Â
Jika kita bertanya Kerajaan atau Kesultanan Melayu apa yang pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, mungkin kerajaan Banjar akan menjadi salah satu jawabannya.
Sebuah Kesultanan Melayu yang terletak jauh radiusnya dari pusat pusara budaya Melayu di Kepulauan Riau, Sumatera Timur atau Semenanjung Malaya.
Pengaruh luas Kesultanan Banjar bukan saja terbatas di tenggara Pulau Kalimantan saja, atau wilayah Kalimantan selatan saja, Kesultanan Banjar pernah mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat luas yang meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia di Pulau Kalimantan saat ini, dari Nunukan di Kalimantan utara hingga Sambas di kalimantan barat, wilayah-wilayah inilah yang kemudian diklaim oleh pemerintah Kolonial Belanda sebagai wilayah jajahannya setelah mereka (Belanda) berhasil mengambil alih daerah tersebut dengan berbagai perjanjian dengan Kerajaan Banjar.
Bahkan Kerajaan Sulu di Filipina selatan disebut sebut sebagai Banjar Kulan (Banjar kecil) karena dahulu orang Banjar  mendirikan pemukiman disana dan ikut andil mendirikan kesultanan Sulu.
Menurut Sejarawan Heliaus Syamsudin Kerajaan banjar patut dan pantas untuk disebut sebagai sebuah Negara Imperium karena memiliki wilayah sangat luas dan mempunyai Negara-negara bawahan yang tunduk kepadanya.
Jika dibandingkan luasnya Kerajaan Banjar dengan luas wilayah beberapa kerajaan di Pulau Jawa misalnya, tentu tak bisa dibandingkan, luas wilayah kerajaan-kerajaan di pulau jawa jauh lebih kecil dan kalah jauh dari kerajaan Banjar, meski disisi lain sebaliknya walaupun wilayah kerajaan banjar sangat luas namun memiliki penduduk yang jauh lebih sedikit dari pada penduduk dipulau jawa.
Sayangnya, Kesultanan banjar telah runtuh hampir 170 tahun yang lalu, yang membuat pengaruh politiknya juga pudar dengan sendirinya, tapi meski telah runtuh dengung pengaruhnya tidaklah hilang sepenuhnya, budaya Banjar dengan berbagai bentuk yang lain (selain politik tentunya) malah menyebar dengan nyamannya keseluruh pulau kalimantan dan wilayah-wilayah diaspora orang banjar diluar pulau Kalimantan.
Salah satu dari pengaruh itu misalnya adalah Bahasa banjar yang telah dengan sedemikian rupa menjadi bahasa lingua franca di tiga per empat wilayah Kalimantan,seperti  dikalimantan selatan, Kalimantan tengah, Kalimantan timur, dan Kalimantan utara, bahasa banjar menjadi bahasa pergaulan sehari-hari. Tentu dengan logat dan dialeknya tersendiri diberbagai wilayah tersebut, Bahasa Banjar juga bukan saja digunakan dikalimantan sahaja, kantong-kantong diaspora orang banjar di pulau sumatera, kepualauan riau dan semenanjung Malaya dan Borneo utara seperti Negara Bagian Sabah Malaysia tetap menggunakan bahasa Banjar dalam berbagai kondisinya masing-masing.
Bahasa banjar pasaran memang diakui sebagai bahasa banjar yang sangat mudah dipelajari dan dikuasi dan sangat nyaman untuk digunakan dan sangat disukai.
Selain bahasa, budaya banjar lainnya yang masih terasa adalah budaya madam atau budaya merantau orang Banjar yang tetap hidup hingga sekarang, orang-orang banjar dapat ditemukan secara signifikan diseluruh pulau Kalimantan, bahkan dipulau-pulau lain diseluruh Indonesia bahkan ASEAN, dari Thailand hingga Filipina selatan kita bisa menemukan orang banjar dengan varian dan signifikasi yang berbeda-beda.