Dengan konsep "ekologi integral," Fransiskus mengaitkan krisis lingkungan dengan ketidakadilan sosial, mencerminkan ketajaman ilmiahnya sebagai mantan pelajar fisika dan keberanian Yohanes Paulus II dalam isu sosial (Centesimus Annus). Ensiklik ini menginspirasi gerakan global seperti Laudato Si' Action Platform, menjadikan Gereja pelopor keadilan iklim.
Ketiga, Fratelli Tutti (Semua Bersaudara, 3 Oktober 2020). Ditulis di tengah pandemi COVID-19, Fratelli Tutti adalah manifesto persaudaraan universal. Mengambil inspirasi dari dialog Santo Fransiskus dengan Sultan Malik al-Kamil dan Pertemuan Assisi Yohanes Paulus II, ensiklik ini menyerukan solidaritas melawan budaya "buang." Sejalan dengan sinodalitas dan kasih Benediktus dalam Deus Caritas Est, dokumen ini mengajak dunia untuk berjalan bersama sebagai saudara.
Ensiklik-ensiklik ini adalah lentera yang menerangi jalan Gereja, membawa warisan teologi Benediktus dan evangelisasi Yohanes Paulus II ke ranah pastoral yang inklusif, mengundang umat untuk hidup dalam kasih Kristus.
Surat Apostolik: Bisikan Rohani di Momen Kudus
Selain ensiklik, Paus Fransiskus menghasilkan sejumlah surat apostolik yang menandai momen-momen suci, mengajak umat merenungkan iman dengan hati terbuka. Berikut adalah daftar utama hingga April 2025, berdasarkan dokumen resmi Vatikan: