Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Resep Stoa ala Seneca, Sebuah Tips Agar Bahagia

27 September 2020   18:48 Diperbarui: 28 September 2020   04:08 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Seneca (sumber: alamy.com)

"Ducunt Volentem Fata, Nolentem Trahunt"

"Jika kau izinkan, takdir/hidup akan membimbingmu; jika pun tidak, takdir/hidup akan memaksamu tunduk." -Seneca

Perlu dipahami bahwa di dalam hidup ini, ada hal-hal yang berada di dalam kendali kita, dan ada yang diluar kendali kita. Jangan bebani pikiran untuk sesuatu yang tidak berada dalam kendali kita. 

Misalnya dengan menghabiskan waktu memikirkan respon orang lain atas opini yang kita keluarkan, atau memikirkan komentar orang lain atas cuitan atau foto yang kita posting, memikirkan bagaimana jika kekayaan direnggut dari kita (misalnya lewat bencana alam, dsb.), atau bahkan bila kematian datang menghampiri kita. 

Memikirkan hal-hal seperti ini hanya akan membebani kita, karena kita tidak bisa melakukan apapun terhadapnya. Sebaliknya, yang perlu kita kendalikan adalah hal-hal yang memang berada dalam kendali kita, yaitu pemahaman, emosi, atau logika kita. Mari lihat contoh sederhananya dalam kisah berikut:

Ayu memiliki selusin baju berwarna hitam. Suatu ketika Ayu memakainya dan kebetulan bertemu beberapa orang teman. Di lain hari, Ayu kembali bertemu dengan mereka, dengan setelan yang sama, yaitu baju berwarna hitam, namun bukan baju yang Ayu pakai tempo hari. 

Baru beberapa meter berpisah setelah bercakap-cakap, tidak jauh dibelakang terdengar bisik-bisik "duh, bajunya itu lagi itu lagi. Memangnya tidak ada baju lain apa! hihihihi (sambil menertawakan Ayu)". 

Ayu bisa saja merespon mereka dengan berbalik mengejar dengan dua tanduk di kepala sambil ngomel-ngomel, "heh! dasar ya! kata siapa ini baju saya yang kemarin! orang cuma warnanya yang sama! dasar sotoyyy kalian (sambil memasang muka terjutek lalu balik kanan maju jalan)".  

Untungnya Ayu menerapkan prinsip dari Seneca. Daripada balik mengejar sambil marah-marah, dia lebih memilih melanjutkan langkah untuk melakukan aktivitas lain dan membangun pemikirannya sendiri "ya itukan pendapat mereka yang tidak berdasar. Mereka hanya asal bicara saja, padahal kebenarannya tidak seperti yang mereka katakan. Kenapa saya harus marah?". Lagipula, kalau bajunya memang sama, apa urusannya? Berpakaian kan hak masing-masing orang. Duh! Jangan seperti teman-teman Ayu, ya!

Kisah Ayu di atas hanya contoh sederhana saja. Dalam realita, berbagai variasi kasus mungkin akan kita hadapi. Tapi ketika kita menerapkan resep dari Seneca, memahami dan malatih diri memilah apa yang berada dan tidak berada dalam kendali, mestinya akan lebih mudah bagi kita menjalani hidup. Lebih lanjut lagi, perlu pula dipahami perbedaan antara sensasi dan emosi. 

Sensasi sifatnya alamiah, dan di luar kendali kita, sedangkan emosi sifatnya rasional dan berada dalam kuasa diri kita. Misalnya seseorang mengagetkan kita dari belakang,"dor!", sensasi kita tentu saja kaget, atau melotot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun