Rasanya lebih baik tinggal dirumah saja  tidak melakukan apapun, menyendiri dan bersemedi. Daripada semua itu menjadi dosa meningan tidak bertemu mereka sama sekali. Hal itu bisa terjadi pada diri kita bahkan terbenak dalam pikiran secara terus-menerus.
Tapi perlu kita ketahui teman-teman semuanya yang budiman.
Kita adalah makhluk sosial yang tidak semestinya memiliki jarak pada makhluk lainnya. Toh kita membutuhkan mereka dan tanpa mereka kehidupan itu akan seperti apa.
Kebayangkan, kalo di dunia ini manusia hidup sendiri-sendiri membatasi kehidupannya. Mungkin sekolah, tempat kerja, komunitas dan organisasi takan pernah ada.
Lalu bagaimana kita bisa berinteraksi dengan makhluk yang lainnya. Kemampuan berbahasa dapat menjadi  kebutuhan berkomunikasi setiap manusia.
Kemudian seiring berjalannya waktu kita masuk pada era revolusi industri. Revolusi dan kemajuan teknologi sangat begitu cepat. Tidak ada pembatasan sosial, justru dengan kemajuan teknologi ini sosialisai kita semakin mudah.
Dengan berbagi selfie foto sana-sini, orang asing bisa menjadi teman penting, dan orang-orang sekitar kita yang justru menjadi terasingkan.Â
Teknologi ini mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Sejak 2.000 tahun yang lalu, para Filsuf Stoa sudah menyadari nature manusia yang harus hidup sebagai makhluk sosial. Dalam Meditations, Marcus Aurelius berkata, "Semua manusia diciptakan untuk satu sama lain"
Ini semua menjadi bukti bahwa sudah sejak dulu manusia damai dengan makhluk lainnya. Mungkin dulu berburu dan berkebun menjadi salah satu komunikasi hidup sosial. Hingga tiba manusia berevolusi menjadi modern.
Namun, manusia juga adalah Homo Homini Nyebelin--manusia yang nyebelin manusia lainnya.