Sahur di Depan Gerbang: Kisah Kesabaran dan Rezeki Tak Terduga Seorang Driver Ojol
Pagi itu, langit masih gelap, namun udara sudah mulai terasa hangat oleh nafas pagi yang perlahan bangun dari tidurnya. Seorang driver ojol, sebut saja Rian, sudah berada di atas motornya, siap menembus jalanan sepi menuju lokasi pelanggan. Waktu imsak tinggal 15 menit lagi, dan Rian berharap bisa menyelesaikan pesanan terakhirnya sebelum waktu sahur berakhir. Namun, pagi itu tidak seperti biasanya. Rian yang biasanya bisa mendapatkan 3 orderan, hanya berhasil mendapatkan 1 pesanan. Meski sedikit kecewa, dia tetap bersyukur masih bisa mendapatkan rezeki.
Pesanan itu adalah lontong opor dari seorang gadis muda yang tinggal di sebuah kos-kosan. Rian segera meluncur ke alamat yang diberikan, membayangkan betapa nikmatnya lontong opor itu disantap saat sahur. Namun, sesampainya di depan gerbang kos, Rian terpaksa menunggu. Pelanggannya tidak memberikan instruksi untuk menggantung pesanan di gerbang, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam kos. Rian mencoba menghubungi si pemesan melalui chat, tapi tidak ada balasan. Dia pun menunggu dengan sabar, sambil memikirkan sahurnya yang semakin dekat.
Menit demi menit berlalu, dan Rian masih berdiri di depan gerbang kos itu. Dia sudah hampir 35 menit menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda si pemesan akan bangun. Sebagai seorang driver ojol, Rian terikat dengan kode etik untuk memastikan pesanan sampai ke tangan pelanggan. Meski sedikit frustrasi, dia memilih untuk bersabar. Sambil menunggu, Rian menikmati sahurnya yang sudah dia beli di warung tadi. Pikirnya, "Tidak apa hanya dapat 1 order hari ini, yang penting saya bisa sahur tepat waktu."
Tak lama kemudian, chat dari si pemesan akhirnya masuk. Rupanya, gadis muda itu tertidur lagi setelah memesan lontong opor, karena merasa waktu sahur masih lama. Dengan malu-malu, dia meminta maaf dan meminta Rian menunggu sebentar. Ketika akhirnya si pemesan muncul, dia terlihat malu dan memohon maaf atas kelalaiannya. Sebagai bentuk permintaan maaf, dia memberikan Rian uang tunai sebesar 20 ribu rupiah, meski ongkos pemesanan sudah dibayar melalui aplikasi.
Rian tersenyum lega. Meski pagi itu hanya mendapatkan 1 order, dia merasa bersyukur masih bisa membantu pelanggannya sahur tepat waktu. Uang 20 ribu itu pun menjadi rezeki nomplok yang membuat harinya lebih cerah. Kisah Rian pagi itu adalah bukti bahwa kesabaran dan keikhlasan dalam bekerja selalu membawa berkah, bahkan di saat yang tak terduga.
Dalam perjalanan pulang, Rian merenung. Hidup sebagai driver ojol memang penuh tantangan, tapi setiap hari selalu ada cerita baru yang membuatnya belajar tentang arti kesabaran, keikhlasan, dan rezeki yang datang dari arah tak terduga. Pagi itu, di depan gerbang kos seorang gadis muda, Rian tidak hanya mengantarkan lontong opor, tapi juga mengantarkan pelajaran berharga tentang arti kemanusiaan dan keindahan dalam kesederhanaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI