Ketahanan rekayasa bertemu dengan realitas militer dalam konflik Juni 2025 yang mendefinisikan ulang pertahanan dalam peperangan
Musim panas tahun 2025 menandai titik balik dalam sejarah militer ketika Amerika Serikat meluncurkan senjata bunker-buster paling canggihnya terhadap fasilitas nuklir Iran yang terkubur sangat dalam. Misi rahasia AS, yang dijuluki "Operation Midnight Hammer", menyerang tiga fasilitas nuklir di Iran — Fordo, Natanz, dan Isfahan — pada dini hari waktu setempat.
Namun, aspek paling mencengangkan bukanlah kekuatan luar biasa yang digunakan, melainkan ketahanan teknologi Iran dalam mempertahankan operasional meskipun menghadapi senjata yang secara khusus dirancang untuk menghancurkan target paling keras di dunia.
Tantangan Rekayasa Tertinggi: Bertahan dari Bunker-Buster
Fasilitas nuklir Iran yang paling diperkuat, Fordo, terkubur jauh di dalam gunung. Hanya Amerika Serikat yang memiliki bom seberat 30.000 pon — yang sering disebut sebagai "bunker buster" — yang mampu mencapainya.
Spesifikasi teknisnya mencengangkan: GBU-57 A/B, dengan berat sekitar 30.000 pon, adalah bom berpemandu presisi yang mampu menembus sekitar 200 kaki di bawah permukaan sebelum meledak. Caine mengatakan bahwa 14 bom "bunker buster" dijatuhkan dari pembom siluman B-2 ke setidaknya dua situs nuklir, termasuk Fordo.
Fakta bahwa program nuklir Iran tetap beroperasi setelah terkena serangan langsung dari senjata ini menunjukkan keberhasilan rekayasa pertahanan atas kekuatan penghancur murni.Â
Strategi Rekayasa Pertahanan Iran
Arsitektur Sistem Terdistribusi
Alih-alih memusatkan semua kemampuan di satu lokasi, para insinyur Iran merancang program nuklir mereka dengan prinsip yang dikenal dalam ilmu komputer sebagai "fault tolerance" — kemampuan sistem untuk tetap berfungsi ketika komponen tertentu gagal. Pendekatan terdistribusi ini mencerminkan arsitektur komputasi awan modern, di mana operasi penting secara otomatis dialihkan ke komponen yang masih berfungsi ketika server mengalami gangguan.
Teknologi Infrastruktur yang Diperkeras
Fasilitas Fordo menunjukkan rekayasa pertahanan yang sangat canggih: dinding beton bertulang untuk menyerap energi kinetik, dukungan struktural ganda yang mendistribusikan ulang beban ketika struktur utama rusak, dan desain terpisah-pisah yang mengisolasi operasi penting dari bagian yang terkena kerusakan. Terletak 300 kaki di bawah gunung dan dilindungi oleh sistem pertahanan udara buatan Rusia, Fordo diyakini oleh para ahli militer sebagai kunci dari program nuklir Iran.Â
Respons Strategis: Manuver Selat Hormuz
Ketahanan teknologi Iran memungkinkan fleksibilitas strategis bahkan di bawah serangan berat. Dalam langkah besar setelah AS menyerang situs nuklir Iran, parlemen negara tersebut pada hari Minggu menyetujui penutupan Selat Hormuz.
Parlemen Iran secara bulat menyetujui usulan dramatis untuk menutup Selat Hormuz, jalur pengiriman minyak dan gas paling vital di dunia, sebagai bentuk pembalasan langsung atas serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir di Fordo, Natanz, dan Isfahan.
Langkah strategis ini menunjukkan bagaimana teknologi pertahanan mempertahankan opsi strategis. Iran tidak perlu menguasai seluruh jalur laut secara fisik untuk mengganggu pasar energi global — mereka hanya perlu menciptakan ketidakpastian yang cukup besar tentang keselamatan pelayaran untuk mempengaruhi tarif asuransi pengiriman dan harga energi.Â
Matematika Pertahanan Modern
Konflik Juni 2025 memperlihatkan rumus dasar dalam perang modern: sistem pertahanan harus mencapai kinerja nyaris sempurna, sementara sistem ofensif hanya membutuhkan keberhasilan sebagian untuk mencapai tujuannya. Angkatan Udara memiliki senjata yang mungkin dapat menembus fasilitas Fordo — bom GBU-57A/B MOP (Massive Ordnance Penetrator), bom berpemandu presisi seberat 30.000 pon yang dapat menembus hingga 200 kaki sebelum meledak.
Namun kemampuan Iran untuk bertahan dari serangan ini menunjukkan bahwa sistem terdistribusi dan redundan dapat memiliki nilai strategis lebih tinggi dibanding senjata super yang terpusat. Prinsip rekayasa seperti fault tolerance dan graceful degradation, yang diambil dari ilmu komputer, kini menjadi pusat dari perencanaan militer.Â
Perang Elektronik dan Ketahanan Digital
Di balik ledakan yang terlihat terdapat dimensi tak kasat mata dari perang elektronik. Kemampuan Iran untuk mengkoordinasikan respons parlemen dan komunikasi strategis saat berada di bawah serangan menunjukkan kemampuan pertahanan perang elektronik yang canggih. Operasi militer modern sepenuhnya bergantung pada komunikasi digital dan sensor yang terhubung dalam jaringan — semuanya rentan terhadap gangguan elektronik.
Tantangan teknisnya sangat besar: menjaga komunikasi tetap aman saat musuh aktif mengganggu frekuensi radio, dan mengkoordinasikan operasi di berbagai unit yang tersebar saat sistem navigasi satelit terganggu.Â
Implikasi untuk Perang di Masa Depan
Konflik Juni 2025 memberikan wawasan penting tentang evolusi peperangan teknologi:
Ketahanan Lebih Penting dari Kekuatan Mentah: Ketahanan Iran menunjukkan bahwa sistem terdistribusi dan redundan bisa lebih bernilai strategis daripada senjata yang terpusat. Prinsip rekayasa sistem seperti fault tolerance kini menjadi pusat strategi militer.
Integrasi Lebih Penting dari Inovasi: Keberhasilan Iran tampaknya lebih berasal dari integrasi teknologi yang sudah ada daripada dari terobosan revolusioner. Koordinasi antara berbagai sistem — pertahanan udara, perang elektronik, komando dan kendali — ke dalam jaringan yang koheren bisa lebih penting daripada keunggulan teknologi individual.
Fleksibilitas Strategis Melalui Ketahanan Teknis: Kemampuan Iran untuk mengancam Selat Hormuz saat berada di bawah serangan menunjukkan bahwa teknologi pertahanan mempertahankan opsi strategis. Pihak yang masih memiliki kemampuan operasional setelah diserang memiliki posisi tawar yang lebih besar.Â
Konflik masa depan tidak akan dimenangkan oleh pihak yang mampu melancarkan serangan paling menghancurkan, tetapi oleh pihak yang mampu merekayasa sistem agar tetap bertahan, beradaptasi, dan terus beroperasi di bawah tekanan ekstrim. Ketahanan tak terduga Iran terhadap superioritas teknologi yang luar biasa membuktikan bahwa rekayasa cerdas bisa menjadi penyama strategis tertinggi di era digital. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI