Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Semangat Kemandirian dan Kontekstualisasi Injil ala Kyai Sadrach

7 Agustus 2022   22:16 Diperbarui: 7 Agustus 2022   22:23 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GKJ Karangjoso (Sumber: Purworejokab.go.id)

Radin Abas

Sadrach lahir sekitar tahun 1835, di daerah Keresidenan Jepara. Namun sumber lain mengatakan ia lahir di Keresidenan Demak atau di Desa Luring dekat Semarang.  Tempat-tempat ini terletak di Jawa Tengah bagian utara di mana agama Islam pertama kali berpijak. Mula-mula ia bernama Radin.  

Dalam catatan Dr. Soetarman Soediman Partonad, akhiran "in" pada namanya menunjukan bahwa ia berasal dari desa.[1] Soetarman menulis disertasi tentang Kyai Sadrach untuk meraih gelar doktornya di Belanda.   

Usia 17 tahun Radin berguru ke pesantren di Jombang. Untuk pertama kali Radin bersinggungan dengan ajaran Kristen lewat Ds. Jellesma yang berkhotbah tentang Injil di Mojowarno.  Sebagai seorang yang digambarkan berwatak keras dan progresif , Radin, selalu ingin tahu tentag "ilmu" baru yang ia dengarkan. Dari Jombang ia pindah ke Ponorogo, lalu Semarang. Di kota ini ia tinggal di Kauman dan menambahkan nama Arab "Abas" yang menunjukkan bahwa ia benar-benar seorang santri. 

Bertemu Mantan Guru

Sebenarnya Radin Abas tidak langsung berkenalan dengan Ibrahim Tunggul Wulung di Semarang. Ia bertemu mantan  guru "ngelmu" jawanya terlebih dahulu. Pak Kurmen. Tetapi Pak Kurmen bukan guru ngelmu lagi. Ia telah dikalahkan oleh Tunggul Wulung dalam debat umum. Dan dibaptis menjadi Kristen. 

Kemendikbud.go.id 
Kemendikbud.go.id 

Oleh Pak Kurmen,  Radin Abas diperkenalkan kepada Tunggul Wulung. Ia sangat terkesan dengan Tunggul Wulung dan belajar darinya bahwa orang Kristen Jawa tidak harus diartikan meninggalkan adat Jawa.

"Ketika dia pindah dari Kauman ke desa kecil di luar kota, ia menghadiri kebaktian gereja Hoezoo secara teratur, walupun ia mesti berjalan kaki selama lima jam. Ini menunjukkan keseriusannya kepada kekristenan," tulis Soetarman.

Tahun  1866 Radin Abas memutuskan datang ke Batavia (Jakarta) untuk bertemu F.L.Anthing. Ia ditemani oleh Tunggul Wulung.  Anthing, bekas hakim di Semarang, dengan senang hati menerima Radin Abas dan menerimanya sebagai pembantu. Di sinilah Radin Abas memutuskan untuk dibaptis. Untuk persiapan baptis ia menerima katekisasi dari Mattheus Teffer, seorang utusan NZG, teman dekat Anthing. Pada 14 April 1867 Radin Abas dibaptis oleh Pendeta Ader, pendeta dari Indische Kerk, Buintenkerk, (sekarang GPIB Sion, Jakarta)  dengan nama baptis Sadrach.   

Mendirikan Gereja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun