Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jago Kandang (Kisruh Demokrat dan HRS), Terlentang di Tandang (Duka All England)

21 Maret 2021   08:03 Diperbarui: 21 Maret 2021   08:31 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jago Kandang (Kisruh Demokrat dan HRS), Terlentang Di Tandang (Duka All England).

Pemaksaan mundur Tim Indonesia untuk Kejuaraan Bulutangkis All England telah menjadi duka dan nestapa bagi bangsa. Kebanggaan Tim Indonesia yang sudah melegenda di All England sejak masa kejayaan Rudi Hartono, Liem Swie King, Verawaty, Imelda Gunawan, Christian Ade Chandra, Iie Sumirat dan berbagai pemain legendaris Indonesia lainnya seakan tak bermakna.

Dengan alasan protokol kesehatan tim itu harus mundur dari arena, padahal sudah ada yang bertanding dan menang. Maju ke babak kedua, tetapi harus dihentikan. Alasan bahwa ada close contact dalam satu pesawat dengan penumpang yang terpapar Covid-19. Untuk dan demi keselamatan peserta All England, Tim Indonesia harus dimundurkan.

Berbagai protes dilakukan oleh Tim Indonesia. Dubes Indonesia untuk Inggeris juga melakukan upaya agar Tim Indonesia bisa diikutkan. Komite Olimpiade Indonesia, Menpora juga melakukan segala upaya. Dubes Inggeris untuk Indonesia juga ikut membantu. Apa daya? Keputusan tetap dijalankan. Indonesia tidak boleh ikut serta. Disuruh isolasi selama 10 hari. Atas perjuangan semua, diupayakan agar secepatnya bisa pulang ke Indonesia, setelah melalui test PCR swap sebagai syarat untuk penerbangan.

Tim Indonesia tiba di Birmingham Inggeris Sabtu, 13 Maret 2021. Mereka sudah sempat bertanding, sampai selasa tengah malam datang berita melalui email.  Hari Rabu, 17 Maret 2021, Tim  Indonesia  harus isolasi dan tidak bisa bertanding. Tim Indonesia terlentang. Tak dapat bertanding, harus isolasi di hotel. Diusir dari lokasi pertandingan. Indonesia berkabung. Malapetaka dalam arena olah raga All England yang sudah lama menjadi arena kebanggaan bagi pemain bulutangkis kita dan mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Dalam waktu bersamaan ada dua kisruh di dalam negeri atau di kandang Indonesia. Kisruh pertama yaitu Partai Demokrat antara Kubu Cikeas dan Kubu KLB Moeldoko. Peperangan yang berjalan terus seakan tak ada ujung pangkalnya. Kini memasuki babak baru dalam bentuk perang kata-kata melalui untaian kata dalam puisi.

SBY, kini mempunyai hobi baru, menulis puisi. Kalau ketika menjabat Presiden banyak menciptakan lagu dan sampai beberapa album lagunya. Sempat juga menciptakan lagu sambil menjalankan tugas kepresidenan ya? Namun kini sudah menciptakan puisi. Puisi tentang Kebenaran dan keadilan sering datang terlambat, tetapi pasti, menjadi terkenal. Dan banyak komentar pro dan kontra.

Kubu KLB Moeldoko juga tak kalah perlawanannya. Dilontarkan pula puisi tandingan sebagai balasan kepada SBY. Karma itu suka datang terlambat, tapi pasti. Drama berkelanjutan dalam bentuk peperangan kata-kata  masih akan berlanjut. Dan peperangan ini memperburuk wajah Indonesia di dunia Internasional.

Kisruh kedua adalah proses peradilan atas terdakwa HRS. Penetapan pengadilan sidang virtual online mendapat perlawanan dari HRS dan Tim Pembelanya. Peristiwa dorong-mendorong di depan Pengadilan Jakarta Timur menjadi tontonan gratis yang memprihatinkan.

Di Bareskrim, HRS membuat protes dengan tidak mau mengikuti sidang online. Dia menuntut untuk sidang offline. Hakim sudah menjelaskan bahwa HRS mempunyai banyak pengikut yang bisa mengganggu perjalanan sidang. Setelah dijelaskan hakim, bahwa ancaman HRS untuk tidak mengikuti sidang akan merugikan dirinya. Sidang akan jalan terus, walaupun tidak dihadirinya. Akhirnya dia mau mendengarkan pembacaan dakwaan dari Jakksa, walau tidak mau memberi tanggapannya.

Apa yang bisa kita tarik pelajaran sebagai bahan refleksi kita sebagai bangsa? Konflik di dalam negeri, wajah peperangan dalam tubuh Partai Demokrat menjadi citra buruk Indonesia. Negara  yang dianggap sebagai negara demokrasi, tetapi partai politik yang memakai atribut demokrat terjebak dalam konflik berkepanjangan seakan tak bertepi.

Kasus HRS yang telah menimbulkan banyak gejolak sejak kedatangannya 10 Nopember 2020 bukan membawa kebaikan, bahkan menimbulkan masalah baru. Kerumunan di Petamburan, Kerumunan di Mega Mendung, dan Kasus penyembunyian hasil pemeriksaan Covid-19 di RS UMMI Bogor telah menjadi citra buruk bangsa ini di dunia Internasional.

Kenapa kita sebagai bangsa menunjukkan keganasan dan kebrutalan di dalam negeri atau di kandang? Kenapa kita hanya jago kepada bangsa kita sendiri? Sementara kalau kita menemukan masalah di tandang atau di luar negeri, kita tak berdaya, terlentang. Seperti kasus mundurnya Tim All England ini. Bagaimana kalau massa Partai Demokrat (Kubu AHY dan Moeldoko) dan massa HRS bisa kompak memprotes dan demo ke Kedubes Inggeris? Kenapa hanya jago ke saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri? Jago kandang saja. Banteng di negeri sendiri, kambing di negeri orang?

Apalah kebanggaan yang bisa kita petik dari kisruh partai Demokrat dan Peradilan HRS? Apakah ini masih akan diteruskan? Apakah manfaat yang bisa mengharumkan nama bangsa di dunia internasional dengan tontonan kisruh dalam negeri ini? Bukankah ini semakin memperburuk citra bangsa kita? Apa yang dicari? Sensasi? Ego kepentingan kelompok sendiri?

Sebagai bangsa, kita patut melakukan refleksi atau perenungan ulang. Mari kita redam konflik dan tidak membuatnya menjadi tontonan yang tidak baik dan membentuk citra buruk bangsa kita di dunia Internasional. Ayo selesaikan konflik di partai Demokrat dengan elegan. Melalui jalur negosiasi atau jalur hukum di Pengadilan, silahkan memilih. Namun jangan sampai memperburuk citra bangsa.

Kasus HRS, biarlah semua pihak saling menghargai dan menghormati hukum. Proses peradilan yang diharapkan bisa menyelesaikan kasus tersebut harus didukung. Memperjuangkan hak itu sah. Namun membuat keonaran dan kerumunan di masa pandemi Covid-19 harus dihindari.

Mari kita belajar dari kasus mundurnya Tim Indonesia di All England. Hanya karena satu pesawat dengan seorang yang terpapar Covid-19. Bagaimana dengan kerumunan dan dorong-mendorong di depan Pengadilan Jakarta Timur? Apakah ini tidak bisa menjadi sarana penularan Covid-19? Bagaimana dengan KLB yang menghadirkan banyak orang, apakah tidak bisa menjadi sarana penularan Covid-19? Bagaimana AHY membawa rombongan dengan gagah berani ke Kemenkumham dengan kerumunan, apakah ini tidak bisa menjadi sarana penularan Covid-19?

Biarlah semua bisa memperjuangkan haknya. Tempuhlah cara yang bisa menyelesaikan masalah. Jaga protokol kesehatan. Tetapi yang lebih penting, adalah menjaga nama baik bangsa di dunia Internasional. Janganlah kita jago di kandang sendiri di Indonesia, tetapi terlentang di tandang atau di negeri orang. Ayo sadar diri, siuman, jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau golongannya. Ayo dan mari berpikir tentang nasib bangsa, citra bangsa di mata dunia. Semoga.

Salam hangat

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun