Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan Pendidikan di Sumba: Konflik Antara Budaya dan Akses Pendidikan

12 April 2025   21:49 Diperbarui: 14 April 2025   21:49 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: sumba-community.weebly.com)

Rendahnya tingkat pendidikan memiliki dampak negatif yang luas. Anak-anak yang tidak berpendidikan akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, memperburuk siklus kemiskinan, dan menghambat perkembangan sosial dan ekonomi daerah. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah daerah perlu memperbaiki atau meningkatkan infrastruktur pendidikan, terutama di daerah pedesaan, dan memberikan bantuan keuangan kepada keluarga miskin.

Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan perlu dilakukan terus menerus melalui sosialisasi program pendidikan masyarakat. Kolaborasi antara tokoh adat, masyarakat, dan pemerintah sangat penting dalam mencari solusi yang seimbang antara pelestarian budaya dan peningkatan pendidikan.

Pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan fasilitas sekolah. Pendidikan adalah hak dasar setiap anak, dan sangat penting untuk masa depan mereka dan masa depan Sumba. Dengan mengatasi faktor-faktor yang menghambat akses pendidikan, kita dapat membantu anak-anak Sumba meraih potensi mereka dan membangun masa depan yang lebih baik.

Potret Pendidikan dan Kemiskinan di Sumba

Pendidikan di Sumba menghadapi tantangan serius dan belum mendapatkan perhatian yang merata dari pemerintah daerah. Banyak siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terpaksa berhenti di tingkat SMA karena kendala finansial yang dihadapi oleh orang tua mereka. Sebagai warga Sumba, saya sangat prihatin melihat kondisi ini. Untuk membantu anak-anak agar tetap bersekolah, sebagian guru bahkan rela mendatangi rumah mereka untuk membujuk dan mendorong mereka melanjutkan pendidikan hingga tingkat SD dan SMA. Situasi ini menjadi sorotan, karena pendidikan seharusnya menjadi prioritas utama bagi anak-anak yang penuh semangat untuk belajar.

Namun, kenyataannya banyak anak di Sumba yang terpaksa merantau untuk membantu orang tua mereka melunasi utang, mengorbankan cita-cita pendidikan mereka. Ini adalah suatu ironi, di mana harapan akan masa depan yang lebih baik terhalang oleh beban ekonomi yang berat. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa anak-anak Sumba memiliki potensi yang besar untuk meraih cita-cita mereka jika diberikan dukungan yang memadai dalam bidang pendidikan.

Sebagai solusi, saya mengharapkan pemerintah lebih memperhatikan pendidikan di Sumba tanpa mengabaikan pelestarian budaya. Pendidikan dan budaya seharusnya dapat berjalan beriringan, di mana anak-anak memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang sementara nilai-nilai budaya tetap terjaga.

Dengan perhatian yang tepat dari pemerintah dan dukungan masyarakat, diharapkan anak-anak di Sumba dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi dan mencapai impian mereka untuk masa depan yang lebih cerah.

(penulis artikel, Agata Shintia Talu, dokpri)
(penulis artikel, Agata Shintia Talu, dokpri)

Penulis: Agata Shintia Talu, gadis kelahiran Kererobbo (Sumba Barat Daya), 10 Januari 2004 ini merupakan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma-PGSD Semester 6. Tulisan ini merupakan salah satu keprihatinannya sebagai seorang calon guru yang peduli pada teman-teman sebaya yang tidak punya kesempatan menjalani pendidikan yang lebih baik.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun