Mohon tunggu...
Adil
Adil Mohon Tunggu... Animator - Manajemen

atliet

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup di Antara Orang yang Menyebalkan (Sebuah Filsafat)

8 April 2020   09:35 Diperbarui: 8 April 2020   09:42 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lektur.ID/konten

Menyebalkan adalah respon dari penyebabnya sebuah masalah

Apa yang terjadi pada diri kita apabila bangun tidur, ibu sudah marah-marah karena kita masih bermalas-malasan. Padahal kamu tahu bahwa hari ini adalah hari libur.

Kamu hanya meminta tubuhmh untuk sekedar beristirahat dari aktivitas yang selama seminggu membosankan dan terus berulang-ulang.


Apakah ibumu yang salah memarahimu karena malas. Apakah kamu yang berbuat salah, sedangkan niatmu adalah untuk istirahat.

Sekarang kita pahami, apa yang dimaksud ibu untuk membiarkan anaknya bermalasan itu sebuah hal yang menyebalkan. Tentunya respon kita akan begitu kesal dan teras terganggu dengan semua itu.

Namun perlu kita ketahui kesalahan dalam percakapan antara ibu dan anak ada pada kesalahan anak itu sendiri. Sebab kita merespon itu dengan perasaan tidak bersalah.

Mungkin kita juga pernah merasa begitu kesal dan menyebalkan saat kita pergi ke luar rumah. Merasa malas untuk pergi ke acara keramaian atau bertemu dengan orang banyak terasa mengeluarkan banyak tenaga.

Dalam diri kita berpikir bahwa mereka akan memberikan perilaku yang menyebalkan. Saat kita baru saja keluar ruamah bergegas untuk berangkat kerja atau sekolah.

Lalu diperjalanan ada aja orang yang melanggar aturan lalu lintas misalnya, menerobos lampu merah, belok secara tiba-tiba tanpa lampu sen. Pergi ke tempat umum seperti mall, hal yang menyebalkan ketika dalam antrtian toilet dan lift.

Dan pergi ke acara kelurga pun sekalian, kita menemui saja keluarga yang sering berkata tajam seperti silet dan usil yang tidak berkenan dalam hati.

Rasanya lebih baik tinggal dirumah saja  tidak melakukan apapun, menyendiri dan bersemedi. Daripada semua itu menjadi dosa meningan tidak bertemu mereka sama sekali. Hal itu bisa terjadi pada diri kita bahkan terbenak dalam pikiran secara terus-menerus.

Tapi perlu kita ketahui teman-teman semuanya yang budiman.

Kita adalah makhluk sosial yang tidak semestinya memiliki jarak pada makhluk lainnya. Toh kita membutuhkan mereka dan tanpa mereka kehidupan itu akan seperti apa.

Kebayangkan, kalo di dunia ini manusia hidup sendiri-sendiri membatasi kehidupannya. Mungkin sekolah, tempat kerja, komunitas dan organisasi takan pernah ada.

Lalu bagaimana kita bisa berinteraksi dengan makhluk yang lainnya. Kemampuan berbahasa dapat menjadi  kebutuhan berkomunikasi setiap manusia.

Kemudian seiring berjalannya waktu kita masuk pada era revolusi industri. Revolusi dan kemajuan teknologi sangat begitu cepat. Tidak ada pembatasan sosial, justru dengan kemajuan teknologi ini sosialisai kita semakin mudah.

Dengan berbagi selfie foto sana-sini, orang asing bisa menjadi teman penting, dan orang-orang sekitar kita yang justru menjadi terasingkan. 

Teknologi ini mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Sejak 2.000 tahun yang lalu, para Filsuf Stoa sudah menyadari nature manusia yang harus hidup sebagai makhluk sosial. Dalam Meditations, Marcus Aurelius berkata, "Semua manusia diciptakan untuk satu sama lain"

Ini semua menjadi bukti bahwa sudah sejak dulu manusia damai dengan makhluk lainnya. Mungkin dulu berburu dan berkebun menjadi salah satu komunikasi hidup sosial. Hingga tiba manusia berevolusi menjadi modern.

Namun, manusia juga adalah Homo Homini Nyebelin--manusia yang nyebelin manusia lainnya.

Entah apa pertikaian yang dulu pernah dilakukan nenek moyang kita soal  menyebalkannya setiap manusia. Mungkin, berebut batu atau saling rebutan mantan. Entahlah bagaimana mereka dulu. Hidup dengan segala keterbatasan.

Kita semua juga mungkin adalah sosok yang sangat menyebalkan bagi orang lain. Hanya saja kit tidak menyadari hal itu. Seperti hal biasa yang nyebelin seperti "Kapan nikah?" atau saat kita share foto sendiri.

Lalu ada salah satu teman kita yang respon komentar dengan menyebut "duduk sendiri aja, kapan berduanya" Saya yakin seringkali kalian saling membalas pesan itu.

Pokoknya segala perilaku dan tindakan tidak tertib seringkali sangat begitu mengganggu. Manusia saling menyakiti dan menyinnggung itu memang terjadi saat ini.

Di dunia ini tidak ada tempat yang tidak menyebalkan sekalipun itu tempat ibadah. Dan Aku yakin hanya di surga kelak tempat kita akan selalu berbahagia. Karena itu semua realitas.

Untuk saat ini meminta orang lain tidak menyebalkan itu tidak mungkin, karena itu warna-warni hidup. Gila apabila kita memaksa individu yang puya idelais sendiri kita atur.  

Wajar saja ketika orang jahat menyakiti yang lain dan kita berharap hanya diri kita yang tidak tersakiti. Coba kita pikir, diri kita itu siapa?

Kita memang dikelilingi oleh perilaku buruk di sekitar kita pada orang lain. Seringkali kita mengelus dada dan hanya bisa prihatin pada diri kita sendiri.

Kenapa demikian kita prihatin, mungkin mengapa dan kenapa perilaku itu bisa terjadi. Semua orang akan sadar bahwa kita sendiri akan tertimpa masalah yang menyebalkan.

Coba teman-teman bayangkan. Apabila perilaku jahat, menyebalkan dan membuat  emosi  itu tiba-tiba hadir pada diri kita. Apakah kita akan berdiam dir saja dan mara-marah lebay?

Renungkan sejenak, sempat tidak kita berpikir bahwa pertikaian terjadi bukan karena si pembawa masalah. Tapi respon kita terhadap masalah tersebut yang membuat masalah itu besar. Dan kita punya kendali atas kuasa yang ada dalam diri kita.

Kita tidak bisa memaksa untuk mengendalikan orang lain. Kecuali, kita kendalikan diri kita. Karena saat hal menyebalkan itu hadir, hanya diri kita lah yang mampu menentukan. Apakah kita merasa terganggu atau tidak atas hal yang terjadi.

Kuasa diri itulah yang bisa menentukan. Tergangggu atau tdaknya terserah kita. Diri kita yang memberikan power ke orang lain. Dan Orang lain tidak akan merasa kembali kesal apabila kita tidak mengkonfirmasi itu semua.

Apbila teman kita mengejek dan mengolok-ngolok soal kita. Mereka sebenarnya tidak salah, karena pandangan mereka pada kita buruk. Tapi diri kitalah yang salah, dan mengkonfirmasi bahwa diri kita terganggu. Itulah akar yang akan membuat hidup kita menyebalkan.

Terkadang orang lain bisa menjengkelkan kita bukan karena ada hal negatif dalam diri kita. Justru karena mereka TIDAK bisa melakukan apa yang kita kerjakan.

Sederhana lagi, saat kita sering membantu orang lain. Dikelas misalnya, kamu orang yang sering disruh ketua kelas mengambilkan absen, tetapi seiring berjalannya waktu tidak pernah mengucapkan tanda terimakasih sekali pun. Sehingga dia terbiasa seakan itu adalah tugasmu sebagai sekretaris kelas.

Lalu pada waktu itu kau merasa kesal karena perilakunya. Yang sebenarnya tidak ada salahnya. Karena apabila kita ikhlas dan menjalani itu sebagai sebuah kebaikan, maka tanda terimakasih tidak ada artinya. Bahkan tidak ada respon senyum sekalipun.

Pernah mungkin sesekali kamu bertemu dengan orang lain. Kita membantunya dengan tulus. Kamu selalu menebarkan senyum dan ramah, tetapi respon yang diberikan itu begitu datar. Pasti kita kesal dan merasa tidak dihargai. Justru kita telah berperilaku salah apabila respon kita negatif. Karena bersikap baik pada orang lain adalah ada pada kendali kita Tidak perlu berharap menerima balasan. Karena respon dari orang lain termasuk diluar kendali kita.

Kita hanya perlu berbahagia pada diri kita sendiri, bahwa perilaku kita baik. Dengan tidak memperdulikan respon orang lain.

Saat kita berharap sebuah balasan, berarti kita tidak menghargai alam. Bahwa alam telah mengajarkan kita untuk hidup sebaik-baiknya tanpa menunggu balasan. Dan alam sudah merancang itu semua agar kita saling membantu dan melengkapi.

Sekarang kita harus yakin pada diri kita sediri dan hindari perilaku yang menyebalkan dan itu diciptakan oleh kita sendiri.

Apa yang kita ambil dari sebuah sikap menyebalkan itu justru adalah sebuah kebaikan.

Pertama, manusia adalah makhluk sosial dan alam mengatur itu semua.

Kedua, Dalam kehidupan sosial kita harus siap menerima perilaku timbal balik dari mereka semua.

Ketiga, Kalau kita terpancing dengan emosi orang lain yang menyebalkan  itu adalah kesalahan kita

Keempat, Dibalik perilaku menyebalkan orang lain, kemungkinan besar tidak ada motivasi untuk melakukan hal yang jahat

Kelima, Orang yang melakukan perbuatan menyebalkan karena tidak tahu, justru seharusnya dikasihani bukan dimarahi

Keenam, tidak ada yang bisa  merendahkan jiwamu. Sebuah patung yang diejek dan dicela tidak akan berubah dengan sebuah kat-kata.

Ketujuh, Kemarahan kita jauh lebih merusak daripada penyebab kemarahan itu sendiri.

Tetaplah menjadi orang yang menebarkan perilaku positif :)

(Kompasiana/aldinurfadilah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun