Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jago Kandang (Kisruh Demokrat dan HRS), Terlentang di Tandang (Duka All England)

21 Maret 2021   08:03 Diperbarui: 21 Maret 2021   08:31 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus HRS yang telah menimbulkan banyak gejolak sejak kedatangannya 10 Nopember 2020 bukan membawa kebaikan, bahkan menimbulkan masalah baru. Kerumunan di Petamburan, Kerumunan di Mega Mendung, dan Kasus penyembunyian hasil pemeriksaan Covid-19 di RS UMMI Bogor telah menjadi citra buruk bangsa ini di dunia Internasional.

Kenapa kita sebagai bangsa menunjukkan keganasan dan kebrutalan di dalam negeri atau di kandang? Kenapa kita hanya jago kepada bangsa kita sendiri? Sementara kalau kita menemukan masalah di tandang atau di luar negeri, kita tak berdaya, terlentang. Seperti kasus mundurnya Tim All England ini. Bagaimana kalau massa Partai Demokrat (Kubu AHY dan Moeldoko) dan massa HRS bisa kompak memprotes dan demo ke Kedubes Inggeris? Kenapa hanya jago ke saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri? Jago kandang saja. Banteng di negeri sendiri, kambing di negeri orang?

Apalah kebanggaan yang bisa kita petik dari kisruh partai Demokrat dan Peradilan HRS? Apakah ini masih akan diteruskan? Apakah manfaat yang bisa mengharumkan nama bangsa di dunia internasional dengan tontonan kisruh dalam negeri ini? Bukankah ini semakin memperburuk citra bangsa kita? Apa yang dicari? Sensasi? Ego kepentingan kelompok sendiri?

Sebagai bangsa, kita patut melakukan refleksi atau perenungan ulang. Mari kita redam konflik dan tidak membuatnya menjadi tontonan yang tidak baik dan membentuk citra buruk bangsa kita di dunia Internasional. Ayo selesaikan konflik di partai Demokrat dengan elegan. Melalui jalur negosiasi atau jalur hukum di Pengadilan, silahkan memilih. Namun jangan sampai memperburuk citra bangsa.

Kasus HRS, biarlah semua pihak saling menghargai dan menghormati hukum. Proses peradilan yang diharapkan bisa menyelesaikan kasus tersebut harus didukung. Memperjuangkan hak itu sah. Namun membuat keonaran dan kerumunan di masa pandemi Covid-19 harus dihindari.

Mari kita belajar dari kasus mundurnya Tim Indonesia di All England. Hanya karena satu pesawat dengan seorang yang terpapar Covid-19. Bagaimana dengan kerumunan dan dorong-mendorong di depan Pengadilan Jakarta Timur? Apakah ini tidak bisa menjadi sarana penularan Covid-19? Bagaimana dengan KLB yang menghadirkan banyak orang, apakah tidak bisa menjadi sarana penularan Covid-19? Bagaimana AHY membawa rombongan dengan gagah berani ke Kemenkumham dengan kerumunan, apakah ini tidak bisa menjadi sarana penularan Covid-19?

Biarlah semua bisa memperjuangkan haknya. Tempuhlah cara yang bisa menyelesaikan masalah. Jaga protokol kesehatan. Tetapi yang lebih penting, adalah menjaga nama baik bangsa di dunia Internasional. Janganlah kita jago di kandang sendiri di Indonesia, tetapi terlentang di tandang atau di negeri orang. Ayo sadar diri, siuman, jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau golongannya. Ayo dan mari berpikir tentang nasib bangsa, citra bangsa di mata dunia. Semoga.

Salam hangat

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun