Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenaikan Kristus, Hati Kita pun Diangkat Bersama Dia

21 Mei 2020   21:52 Diperbarui: 21 Mei 2020   21:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: Ibadat Live Streaming dari rumahDokumen Pribadi: Ibadat Live Streaming dari rumah

 

Salah seorang teolog terkenal dalam sejarah Gereja, namanya St. Agustinus, pernah berkata: Hari ini Yesus Kristus kita, diangkat ke surga, biarlah hati kita diangkat bersama Dia. Kata-katanya ini begitu sederhana dan mudah dipahami. Namun, dibalik kata-katanya ini mengungkap ketiga keutamaan teologis Kristiani, yaitu iman, harapan, dan kasih. Ketignya adalah satu, tak bisa dilepaspisahkan satu sama lain. Beriman tanpa harapan adalah sia-sia. Harapan tanpa kasih ialah nihil. 

Lalu, beriman tanpa kasih, adalah mati konyol. Karena itu, tak seorang pun melakukan sesuatu tak bisa melepaskan dari ketiganya: iman, harapan, dan kasih. Kata-kata St. Agistinus di atas, mengisyaratkan ketiga keutamaan teologis tadi. Bahwa beriman kepada Yesus Kristus, mestinya nyata dalam melakukan apa yang diteladani-Nya.

Disinilah kasih kita diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Dalam iman kepada Yesus Kristus, buah-buah kasih itulah yang menjadi pengharapan seseorag untuk diangkat-Nya dan hidup bersama dengan Dia kelak. 

Dalam liturgi Gereja Katolik, pada Hari Kenaikan Yesus Kristus, ada tiga bacaan suci yang diperdengarkan. Bacaan pertama diambil dari Kisah Para Rasul 1: 1-11. Disana dikisahkan bahwa para murid pergi ke Galilea untuk melihat Dia terangkat ke surga. Sebelum terangkat ke surga, selama 40 hari Yesus berulang kali menampakan diri kepada mereka. 

Penampakan diri-Nya kepada para murid, dikisahkan oleh Lukas sebagai bukti bahwa Dia tetap hidup bersama mereka. Dan selama penampakan itu, Kristus (Yesus yang telah bangkit) hadir bersama mereka dan mengajarkan mereka tentang Kerajaan Allah. Heran ya? 

Soalnya selama 33 tahun Dia hidup di dunia, topik ajaran-Nya tentang Kerajaan Allah. Massa sih, setelah bangkit dari alam maut dan mau naik ke surga pun, topik ajaran-Nya masih tetap yang sama? Apakah para murid-Nya selama ini gak ngerti-ngerti ya? Tidak! Yesus justru mengenal hati para murid-Nya. Yesus tahu betul hati mereka. Hati yang sering terombang ambing sesuai dengan situasi. 

Hati yang gampang tergoda. Hati yang sering bingung dan gampang ikut-ikutan ketika cobaan duniawi ini datang menghantui. Disinilah, Yesus sebagai seorang Pewarta tetap membangun narasi Kerajaan Allah biar hati para murid-Nya terus bergumul dalam kesejatian hidup yang telah diberikan kepada mereka. Sampai ini, kita boleh mengajukan pertanyaan, apa sih Kerajaan Allah itu, sehingga Yesus Kristus selalu dan senantiasa mengajarkannya? 

Kerajaan Allah ialah situasi atau kondisi manusiawi, dimana Allah menjadi arah dan fokus utama para murid dan kita manusia. Situasi atau kondis itu manusiawi mau dikatakan Yesus bahwa dalam segala hal, bukan harta atau uang atau kekuasaan yang diutamakan. Justru yang harus dikejar ialah iman, harapan dan kasih kepada Allah. 

Karena inilah keutamaan yang sejak awal dianugerahkan Allah dalam batin seorang anak manusia. Karena itu, tidaklah heran, selama 40 hari berulang kali Yesus mengajarkan tentang Kerajaan Allah.

Bacaan kedua dalam liturgi Gereja Katolik ketika merayakan kenaikan Yesus Kristus, diambil dari Surat Rasul Agung Paulus kepada Jemaat di Efesus. Dalam kisah itu, rasul agung Paulus menegaskan dalam imannya, bahwa Allah mendudukan Yesus Kristus di sebelah kanan-Nya dalam surga. Sederhanya sekali dan isinya pun mudah dicerna. Hadiah istimewa Allah kepada Yesus Kristus. 

Duduk sejajar dengan Allah. Duduk sebelah kanan-Nya dimaknai sebagai duduk bersama. Duduk bersanding, duduk dalam satu persekutuan. Dalam duduk bersama, saling meneguhkan. Mereka sharing dan saling menguatkan. Yesus Kristus mengisahkan pengalaman-Nya ketika hidup di dunia, pahit getir yang dihadapi dan dirasakan kepada Allah. Ketulusan dan kejujuran dibuktikan. 

Kerendahan hati dan rasa hormat satu sama lain, terwujud. Disini juga ketiga keutamaan teologis dibukakan dan saling tukar pikiran satu sama lain. Bahwa para murid yang ditinggalkan pun masih penuh pengharapan untuk dikuat dan diteguhkan. Dan untuk hal ini, Roh Kebenaran, Roh Kudus akan dicurahkan kepada para murid-Nya, di hari Pentakosta, hari turun-Nya Roh Kudus, sebuah perayaan Kristiani setelah Kenaikan Yesus Kristus.

Keteguhan hati para murid dikuatkan ketika sebelum terangkat ke surga, Yesus Kristus mendekati para murid-Nya dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karen itu pergilah... jadikanlah..., inilah yang diperdengarkan dalam bacaan ketiga, Injil Matius 28: 16-20. Para murid siap untuk menjadi pewarta Kerajaan Allah. 

Melanjutkan topik pengajaran Yesus kepada ad gentes. Sehingga biarlahsegala pulau bersuka cita karena Allah yang terus menerus meraja dalam hati dan hidup manusia. Mengutip motto tahbisan bapa uskup, Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Prof. Dr. Adrianus Sunarko, ofm: 'Laetentur insulae multae'. Selamat Pesta Kenaikan Yesus Kristus, bagi yang merayakannya. ***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun