Mohon tunggu...
Alfath Syawal Ridho Putra
Alfath Syawal Ridho Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang penjelajah kata yang gemar mengeksplorasi beragam topik, mulai dari teknologi terbaru hingga cerita-cerita inspiratif sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Pesona Berpidato: Strategi Ampuh dari Persiapan Hingga Penampilan Akhir

21 Mei 2024   19:31 Diperbarui: 21 Mei 2024   19:35 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Oleh : Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Kemampuan berpidato merupakan seni yang bisa dipelajari. Sebagai keterampilan, pidato membutuhkan latihan dan kebiasaan berbicara di hadapan orang banyak. Di samping itu, penguasaan linguistik penting agar pilihan kata yang digunakan kaya, menarik, dan indah.

Untuk berbagai jenis pidato, baik yang bersifat informatif, persuasif, maupun rekreatif, keterampilan dan pengetahuan linguistik sangat diperlukan. Persiapan yang matang dibutuhkan untuk mencapai ketiga tujuan pidato tersebut.

Tahap awal dalam mempersiapkan pidato adalah memilih topik. Topik pidato merupakan isu utama yang masih bersifat umum dan abstrak. Sebenarnya, topik ini menjadi inti dari keseluruhan pembicaraan dalam pidato. Dalam praktiknya, topik tersebut kemudian dirinci atau dijelaskan dalam bentuk judul yang spesifik.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pidato, apakah untuk memberikan informasi, meyakinkan, atau menghibur. Pidato yang efektif idealnya mencakup ketiga aspek ini. Namun, tujuan utama tetap harus jelas. Sebagai contoh, pidato seorang menteri biasanya lebih fokus pada memberikan informasi.


Seorang politisi cenderung memberikan pidato yang persuasif. Sementara itu, pidato yang disampaikan oleh artis lebih berfokus pada hiburan. Namun, penceramah agama perlu menyampaikan pidato yang tidak hanya informatif, tetapi juga persuasif dan rekreatif dalam berbagai media, baik di panggung maupun di mimbar.

Untuk memastikan pidato yang disampaikan bermakna dan berkualitas, tahap persiapan berikutnya adalah meneliti literatur yang relevan dengan topik dan judul pidato. Ini penting untuk memperkuat dasar epistemologi pidato tersebut.

Bacaan yang perlu dipertimbangkan tidak hanya terbatas pada buku, tetapi juga termasuk hasil survei dan dokumen lainnya. Bagi penceramah agama, proses membaca literatur ini seringkali lebih mendalam. Dimulai dengan pemahaman terhadap Al-Qur'an, Hadits Nabi, karya Ulama, hingga ilmu bantu seperti Ilmu Sosial, Humaniora, dan bidang lainnya menjadi bagian penting dalam tahapan ini.

Memasuki tahapan selanjutnya dalam penyusunan pidato, kita memasuki tahap teknis yang melibatkan pembuatan kerangka pidato dari awal hingga akhir, mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup. Dalam pembukaan, penting untuk menjaga durasinya singkat, sementara fokus utama dari pendahuluan adalah memperkenalkan judul pidato dengan cara yang mengajukan pertanyaan.

Isi pidato harus disajikan dengan cara yang memudahkan pemahaman dan mengingat bagi pendengar. Salah satu teknik yang efektif adalah menggunakan metode numerik, di mana poin-poin utama disampaikan dengan angka, seperti "pertama", "kedua", "ketiga", dan seterusnya. Contoh penggunaannya adalah dalam ceramah agama, di mana penceramah dapat menjelaskan tiga ciri orang munafik secara berurutan, dimulai dari yang pertama, kedua, dan ketiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun