Mudik Tanpa Pamrih (Tapi Dapat Bonus Drama)
Ketika Lebaran tiba, semua orang ingin mudik dengan lancar. Tapi keluarga Pak Sandi? Mereka lebih memilih jadi bintang reality show dadakan di rest area.
Â
Salah Bus, Salah Arah
Berjam-jam terjebak macet, bus yang membawa keluarga Pak Sandi mampir ke rest area. Pak Sandi sekeluarga memilih waktu mudik setelah hari raya plus dua hari. Mereka menyangka mudik setelah hari raya jalanan lebih sepi. Setelah beres segala "urusan" selama di rest area, Pak Sandi dan istrinya naik kembali ke bus. Dengan penuh keyakinan, mereka masuk ke bus yang terparkir rapi. Lima menit setelah berangkat, Bu Siti nyeletuk:
"Pak, kok pemandangannya mirip Jakarta lagi?"
Pak Sandi, yang tadinya asyik scroll-scroll HP, langsung kaget. "Lho, ini bukannya ke Jateng?!"
Sopir bus, yang sedang asyik nyemil keripik kentang, cuma nyengir: "Ini bus balik ke Jakarta, Pak. Kalau mau ke Jateng, harusnya naik yang warna hijau, bukan yang ini."
"Lah, terus kenapa Bapak nggak bilang dari tadi?!"
"Kan Bapak yang langsung masuk sambil bilang 'Ayo cepat, nanti kehabisan kursi!'"
Â
Negosiasi Harga "Keikhlasan"
Mereka minta turun di pom bensin terdekat. Sebelum pergi, sopir bilang: "Ongkosnya seikhlasnya ya, Pak. Kan masih suasana Lebaran."
Pak Sandi, yang sedang berusaha ngirit, nawar: "50 ribu, Pak, boleh?"