Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Siapkah Bersaing dengan Asisten Digital, Milenial?

16 Juli 2019   10:49 Diperbarui: 16 Juli 2019   10:54 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: technologue.id

Jika saat ini manusia masih membutuhkan bantuan dari orang lain, muncul pertanyaan apakah dalam beberapa tahun kedepan hal ini masih dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial.

Perkembangan era digitalisasi melahirkan teknologi berupa asisten dalam wujud digital. Peran mereka menyerupai manusia dalam melakukan kegiatan umum sehari-hari.

Asisten digital kini hampir hadir di semua jenis smartphone terkemuka. Apple memiliki Siri, Microsoft memiliki Cortana, Google memiliki Google Assistant, Samsung memiliki Bixby, serta beragam asisten digital milik perusahaan lain.

Alexa adalah contoh asisten digital yang menerapkan kecerdasan buatan. Alexa digunakan untuk mencari informasi dasar serta sebagai upaya untuk mewujudkan rumah pintar masa depan.

Teknologi tersebut dioperasikan oleh Amazon dalam speaker yang bernama Echo. Speaker ini terhubung dengan jaringan internet serta dilengkapi mikrofon sehingga mampu berkomunikasi dua arah dengan pengguna.

Teknologi Alexa milik Amazon telah dikolaborasikan oleh National Health Service (NHS). Kolaborasi antar keduanya mampu memberikan informasi dan saran medis bagi pasien.

Amazon juga telah menjalin kerjasama bidang kesehatan lainnya dengan perusahaan farmasi online PillPaek dan perusahaan JP Morgan untuk membantu karyawan dengan mengurangi biaya perawatan kesehatan tanpa mengurangi kualitas pelayanan.

Alexa masih dalam proses penelitian dan pengembangan lanjutan dimana teknologi ini belum dapat melakukan pemeriksaan kesehatan secara fisik.

Alexa sebagai Kecerdasan buatan dinilai sangat membantu kalangan dokter dalam memberikan solusi kesehatan terbaik untuk pasien yang sedang ditangani. Para lanjut usia dan tuna netra akan terbantu dalam memperoleh informasi yang berkualitas.

Di sisi lain kecanggihan teknologi di bidang kesehatan juga mengancam profesi dokter maupun tenaga medis. Kehadiran semacam Alexa akan mengurangi peran dokter seiring perkembangan zaman.

Sebuah penelitian dilakukan perusahaan di Toronton oleh Yan Fossat dan Adam Palanica mengenai identifikasi 50 informasi obat yang paling akurat bagi pengguna.

Hasilnya bahwa Google Assistant jauh lebih unggul dalam hal mengidentifikasi berbagai jenis obat-obatan bermerek dan obat generik daripada asisten digital lainnya termasuk mengungguli Alexa.

Alexa mampu menggabungkan kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT) menjadi satu. Pasar Internet of Things diprediksi pada tahun 2022 kelak mencapai US$14 triliun.

Asisten digital juga mulai merambat dalam dunia otomotif yang menjadi navigator dalam membantu pengemudi. Selain itu, pengemudi akan dibantu dalam memutar musik hingga menanggapi notifikasi yang masuk dengan hanya perintah suara.

Sejauh ini, Amazon dan Google merupakan dua perusahaan terdepan dalam pengembangan speaker pintar di Amerika Serikat. Amazon mampu meraup keuntungan sebesar 67 persen sementara Google sebesar 30 persen.

Upaya mewujudkan rumah pintar dengan bantuan asisten digital tidak sebatas mimpi belaka. Aktivitas yang berada dalam rumah pintar dapat dilakukan secara mudah dan cepat melalui perintah suara.

Asisten digital diproyeksikan mampu bernyanyi maupun melontarkan lelucon kepada pengguna layaknya manusia. Sistem dalam teknologi ini sedang dicoba agar memahami secara sistematis keadaan emosional.

Penggunaan nada dan intonasi suara yang tepat dalam menyesuaikan situasi dan kondisi yang sedang dirasakan pengguna membuat seolah-olah teknologi menjadi hidup secara alami.

Kemampuan yang dimiliki dalam teknologi kecerdasan buatan saat ini terus dikembangkan agar dapat lebih banyak menerima perintah.

Perusahaan Ericsson pernah melakukan survei dimana lebih dari 40 persen pengguna asisten digital kini lebih mempercayai Artificial Intelligence (AI) dalam urusan privasi seperti menyimpan rahasia daripada manusia.

Penggunaan kecerdasan buatan maupun IoT masih perlu kajian mengenai keamanan data pribadi. Keberadaan mikrofon yang terkoneksi dengan internet di sekeliling rumah menimbulkan ancaman bagi privasi seseorang.

Berbagai hasil riset menunjukkan seiring perkembangan zaman muncul kekhawatiran berupa tidak adanya lagi hal-hal bersifat pribadi yang semestinya tidak diketahui publik.

Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi setiap perusahaan yang mengembangkan teknologi, yaitu menjamin keamanan data pengguna.

Teknologi akan terus berkembang sebelum semua robot menyebabkan tenaga kerja manusia menjadi gulung tikar. Terus mengasah kemampuan diri agar manusia tetap eksis dalam era digitalisasi.

Bogor, 16 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun