Mohon tunggu...
Aldila Andrianti
Aldila Andrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perempuan

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammahdiyah Malang. “Make it simple, but significant”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Media Sosial, Wadah untuk Perang Sensasi?

18 Juni 2021   21:14 Diperbarui: 18 Juni 2021   21:59 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Abad ke-20 merupakan abad dimana teknologi mengalami perkembangan yang bergerak sangat cepat. Perkembangan yang sangat cepat tersebut lebih banyak didominasi oleh perkembangan teknologi dan informasi (TIK) yang tidak dapat dilepaskan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat dunia. Berbagai macam kemudahan yang kita rasakan dengan adanya keberadaan perkembangan teknologi dan informasi yang memiliki nilai plus dan juga minus di dalamnya. Di dalam era sekarang, telah muncul generasi-generasi milenial yang telah hidup di zaman dengan serba kemudahannya dalam mengakses sebuah informasi yang beredar di media sosial, seperti di Twitter, Instagram, Facebook, Whatsapp, dan aplikasi lainnya. Kemudahan yang didapatkan oleh generasi milenial tersebut juga disebabkan oleh adanya kemudahan untuk mendapatkan sebuah ponsel pintar (smartphone) yang memiliki dampak negatif dan juga positif tergantung dari penggunanya. 

Globalisasi merupakan sebuah masa dimana seluruh aspek mengalami perkembangan yang sangat cepat. Globalisasi tidak dapat dicegah. Hal tersebut dikarenakan globalisasi untuk saat ini telah menjadi kebutuhan. Dalam artian lain, globalisasi merupakan sebuah fenomena yang terjadi secara mendunia. Hal ini disebabkan oleh adanya kemajuan di dalam bidang teknologi yang menyebabkan hilangnya jarak antar manusia. Karena di dalam era globalisasi ini, jarak antar kabupaten, pulau bahkan negara tidaklah ada artinya. Globalisasi yang telah menjarah dalam kehidupan manusia, menyebabkan adanya berbagai macam tantangan dan harus segera diatasi. Bilamana tidak segera diatasi, maka hal tersebut akan semakin membuat dampak negatif dari adanya globalisasi akan tertutupi dengan dampak positifnya

Adanya perkembangan teknologi tersebut tidak dapat di kontrol, dimana seluruh kalangan sangat mudah untuk mengaksesnya. Baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa. Namun sayangnya, perkembangan media yang merupakan dampak dari adanya perkembangan globalisasi tersebut semakin menampakkan dampak negatifnya. Penayangan media terhadap konten yang bersifat mendidik sangat dikurangi. Namun sebaliknya, media menayangkan tayangan yang kurang mendidik seperti menayangkan artis-artis atau individu yang sedang terkenal bukan dikarenakan prestasi, namun dikarenakan sensasi. Tayangan edukasi seperti hitam putih, si bolang, laptop si unyil dan lain sebagainya banyak tertutup dengan adanya konten-konten yang sebenarnya hanya mencari sebuah sensasi saja. Bilamana kita telisik lebih jauh lagi, tayangan seperti Hitam-Putih yang tayangkan di Trans7 dan Kick Andy di Metro TV merupakan sebuah tayangan yang berguna untuk generasi muda, dimana dalam tayangan tayangan tersebut, dapat memotivasi generasi muda untuk dapat terus berkarya. Selain itu, di dalam tayangan laptop si unyil, kita akan mendapatkan pengetahuan baru tentang pembuatan suatu produk yang di jual di pasaran. 

Media sosial merupakan media yang memiliki jangkauan sangat luas sehingga dapat dijadikan sebuah media untuk berperang satu sama lain. Pengertian perang disini bukanlah saling melakukan baku tembak, namun perang melalui media sosial adalah sebuah perang untuk mencari sensasi sehingga mendapatkan keuntungan, yaitu akan diundang di acara televisi. Baru-baru ini, terdapat sebuah acara televisi  "Pagi-Pagi Ambyar" yang mengundang seorang Denise Chariesta untuk bertemu dengan Uya Kuya. Awal permasalahan antara Uya Kuya dan Denise adalah dikarenakan Denies berkomentar pedas di suatu postingan yang diunggah oleh Uya Kuya di TikToknya. Buntut panjang dari masalah antara Uya Kuya dan Denise tersebut berlangsung secara dramatis. Padahal, seperti yang kita ketahui bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada konten mendidiknya, konten tersebut hanyalah berisikan tentang perseteruan antara Uya Kuya dan Denise dimana hal tersebut dapat diselesaikan secara mandiri dan tidak perlu untuk menggunakan media. Dalam hal ini, baik Denise dan juga Uya Kuya dapat dijerat oleh UU ITE Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 27 dikarenakan telah mencemarkan nama baik satu sama lain yaitu dengan saling menyerang. 

Berbicara tentang UU ITE adalah sebuah Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) atau Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 merupakan UU yang mengatur tentang sistem informasi, serta transaksi elektronik, atau teknologi secara umum. Fungsi dari UU ITE adalah untuk memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi dan Informasi. Adanya UU ITE ini, diharapkan kita dapat dengan bijak menggunakan sosial media dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita tidak merugikan orang lain. 

Selain di acara televisi, beberapa media di internet seperti Twitter, Instagram, dan juga beberapa media sosial lainnya juga sangat mudah untuk mendapatkan dan menyebarkan konten-konten yang kurang mendidik. Di sini, penulis merujuk pada konten yang dibuat oleh Youtuber yang memiliki jumlah subscriber 27,6 juta yaitu Atta Halilintar. Dimana, konten yang dibuat Atta merupakan sebuah konten yang memiliki thumbnail judul dan juga foto yang kurang mendidik. Seperti contoh saja, judul yang di channel YouTube Atta yang berjudul "Atta Aurel Honeymoon" dan "Persiapan Honeymoon Atta Aurel" dimana dengan adanya judul seperti itu, masyarakat akan memiliki pemikiran bahwa konten yang akan diusung oleh Atta merupakan konten dewasa. Padahal, seperti yang kita ketahui bahwa subscriber Atta di Youtube dan juga Followers di akun instagram Atta kebanyakan masih berusia anak anak. Pemilihan judul yang membuat ambigu tersebut mungkin saja difungsikan untuk dapat menarik penonton untuk menonton konten Atta tersebut. Hal tersebut terbukti, sebanyak 3,4 juta penonton. 

Selain membuat konten dengan judul yang mungkin sebagian sedikit orang merasa "ambigu", Atta juga kerap menunjukkan kemewahannya, seperti pada saat ia membuat surprise kepada istrinya dengan nilai yang sangat mewah yang dimana hal tersebut juga akan menyebabkan kesenjangan sosial yang ada di Indonesia tergambar dengan jelas. Padahal, seperti yang telah dijelaskan oleh penulis di atas, bahwa kebanyakan subscriber Atta Halilintar adalah kebanyakan para anak-anak yang sedang berada di masa transisi menuju masa remaja, perlu sebuah konten yang dapat mengedukasi. Hal yang ditakutkan dari adanya konten yang dibuat oleh Atta tersebut adalah ditiru oleh anak-anak yang sebenarnya pada usia mereka, tidak diperkenankan untuk melihat konten Atta tersebut, walaupun dalam isi konten tersebut tidak ada unsur yang mengandung pornografi. Namun, dengan adanya judul seperti itu, maka akan menanamkan pola pikir di anak-anak bahwa hal tersebut (baca : honeymoon) merupakan hal yang wajar. 

Padahal, bilamana Atta telah mengetahui bahwa banyak anak-anak yang mengikuti channel Youtube dan Instagramnya, seharusnya Atta membuat sebuah konten yang lebih mengedukasi. Beberapa konten edukasi yang dapat dibuat oleh Atta adalah mengajarkan untuk berbagi sesama, seperti Atta membagikan sebuah rezeki terhadap yang membutuhkan. Dalam hal ini, anak-anak akan terangsang untuk memiliki jiwa berbagi terhadap sesamanya. Selain itu, konten tutorial memasak juga dapat dilakukan oleh Atta dan keluarga, mengingat jumlah anggota yang berada di rumah Atta sangatlah banyak sehingga di lain sisi Atta menunjukkan tutorial untuk memasak, Atta juga menunjukkan keadaan rukun dengan sesama anggota keluarganya. 

Seperti yang telah kita ambil contoh dari beberapa nama yang memilih untuk menunjukkan sensasinya dibandingkan dengan prestasinya, yang dimana permasalahan yang diambil dan dijadikan konten tersebut dapat diselesaikan dengan pribadi tanpa perlu di umbar-umbar melalui media. Dengan adanya konten yang berfungsi untuk menarik sensasi tersebutlah, para Youtuber, dan publik figur dapat menarik penonton untuk melihat konten yang sedang dibuatnya sehingga mereka (si pembuat konten) juga akan mendapatkan penghasilan bilamana mampu mendapatkan viewers yang banyak. Namun, publik figur dan youtuber yang memiliki pengikut dengan jumlah besar tersebut, harusnya membuat konten yang lebih mengedukasi kepada viewers-nya. Karena dengan adanya media yang telah berkembang saat ini, haruslah kita dapat mendapatkan lebih banyak efek positif nya dibandingkan dengan efek negatifnya. Maka dari itu lah, penulis berharap kepada masyarakat Indonesia untuk memilah konten-konten yang dibuat oleh publik figur sehingga kita dapat menikmati dampak positif dari adanya perkembangan media. Selain masyarakat, saya juga berharap bahwa pembuat konten mampu membuat konten yang mengedukasi masyarakat Indonesia dikarenakan dengan adanya perkembangan media ini, publik figure berperan penting dalam menjadi panutan. Sehingga publik figure tersebut dapat terkenal melalui prestasi bukan sensasi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun