Mohon tunggu...
Alfonsius
Alfonsius Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Aku dan pemilu.

16 April 2019   00:40 Diperbarui: 16 April 2019   21:05 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mengapa harus GOLPUT?  ungkapan itu muncul di grup whatsapp keluarga sesaat setelah saya memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilih saya. Satu penyebabnya, pihak KBRI tidak memberikan lagi kesempatan untuk pindah surat suara dengan alasan bisa menggunakan surat suara cadangan. Kedua, golput adalah sikap yang akan mendewasakan demokrasi di negara kita, karena hasil dari pemilu ke pemilu tidak pernah memberikan timbal balik terhadap para pemilihnya. Kecenderungan kita dipandang sebagai objek oleh para pencari suara dan juga wakil rakyat yang tidak pernah memberikan pertanggung jawabannya di tingkat pemilihan daerah atapun kabupaten. Sebenarnya apa yang dicari oleh para pemilih? mereka lupa kalau pemilihan ini bukan tentang presiden saja. Tapi juga wakil rakyat bagi mereka di tingkat DPR, DPRD, DPD yang notabene tidak pernah kita ketahui sepak terjangnya di daerah pemilihan masing - masing. Kecacatan sistem inilah yang membuat semakin jengah dengan pesta demokrasi yang ada di depan mata. Dan juga janji - janji manis untuk menegakkan kasus - kasus hukum pelanggaran HAM 1998 yang sampai saat ini nyatanya juga tidak berani di sentuh oleh petahana semakin menunjukkan kalau negara kita masih dipimpin dengan penuh ketakutan. Rasanya sampai dititik ini betul apa yang dikatakan Tan Malaka, "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda". Karena kemewahan negara ini hanya dimiliki oleh orang - orang di ibu kota sana.  Selamat berdemokrasi. Salam untuk ibu pertiwi. 

 "Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu." -Tan Malaka-

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun