Mohon tunggu...
Alexander Bala
Alexander Bala Mohon Tunggu... Pegiat Kata

Menulis seadanya: merekam tentang perjalanan, pengalaman, dan cinta

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kelimoetoe Toneel Club

8 Oktober 2025   12:23 Diperbarui: 8 Oktober 2025   12:23 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebanyak 12 naskah tonil (sandiwara) yang ditulis Sukarno ketika menjalani masa pembuangan di Ende. Dua dari ke-12 naskah tersebut pernah dipentaskan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores. Kedua naskah tonil tersebut, yakni Dokter Syaitan dipentaskan di ruang siar RRI Ende oleh mahasiswa PBSI dengan dua pelaku lain, yaitu Prof. Dr. Stephanus Djawanai, Ph.D., (Rektor Universitas Flores) dan Taufik Kiemas (Ketua MPR RI). Keduanya sudah dipanggil pulang keharibaan Tuhan Pencipta sang pemilik kehidupan. Semoga mereka damai di surga.

Naskah tonil kedua yakni Rahasia Kelimutu juga pernah dipentaskan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores tahun 2013 di Auditorium H.J. Gadi Djou Ende, di hadapan tamu dari Kementerian Pendidikan, Kementerian Pariwisata, dan tamu undangan lainnya bertepatan dengan pemugaran situs-situs Bung Karno selama pembuangannya di Ende.

Tonil bagi Soekarno merupakan jalan lain untuk mengirim pesan kepada kaum kolonial bahwa kita bangsa Indonesia ini punya harkat dan harga diri. Oleh karena itu, Sukarno tidak hanya menulis naskah, namun ia tampil sebagai sutradara, produser, bahkan sebagai penonton untuk memberi semangat kepada penonton dan khalayak masyarakat untuk terus berjuang. Ende punya kisah historis yang kuat. Di Ende Soekarno pernah diasingkan (1934-1938). Ada beberapa bukti sejarah Bung Karno di Ende. Salah satunya adalah Kelimoetoe Toneel Club

Kelimoetoe Toneel Club

Klub Tonel Kelimutu, klub yang dibentuk oleh Ir. Soekarno ketika di Ende. Klub ini dipandangnya sebagai "kampus" untuk menyelenggarakan diskusi, pementasan drama, bernyanyi, berpawai, termasuk berlatih lagu-lagu popular. Anggotanya diperkirakan sebanyak 90 orang, ketika itu. Di hadapan massa, Soekarno tampil menjadi "singa podium".

Semuanya tergantung pada kepemimpinan Bung Karno, sang sutradara dan seniman. Ia melatih secara rinci orang-orang tak terpelajar, seperti bagaimana memainkan orang mati di panggung sederhana. Anggota tonil pun tidak memahami dan mengerti mengapa orang hidup yang sengaja menjadi mati dipertontonkan di atas panggung. Namun, Soekarno tidak pernah lelah, berhari-hari memberikan pelatihan agar pementasan tonil berhasil.

Selama di Ende Soekarno menghasilkan beberapa naskah tonil. Tonil yang terkenal adalah Dokter Syaitan dan Rahasia Kelimutu. Properti pementasan, misalnya banner dilukis dan digambar sendiri, sebab Bung Karno juga adalah seorang pelukis. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun