Mohon tunggu...
Alexa
Alexa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Digunakan untuk mengunggah tugas dan berbagi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

INOVASI ANIMASI UNTUK MEDIA PROMOSI KISAH SI CANTIK NYALE

27 Februari 2024   12:50 Diperbarui: 27 Februari 2024   13:14 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

'Bau Nyale' mungkin terdengar asing di telinga sebagian besar dari pembaca. Tapi tahukah Anda, tepat tanggal 29 Februari dan 1 Maret 2024 nanti akan dilaksanakannya peringatan tradisi Bau Nyale 2024 di pantai selatan Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Penentuan tanggal ini melalui sangkep warige (musyawarah) yang dihadiri para tokoh adat, agama dan pemerintah yang berlangsung di Dusun Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, pada Minggu 14 Januari tahun 2024 lalu.

Jadi, 'Bau Nyale' adalah festival upacara adat yang digelar setiap tahun di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Festival ini dilaksanakan sebagai bentuk tradisi penghormatan terhadap legenda yang berkembang secara turun temurun di kalangan masyarakat Sasak di Pulau Lombok.

Sebagai satu dari banyaknya warisan budaya yang memikat milik Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara Barat tentu perlu di pertahankan eksistensinya terutama di tengah era modernisasi 4.0. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi untuk mempertahankan keberadaan upacara adat ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan.

Legenda Putri Mandalika 

Dipercaya bahwa asal usul nyale (sejenis cacing laut yang hidup di lubang dan batu karang di bawah permukaan laut) berasal dari legenda tentang Putri Mandalika. Putri dari seorang raja ternama dengan paras rupawan dan baik hatinya. Tak heran jika banyak pangeran yang mengidam-idamkannya sampai timbul persaingan antara mereka. Persaingan tersebut menimbulkan ancaman bagi keutuhan dan kerukunan masyarakat Lombok.

Diceritakan Putri Mandalika melakukan sebuah ritual semadi untuk menentukan apa yang harus dilakukannya. Dari semadi itu, Putri Mandalika mendapatkan sebuah petunjuk (wangsit) untuk mengundang dan mengumpulkan seluruh pelamar yang ingin meminangnya di Bukit Seger, Mandalika. Karena rasa cintanya yang besar kepada masyarakat dan ingin semua hidup dalam kerukunan dan kedamaian, alih-alih memilih seorang pangeran, Putri Mandalika justru memutuskan untuk terjun ke Laut. Semua orang terkejut dan berlomba untuk menyelamatkan sang putri, namun tak ada satu pun yang berhasil menemukannya.

Setelah kepergian Putri Mandalika itu, konon muncul kumpulan cacing berwarna-warni dengan jumlah yang sangat banyak di pantai tempat Putri Mandalika menceburkan diri dan menghilang, dan hewan inilah yang kemudian disebut nyale. Masyarakat Lombok percaya bahwa nyale adalah jelmaan dari Sang Putri dan sebagai bentuk penghormatan diadakan ritual adat Bau Nyale (menangkap cacing laut) setiap tahunnya.

Inovasi Animasi si Cantik Putri Mandalika

Dahulu, dalam mengenal suatu budaya atau tradisi di suatu daerah diperlukan usaha untuk mendatangi daerah tersebut. Hal inilah yang menjadi kendala bagi kearifan lokal festival Bau Nyale. Jarak tempuh yang cukup jauh serta memakan biaya menjadi kendala utamanya karena Nusa Tenggara Barat berada di Indonesia bagian timur. Kurangnya wisatawan yang mengikuti festival dikhawatirkan akan mengurangi eksistensi dari festival ini.

 Tindakan yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensi dari tradisi Bau Nyale adalah dengan berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi. Zaman sekarang kemajuan teknologi tidak dapat di hindarkan, jadi aksi yang paling efektif adalah pemanfaatan teknologi yang tepat sebagai media promosi dan pemahaman mengenai upacara adat Bau Nyale.

Salah satu bidang yang berkembang akibat kemajuan teknologi adalah bidang seni animasi. Selain itu, fakta mengatakan bahwa manusia memproses data visual lebih baik daripada bentuk data lainnya, gambar diproses otak 60.000 kali lebih cepat daripada teks, dan 90% informasi yang dikirimkan ke otak adalah berbentuk visual. Hal ini membuka peluang penggunaan media animasi untuk upacara adat Bau Nyale dalam proses promosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun