Malino merupakan sebuah kota dingin seperti kota Bogor kalau di Jakarta. Dalam sejarah perjalanan Dewan Gereja-gereja di Indonesia yang kemudian berubah namanya menjadi PGI maka nama kota Malino tidak pernah akan di lupakan. Apalagi kalau Gereja-gereja anggota PGI di Kawasan Timur Indonesia. Kota ini merupakan tempat duduk secara bersama membuat gagasan untuk dapat berjalan bersama termasuk di dalam kerangka pendirian Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Timur.
Dalam zaman sekarang ini, kota Malino kembali dikenal namanya karena merupakan tempat pertemuan di dalam kerangka membicarakan bagaimana keluar dari pertikaian yang terjadi di Poso. Hal ini berlangsung 19-20 Desember 2001 lalu.
Poso yang selama beberapa tahun terakhir ini dilanda konflik berkepanjangan dengan beberapa "jilid" bahkan adalah yang menyebutnya jilid I hingga jilid V. Dan tentu kita berntanya: apa alasan dilaksanakan di kota dingin Malino, kenapa tidak di Palu ataukah ditempat lain?. Hal ini mungkin saja karena Malino kota dingin sehinggaa setiap orang yang datang kesana mengadakan perundingan, kepalanya akan dingin di dalam mengadakan perundingan.
Dalam menjaga keamana bagi setiap peserta maka pihak polisi mengadakan pengamanan yang cukup ketat. Ada dua satuan setingkat Kompi (SSK) dari Brimob dan satu SSK dari Perintis. Setiap SSK terdiri dari seratus personil yang melaksanakan tugas pengamanan di sekitar hotel tempat menginap peserta di kota Makassar dan di Malino selama perundingan berlangsung.
Pihak pemerintah yang menjadi mediator dalam perundingan ini, Tim koordinasi dari Pemerintah dipimpin oleh Menko Kesra Jusuf Kalla, beranggotakan antara lain: Gubernur Sulawesi Tengah, Pangdam VII Wirabuana, dan Kapolda Sulsel.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI