Mohon tunggu...
Alfito Rifki Naufal
Alfito Rifki Naufal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Politeknik Negeri Bandung

Saluran ini berisi mengenai tulisan dan opini pribadi penulis yang ingin dibagikan kepada pembaca lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Auditing: Refleksi Konsep Kehidupan Ditinjau dari Perspektif Agama Islam

8 Februari 2024   23:08 Diperbarui: 10 Februari 2024   20:43 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh suatu bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang diterapkan, serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Arens et al., 2006). Tuanakotta (2016) mengidentifikasikan auditing sebagai proses analitis, kritis dan investigatif yang bertujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dua ahli ini sepakat bahwa auditing merupakan proses analisis dan sistematis yang bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian dari kriteria yang ditetapkan (Degree of Correspondency). Individu yang melakukan aktivitas audit disebut auditor. Auditor harus memiliki dua garis besar kualifikasi, yaitu kompetensi dan indepedensi. Kompetensi dinilai dari kapasitas dan kapabilitas kemampuan auditnya yang dapat dibuktikan melalui sertifikasi atau jenjang pendidikan dan independensi dapat dinilai dari dua hal, yakni In fact (auditor tidak memihak dan bekerja secara profesional) dan In appearrance (dinilai dari kehandalan dan performanya). Standar audit atau establishhed criteria mengacu pada SAK atau IFRS.

Jika dipahami secara seksama auditing erat kaitannya dengan konsepsi kehidupan ditinjau dari perspektif agama islam. Proses audit menurut Arens et al., (2016) di mana mengharuskan auditor untuk mengumpullkan bukti-bukti objektif lalu disesuaikan dengan kriteria yang ada memiliki kemiripan dengan sebuah perjalanan kehidupan manusia di alam dunia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang melakukan kesalahan meskipun telah diciptakan sebuah standar baku, yakni Alquran untuk kaidah hidup manusia agar terhindar dari ketidaksesuaian dengan standar (Q.S. Al-Jasiyah: 20). Rasul atau utusan Allah berperan sebagai auditor sebab tugas rasul dan auditor nyaris sama, yakni sebagai penjamin agar manusia selalu mengacu pada Alquran dalam menjalani kehidupan (Q.S. An-Nisa: 59) sementara Auditor menjamin bahwa sebuah lembaga atau instansi tidak melakukan tindakan kecurangan yang menyalahi standar (PCAOB). Hasil akhir proses audit berupa laporan audit yang berisi opini atau rekomendasi. Sama halnya dengan manusia, manusia akan memperoleh buku amal saat di alam akhirat nanti. Allah SWT yang maha adil akan mengeluarkan sebuah keputusan apakah buku amal ini dapat diterima tanpa pengeculian, atau diterima dengan pengecualian. Pada akhirnya menjadi keputusan terakhir apakah manusia sudah menjalani kehidupan sesuai dari standar yang ditetapkan atau manusia melakukan banyak penyelewengan sehingga menyalahi standar.

Kesimpulannya adalah auditing memiliki hubungan erat dengan perjalanan hidup manusia yang semestinya selaras dengan standar kehidupan yakni Alquran.

Daftar Referensi:

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2006). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. Pearson/Prentice Hall. 

Alquran: Al-Jasiyah, 20.

Alquran: An-Nisa, 56

Tuanakotta, T. M. (2016). Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Salemba Empat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun