Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Suatu Hari Nanti di Tempat yang Indah

9 Januari 2021   16:50 Diperbarui: 9 Januari 2021   18:50 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit foto By Muhammad Alfariezie


Ada satu hal yang menarik perhatianku ketika pertama kali memasuki lapangan kalpataru untuk berolahraga. Bukan karena di sana banyak yang berjualan aneka makanan dan minuman atau penyewaan jasa mainan anak-anak. Di sana, ramai bukan sekadar pedagang atau yang berolahraga. Tapi canda tawa bapak, ibu dan anaknya. 

Sang bapak terpingkal-pingkal karena menakuti-nakuti anaknya yang berlari lantaran tak ingin digendong karena sedang asyik menikmati keindahan senja. Terlihat olehku, sang ibu tertawa riang sambil tepuk tangan memerhatikan bapak dan anak yang bermain di naungan awan putih keemasan di bawah langit luas nan biru.

"Apakah pemandangan seperti ini akan terulang pada suatu hari nanti di tempat yang indah, yang sejak dulu hingga hari ini dikenal sebagai surga? Betapa perasaan ini tergugah memandang itu semua. Padahal, aku tak sempat makan menjelang olahraga. Tapi, sungguh kenyang berada di lingkungan asri nan membahagiakan. Kadang, aku tertawa kecil sambil lari-lari, tapi tidak seperti heli."


Lingkungan yang cukup luas ini benar-benar membuka alam pikirku. Pertanyaan yang tak sempat terjawab dalam durasi singkat pun kembali terngiang beserta pemahaman yang luar biasa. Bayangku mengembara ke suatu tempat yang di sana terdapat seoarang tampan berkharisma mengatakan kalau surga memiliki bayi, baik yang masih merangkak maupun yang sudah berjalan. Orang itu mengatakan, anak panah busur bapak dan ibu terdapat di surga lantaran mati dalam keadaan suci atau belum sempat menjajal hitamnya jalan ramai yang sepi dan berpenyakit.

"Nafas pohon-pohon berbatang lumayan besar dan berdaun rimbun pada senja adalah keharmonisan nada-nada dan peristiwa di alam bawah sadar. Aku tidak bermimpi karena jelas tubuh ini bukan di atas tikar atau ranjang empuk bersprei lembut. Aku masih sadar karena melihat pembangunan yang belum selesai. Tapi, daun yang berayun dan udara yang selalu bergerak telah membawa aroma dari tempat yang di dalamnya terdapat anak-anak nan berseri-seri seperti cahaya embun di bunga merah nan segar merona."

Langit nampak kian gelap menandakan aku harus segera pulang guna membersihkan tubuh dari lengket keringat yang bacin. Cukup sudah pelajaran di hari yang cerah ini. Lagi pula, sudah lelah tubuh ini sebab memutari lapangan sepak bola sebanyak lima kali.

2020

Kredit Foto By Muhammad Alfariezi
Kredit Foto By Muhammad Alfariezi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun