Mohon tunggu...
Alfin Yusrina Yudiani
Alfin Yusrina Yudiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dian

Hello Everyone Saya Alfin Yusrina Yudiani, biasa diapnggil Dian Saya adalah Mahasiswa Aktif Tahun 2019 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Malang Hope You All can Enjoy With My Story Happy Reading

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perkenalkan Opak Gambir di Media Sosial, Kelompok PMM 80 Juga Belajar Cara Pembuatannya

22 Juni 2021   23:40 Diperbarui: 23 Juni 2021   01:10 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Opak gambir merupakan salah satu makanan khas Kota Blitar. Desa Tawangrejo memiliki salah satu rumah produksi UMKM Opak Gambir yang pemasarannya masih dilakukan secara manual atau bisa dibilang belum mendapatkan sentuhan teknologi digital, tetapi walaupun demikian UMKM ini telah memproduksi hampir lebih dari 1000pcs setiap pemesanannya.

Pemanfaatan teknologi digital di Indonesia berkembang sangat pesat, bahkan penetrasinya telah sampai ke seluruh pelosok tanah air. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong pemanfaatan teknologi digital ini untuk berbagai kepentingan yang bermanfaat bagi masyarakat, termasuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Mahasiswa PMM UMM 2021 Kelompok 80 Gelombang 9,  ingin memperkenalkan UMKM dengan sentuhan teknologi digital, maka mereka  memberikan penyuluhan dan sosialisai tentang apa itu paltform sosial yang dapat digunakan sebagai media panjualan secara online. Karena selain mempermudah proses transaksi jual beli, platform media sosial juga membantu mempromosikan dan menaikkan brand dalam penjualan sebuah produk.

“harapan kami dengan memperkenalkan platform media sosial maka tidak terbatas hanya untuk penjualan saja, tetapi juga untuk pemasaran, informasi produk, layanan konsumen, sampai dengan mencari pengetahuan dan peluang usaha” ucap Tika salah satu anggota PMM UMM.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Lalu kendala yang dialami kelompok 80 gelombang 9 ini salah satunya adalah kurangnya kemampuan pemilik UMKM dalam mengelola media sosial, para pelaku UMKM yang masih banyak yang gagap dalam penggunaan teknologi informasi untuk pemasaran. Dari sekian banyak pelaku UMKM, yang familier dengan teknologi informasi dalam mengembangkan kegiatan usahanya hanya sekitar 17% saja. Diperkirakan, para pelaku UMKM yang memahami digitalisasi bisnis hanya sekitar 3,97 juta pelaku usaha. Ini berarti hanya sebagian kecil pelaku UMKM yang dapat terlibat dalam transaksi bisnis secara online.

Kedua, berkaitan dengan banyaknya pelaku UMKM yang belum memiliki infrastruktur dasar untuk terlibat dalam ekosistem digital. Di berbagai daerah, sudah bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar pelaku UMKM umumnya masih belum memiliki smartphone yang layak, dan tidak memiliki atau belum menggunakan komputer untuk memasarkan produk yang mereka hasilkan.

Akibat keterbatasan dana yang dimiliki tidak banyak pula pelaku UMKM yang mampu menyediakan paket pulsa atau akses pada internet. Dengan kata lain ada kondisi-kondisi struktural yang membuat para pelaku UMKM mengidap berbagai keterbatasan untuk terlibat dalam proses digitalisasi UMKM.

Ketiga, berkaitan dengan kondisi geografis yang tidak memungkinkan pelaku UMKM memanfaatkan teknologi informasi dan internet untuk memasarkan produk yang mereka hasilkan. Para pelaku UMKM yang tinggal di daerah-daerah terpencil dan tidak terjangkau oleh internet untuk kepentingan pemasaran produk, tentu sulit diharapkan dapat terlibat dalam proses digitalisasi bisnis UMKM.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Menurut kelompok yang di bimbing oleh Drs. Mohammad Jufri S.T, M.T ini Di berbagai daerah sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebagian besar pelaku UMKM umumnya masih mengandalkan pada proses penjualan produk secara offline karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan serta keterbatasan infrastruktur maupun konektivitas. Seluruh aktivitas usaha yang dikembangkan pelaku UMKM, mulai dari proses pembelian, penjualan, pemasaran, hingga pembayaran bahan baku maupun pemasaran produk masih sangat bergantung pada interaksi fisik secara offline.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun