Mohon tunggu...
Alfiyan H
Alfiyan H Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ha! Ada Transjakarta ke Tangerang

2 Oktober 2017   15:40 Diperbarui: 2 Oktober 2017   16:05 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ring......ring.....ring"

Suara alarm yang memekakan telinga terdengar di seluruh ruangan. Bunyi yang menandakan pagi telah tiba.  Mendengar suara itu seorang remaja bangun dari tempat tidur. Remaja yang tidak lain adalah aku. Namaku Fiyan, mahasiswa semester 5 di sebuah universitas di Kota Tangerang. Setelah bangun pun aku segera pergi ke kamar mandi. Kubasuh tubuhku hingga bersih tidak lupa menggosok gigi, itulah yang diajarkan oleh orang tua sejak dari kecil.

Memulai aktivitas dengan pergi ke kampus. Namun ada masalah kecil terjadi, rumahku yang berada di Jakarta sedangkan tempat kuliahku yang berada di Kota Tangerang membuat aku harus naik kendaraan untuk mencapainya. Sangat disayangkan motor kesayanganku mendadak mogok. Akhirnya kuputuskan untuk mencari tumpangan. Akhirnya ku hubungi Agung teman satu kuliahku.

"Tit....tit....tit", suara nada tunggu panggilan.

"Ada apa yan", suara agung di seberang telepon.

"Motor gue mogok, bisa gak w bareng lu ke kampus ?" jawabku dengan nada agak memelas.

"Gue gak kuliah dulu hari ini, gua lagi sakit", balas Agung sambil terbatuk.

"Oke, gws ya", jawabku.

Kekecewaan pun datang menhampiriku. Dalam benak aku bertanya "bagaimana caranya gue ke kampus ya, motor mogok, temen sakit. Sue Bener". Sambil mengerutu, aku melihat ibuku datang ke arah ku.

"Yan, kamu gak Kuliah ?", tanya ibuku sambil berdiiri di hadapanku.

"Motor saya mogok, si Agung sakit", jawabku dengan reflek.

"Kenapa gak naik Transjakarta, mamah denger sekarang nyampe Tangerang", balas ibuku.

"Beneran Mah?" dengan wajah bertanya-tanya.

"Kemaren kata Fajar, dia kan kerja di Tangerang", balas ibuku untuk meyakinkanku.

Dengan rasa keraguan akhirnya aku pergi ke halte Transjakarta dekat rumahku. Pamit ke ibuku, aku melangkahkan kaki keluar rumah menuju halte.

Sesampainya di halte, akhirnya aku bertanya ke petugas loket.

"Mba, busway arah Tangerang ada gak?" tanyaku sambil melihat ke arah loket.

"Ada, mas. Tapi rutenya masih dikit, sekarang baru ada tujuan Karawaci dan Poris" Jawab mba-mba penjaga loket.

"Harganya sama, mba?", tanyaku.

"Harga sama 3500", jawabnya.

Setelah bertanya-tanya akhirnya aku memutuskan untuk naik Transjakarta. Menuju e-gate, kutempelkan kartu e-moneyku  yang bersaldo 7000. Dalam hatiku bergumam "untung ada sisa 7000, cukuplah buat pulang-pergi".

Lima belas menit ku menunggu, bus-bus transjakarta dengan tujuan berbeda silih berganti. Akhirnya bis tujuan terminal Poris pun datang. Ku cepat-cepat segera masuk untuk berebut tempat duduk. Karena jumlah kursi yang sedikit, kebanyakan penumpang pun berdiri. Untungnya aku mendapat kan tempat duduk di baris belakang. Di samping kanan ada bapak-bapak belum terlalu tua, kemungkinan seorang pegawai kantoran dari salah satu kantor di Kota Tangerang, terlihat dari kemeja dan kartu pengenal yang ia kenakan.

"Udah lama naik busway, bang ?", basa-basiku untuk menghabiskan waktu.

"Udah sih, ya kayaknya udah dari busway Tangerang ini ada", jawabnya.

"Hebat ya bang, gua baru pertama kali naik. Gua kira busway cuma di Jakarta aja" kataku dengan rasa kekakuguman.

"lu ketinggalan informasi, sekarang mah enak ke Tangerang gampang tinggal naik transjakarta, kereta juga ada", jawab bapak tersebut.

"lah enak ya", jawabku.

"Yoi, w dulu naik motor, asli capek banget. Udah kadang pulang malam, pokonya gak enak. Zamannya pak arief sekarang enak, transportasi dibanyakin. Program apa tuh katanya, visitable ya? Jadi gampang sekarang", katanya dengan muka kasihan.

"Lumayan kan hemat ongkos 7000 ribu buat pulang-pergi", balasnya lagi.

"Iya enak sekarang, itu yang dari Poris, Trans Tangerang malah gratis, bang", jawabku.

"Nah itu, Pak Arief tu hebat, dia berpikir Kota Tangerang itu Kota penyanggah Ibukota Jakarta. Artinya kalo dia bisa narik investor dari luar dengan kemudahan aksesnya, kotanya juga bakal maju. Apalagi mau bangun kereta bandara, beh tambah gampang lagi warga Jakarta ke Tangerang. Dulu mah orang lewat tol taunya bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, kalor nanti pake kereta jadi taukan bandara tu di Tangerang", balasnya sambil mengacungkan jari telunjuk.

"Iya juga, enak ya orang luar kaya kita, kayaknya juga dimanjakan banget sama fasilitas di Kota Tangerang", jawabku dengan rasa setuju.

"Tuh lu tau, yaudah ya w udah nyampe", balasnya sambil bangun dari tempat duduk.

"Iya, makasih bang", jawabku.


Setelah beberapa lama berbincang, akhirnya bapak tersebut turun di sekitaran Cikokol. Tinggal aku sambil terkagum dengan informasi yang baru kudapat. Aku merasa pembangunan di Kota Tangerang sedang pesat-pesatnya. Transportasi penunjang seperti, Transjakarta dan kereta telah membantu masyarakat luar kota yang mengadu nasib di Kota Tangerang. Padahal di pinggir Jakarta, namun sepertinya sudah mirip kaya di Jakarta.

Setelah beberapa waktu ku merenung, akhirnya aku sampai di depan kampus. Ku menuju ke depan bis dan berbicara kepada kondektur bis untuk turun di sini.

Begitulah ceritaku naik Transjakarta pertama kali menuju kampus.             

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun