Sebenarnya di Pos 3 kami berencana untuk beristirahat lama sembari makan siang, namun karena di pos 3 sangat ramai maka kami hanya sekedar istirahat dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pos 4.
Perjalanan menuju Pos 4 cukup menguras tenaga apalagi berpapasan dengan turunnya pendaki lain, sehingga macet di track tidak bisa dihindari lagi. Saya pun beberapa kali tertidur ketika beristirahat sejenak, ditambah lagi bahu saya sudah mulai sakit menahan beban carrier dari tadi. Pendaki kali ini kebetulan saya memakai Carrier saya yang 65 Liter sehingga sangat terasa bebannya, berbeda dengan tahun lalu saya hanya memakai carrier 45 L karena memang waktu itu saya solo hiking. Setelah merasa cukup memulihkan tenaga di pos 3, kami pun melanjutkan perjalanan dan tak lama kami pun sampai di Simpang Maleber.
Pos 4 Simpang Maleber kami sampai pukul 14.20 dan langsung disambut puluhan pendaki yang sedang istirahat. Yup sejak tadi semua pos yang kami lewati selalu padat, apalagi pos 3. Kami beristirahat tidak terlalu lama, mengingat tinggal 1 pos lagi kami sampai di Alun-Alun Barat Surya Kencana. Kami pun melangkahkan kaki semakin cepat, rasa capek dan sakit di punggung seketika hilang tersugesti Alun-Alun Surya Kencana yang sudah di depan Mata.
Mendekati Alun-Alun Barat Surya Kencana kepadatan pendaki yang turun semakin banyak, tak jarang macet dan stuck di track pun kami alami. Inilah resiko melakukan pendakian di long weekend hihihi. Menuju Pos 5 kami pun terpisah yup karena kemacetan tadi, sehingga tidak bisa bersama-sama lagi.
Pukul 15.25 saya sampai Alun-Alun Barat Surya Kencana dan sudah di tunggu Pak Rino dan para wanita, ternyata saya dan Pak Very yang paling terakhir hihihihi. Kami pun mengabadikan banyak foto di Alun-Alun Barat, suatu pencapaian bagi kami semua apalagi bagi teman-teman yang baru pertama kali melakukan pendakian di atas 2000Mdpl.
Setelah puas mengabadikan moment saya mendahului ke Alun-Alun Timur untuk mencari area mendirikan tenda, saya memang berencana mendirikan disana mengingat Alun-Alun Timur memiliki sumber mata air dan dekat dengan track summit. Perjalanan menuju Alun-Alun Timur tanpa sengaja saya bertemu Rehan, Seorang pemuda asal Sukaraja Bogor, dan menariknya dia memiliki darah Halmahera, sama dengan saya.Â
Mamanya asli orang Halmahera dan Papanya Sunda, dan dia sempat bersekolah di Kota Ternate sehingga kami sangat luwes bercerita menggunakan logat dan dialek Halmahera. Momen ini menjadi hal spesial bagi saya, karena tahun sebelumnya saya pun bertemu dengan Bang Wahyu, pemuda Cianjur yang perna tinggal di Halmahera selama 6 bulan dalam kegiatan ekspedisi Indonesia. Hal ini membuat saya bernostalgia pada pendakian saya tahun lalu hihihi.