Mohon tunggu...
Alfin Nur Ridwan
Alfin Nur Ridwan Mohon Tunggu... Kader IMM Sukoharjo, Aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan, dan merupakan seorang mahasiswa S1 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Surakarta

Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang mempunyai hobi membaca dan menulis, serta menyukai kerja-kerja jurnalistik. Jasadku memang tak abadi, namun kuyakin diriku bisa abadi dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lelakon Satu Suro di Sendang Senjoyo: Sepenggal Malam di Pintu Tanah Jawa

27 Juni 2025   19:09 Diperbarui: 27 Juni 2025   19:09 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam air mereka diam, lalu menenggelamkan kepala, muncul kembali, dan diakhiri dengan pembacaan doa-doa yang tak asing bagiku--doa keluar rumah dan zikir pagi petang--serta sebuah lagu "Lir Ilir" yang mereka ulangi sampai laki-laki paruh baya itu meminta mereka untuk beranjak dari air.

Aku terus mencatat dalam benakku, potret demi potret yang tak akan kutemui di hari-hari biasa. Di sini, di malam ini, segala batas menjadi kabur: antara yang sakral dan profan, antara tradisi dan hiburan, antara spiritualitas dan ekonomi. Sendang Senjoyo menjadi cermin besar yang memantulkan wajah masyarakat dalam bentuknya yang paling jujur. Dan aku, hanya pengamat yang menumpang kagum.

Menjelang jam tiga dini hari, langit mulai berubah. Gelap tidak lagi kelam, melainkan keabu-abuan, tanda bahwa fajar tak lama lagi datang. Orang-orang mulai berbenah, sebagian beranjak dari air sendang, tubuh mereka menggigil namun mata mereka tenang. Beberapa pedagang mulai mengepak dagangan, sementara yang lain tetap setia menunggu pelanggan terakhir.

Dupa kecil masih menyala, menyisakan aroma yang hangat di antara hawa dingin. Aku duduk di batu besar tak jauh dari sendang, memandangi permukaannya yang kembali tenang. Air itu kini menyimpan seribu rahasia: doa yang dibisikkan, luka yang dilepaskan, harap yang disematkan. Di malam ini, tempat seperti Sendang Senjoyo tak ubahnya candi sunyi, tempat manusia datang untuk berserah pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Malam satu suro telah menjadi saksi. Bukan hanya tentang kungkum dan ritual, tapi tentang bagaimana manusia masih mencari makna, mencari ketenangan, mencari penebusan. Dan meski--walaupun aku tak begitu percaya dan mengindahkan--aku melanggar pantangan wetonku untuk keluar rumah pada malam itu, entah mengapa tak ada rasa sesal. Yang ada justru rasa syukur, karena telah menjadi bagian kecil dari malam yang abadi ini. Sebuah malam di mana waktu terasa beku, dan hidup terasa utuh kembali.

Ritual kungkum di Sendang Senjoyo ketika jam sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Sumber: dokumentasi pribadi
Ritual kungkum di Sendang Senjoyo ketika jam sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Sumber: dokumentasi pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun