Magabut, Blunder, dan Stafsus yang Sibuk Pamer Gelar
Pagi ini ngajar cuma 1 jam. Iseng buka FB ada yang lewat di berandaku: Seorang sfatsus yang lagi banggakan gelar doktor dari luar negeri. Terusik oleh ulah itu saya buatkan cerita humor di pagi yang mendung berikut ini:
Di tengah kekacauan divisi keamanan kerajaan yang semakin tambun dan tumpang tindih, muncul sosok baru: seorang Staf Khusus (Stafsus) yang baru saja pulang dari luar negeri. Namanya Dr. Sirilus Pameran, S.Sun., M.Sun., Ph.D. (Suni). Gelarnya panjang sekali, hampir sepanjang daftar blunder yang dilakukan divisi keamanan. Konon, dia ahli dalam "Seni Suni", sebuah disiplin ilmu yang katanya bisa menciptakan kemakmuran dalam semalam.
"Kemakmuran itu mudah!" seru Dr. Sirilus pada sang Raja di hadapan seluruh staf kerajaan. "Dengan ilmu Seni Suni yang saya kuasai, saya bisa menyulap kerajaan ini menjadi makmur dalam waktu singkat!" Matanya berbinar-binar, sambil memamerkan ijazah doktornya yang dibingkai emas. "Lihat, ini gelar saya dari Universitas Suni di negeri seberang. Tidak sembarang orang bisa dapat ini!"
Mendengar itu, sang Raja langsung tertarik. "Bagus! Kalau begitu, Anda saya angkat sebagai Stafsus Kemakmuran Instan. Saya ingin kerajaan ini makmur dalam semalam!" Perdana Menteri hanya bisa menghela napas. Dia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.
Tapi, alih-alih menciptakan kemakmuran untuk kerajaan, Dr. Sirilus justru sibuk memamerkan gelarnya ke mana-mana. Setiap rapat, dia selalu menyelipkan kata-kata seperti, "Sebagai seorang doktor Seni Suni, saya menyarankan..." atau "Berdasarkan penelitian saya di negeri seberang..." Padahal, tidak ada satu pun saran atau penelitiannya yang bisa diterapkan. Bahkan, ketika divisi keamanan melakukan blunder lagi: kali ini mereka mencoba mengurus keuangan kerajaan, Dr. Sirilus hanya berkata, "Ini bukan bidang saya. Saya ahli kemakmuran, bukan ahli keuangan."
Masyarakat pun semakin geram. "Dia cuma pamer gelar doang!" teriak seorang warga. "Kemakmuran dalam semalam? Itu cuma omong kosong! Kemakmuran untuk diri sendiri iya, lihat saja rumah barunya yang mewah!" Benar saja, Dr. Sirilus ternyata menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri. Dia membangun villa megah di pinggir kota, lengkap dengan kolam renang berbentuk ijazah doktornya.
Sementara itu, divisi keamanan tetap saja bingung dengan tugas mereka. Suatu hari, mereka bahkan mencoba mengadakan pertunjukan sulap ala Seni Suni, karena terinspirasi oleh Dr. Sirilus. Hasilnya? Mereka malah menghilangkan seluruh persediaan beras kerajaan. "Ini bukan sulap kemakmuran, ini sulap bencana!" teriak Perdana Menteri.
Akhirnya, kerajaan ini semakin kacau. Divisi keamanan tambun dan tumpang tindih, Dr. Sirilus sibuk pamer gelar dan memperkaya diri, sementara sang Raja masih saja berharap kemakmuran akan datang dalam semalam. Masyarakat pun semakin kreatif dalam meledek. "Magabut Kerajaan sekarang punya mascot baru: Dr. Sirilus, Sang Penyulap Kemakmuran Diri Sendiri!"
Dan Dr. Sirilus? Dia masih saja memamerkan gelarnya, sambil berharap suatu hari nanti ada yang percaya bahwa Seni Suni benar-benar bisa menciptakan kemakmuran. Tapi, untuk saat ini, satu-satunya yang makmur hanyalah dirinya sendiri.