Mohon tunggu...
Laila Alfizanna
Laila Alfizanna Mohon Tunggu... -

Pe eN eS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

PNS yang Ideal

29 Juli 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang PNS di sebuah kementerian, saya sering menjadi atau mungkin sekedar merasa menjadi sasaran empuk kritikan orang-orang. Pekerjaan saya tidak dapat lepas dari stereotyping PNS yang bodoh, tidak kompeten, doyan korupsi, kerjanya santai, menghambur-hamburkan uang rakyat, dan segenap atribut negatif lainnya. Ya memang saya akui, hal-hal seperti itu banyak ditemui. Tidak usah jauh-jauh, di lembaga saya juga masih banyak yang begitu. Tapi ada juga yang kinerjanya melebihi, katakanlah, pegawai swasta. Dari sarapan, makan siang, sampai makan malam semua dilakukan di kantor. Otak cerdas juga banyak ditemui. Orang-orang yang masih punya komitmen juga tidak sedikit. Penghasilannya? tetep gaji PNS. Kalaupun dapat honor itu juga insidental, tergantung sedang ada pekerjaan yang di luar tupoksi atau tidak. Sejumlah kecil teman-teman PNS juga beruntung dapat menikmati tunjangan baik dari renumerasi ataupun PNBP. Tapi yang beruntung itu jumlahnya mungkin hanya sekuku hitam dari jumlah PNS seluruhnya. PNS daerah mungkin juga mendapatkan tunjangan daerah. Tapi banyak juga yang hidup murni dari gaji pokok ditambah tunjangan keluarga.

Saya tidak menutup mata bahwa sistem yang ada sekarang dipandang tidak bermutu. Tapi mari kita kaji bagaimana sistem itu bisa terbentuk. Sebagian besar PNS yang ada sekarang adalah mereka yang menjadi pegawai di zaman orde baru. Sehingga wajar kalau sangat sulit untuk mengubahnya. Sistem yang ada sekarang pun bukannya membuat lebih baik, tapi lebih buruk. Sudah menjadi rahasia umum bahwa lembaga negara menjadi tambang partai.

Maksud saya, jangan-jangan anda bersuara keras terhadap  PNS tapi daftar juga jadi CPNS, pake nyogok malah?Atau andai di kemudian hari anda jadi PNS malah hanyut dalam buruknya sistem? Atau saking tidak tahannya anda memutuskan untuk mengundurkan diri dari status PNS? Atau anda sangat tidak bercita-cita jadi PNS tapi waktu pemilu memilih presiden yang itu? Ya sama juga bohong itu namanya.

Mengkritik itu memang mudah, tapi mengkritik dengan menggunakan data dan ilmu itu sungguh tidak mudah. Bagi anda yang bukan PNS mungkin hanya akan terdiam ataupun hanyut jika posisi anda ada di dalam sistem tersebut sekarang. Kalau sekedar mengkritik, itu bukan membangun, tapi ngawur. Bagaimanapun juga PNS dibutuhkan untuk mengelola negara ini. Lha kalau semua orang yang berkualitas tidak mau jadi PNS karena adanya stereotype tersebut bisa tambah hancur donk negara kita tercinta? Berat memang untuk membangun sistem yang bermutu, tapi butuh pengorbanan dan perjuangan.

Saya ingin berdiskusi dengan Kompasiana sekalian. Ada 2 pertanyaan yang ada di benak saya:

1. PNS yang yang profesional ataupun ideal itu yang seperti apa sih?

2. Jika anda termasuk orang yang hobi mengkritisi PNS, sanggupkah anda sendiri menjadi PNS yang profesional/ideal?

Kritik maupun saran yang imparsial tentu akan menjadi masukan yang sangat berguna

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun