Ide yang keceh dan nggak receh, membuat kamu pede....
Seperti artikel sebelumnya Opo Iku Opini? Hal yang selanjutnya dilakukan adalah menumakan ide dan gagasan yang layak untuk ditulis dalam bentuk artikel.
Menemukan ide bisa delakukan dengan berbagai cara: Membaca buku, koran, majalah, menonton TV, mendengarkan radio, berbincang dengan ibu, saudara, teman, pasangan, satpam kantor, pengendara gojek, memantau media sosial, facebook, twitter, instagram, dll.
Nah, apa aja syarat ide yang layak ditulis untuk editorial dan opini?
Baru...(Belum banyak ditulis kolomnis lain), hangat, aktual, (jangan kejadian di jaman kerajaan Majapahit!!!), sedang ramai dibicarakaan, melibatkan orang-orang terkenal (ada statement atau apa saja yang menyebut orang terkenal, menyangkut masalah-masalah publik (korupsi, toleransi beragama, kesehatan, dll). Kayak news values aja ya?:)
Lalu? Mulailah menulis hihi... karena memang sesungguhnya menulis itu tidak ada formulanya dan belum ditemukan rumus bakunya...:)
Tidak ada kelasnya....Semua orang menulis dengan berbeda...Tapi ada panduannya..., kata Thomas L. Friedman, kolomnis The New York Times yang top markotop. Tapi kata dia: ada panduannya, lho?
Jadi, kamu bisa saja langsung menulis sret..sret..sret...
Atau...membuat outline/kerangka karangan dulu...menuliskan Angle (sudut pandang anda) atas ide/gagasan tertentu..biasanya dimulai dengan kalimat pertanyaan, misalnya, Bagaimana Perpu ...akan...Buatlah tiga sampai lima argumen yang tidak anda setujui yang dipercayai oleh orang di 'luar sana' dan daftar argumen yang hendak anda sampaikan.
Oh ya, menurut Tom Friedman yang tiga kali menang pulitzer ini, menulis opini memang beda dengan menulis berita...ya iyalaaah... anak semester satu juga tahu!
Reporter fokus menggali fakta-fakta, menjelaskan yang tampak dan rumit, memaparkan yang tersembunyi sementara penulis opini bertujuan mempengaruhi atau memprovokasi sebuah reaksi tidak sekadar mengabarkan sebuah informasi.