Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Air Susu Presiden Jokowi-SBY Dibalas Air Tuba Panglima Moeldoko-Gatot?

8 Maret 2021   05:00 Diperbarui: 8 Maret 2021   07:14 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak berhasil dengan Pilpres 2019 dengan cara yang baik dan konstitusional, dicobalah jalur penyelamatan bangsa melalui KAMI. Dia menjadi salah satu anggota Presidium KAMI. Berkeliling nusantara untuk mendeklarasikan KAMI. Mendapat hambatan di berbagai tempat, tak diperdulikan. Misalnya di Jawa Timur, oleh Kapolda disuruh turun dari panggung. Di Jambi juga demikian. Di berbagai tempat mendapat hambatan, namun terus berjalan.

Beberapa pentolan KAMI ditangkap. Sang Habib yang pulang sempat memberi harapan untuk memperjuangkan para pentolan KAMI yang ditangkap. Sempat dilontarkan tawaran rekonsiliasi dengan Presiden Jokowi dengan syarat semua pentolan KAMI yang ditahan harus dibebaskan. Gatot yang mantan panglima TNI seakan tidak dianggap Polri. Gagal membebaskan pentolan KAMI. Bahkan ormas sang habib juga menjadi terlarang. Gelap dan suram.

Apa yang dilakukan Gatot ini mungkin juga membuat hati Jokowi sedih. Mungkinkah Jokowi juga menyesal mengangkat Gatot menjadi Panglima TNI? Tidak ada pernyataan resmi Jokowi seperti SBY yang mengeluh dan menyesal lewat pernyataan dan cuitannya. Apakah Jokowi juga menganggap bahwa dia memberikan air susu ke Gatot, tetapi dibalas dengan air tuba dari Gatot? Sulit ditebak, karena tidak ada pernyataan terbuka.

Padahal melihat fakta persidangan pentolan KAMI, terungkap sebuah rencana pemakzulan Jokowi dengan membentuk Tim Kecil yang akan menghadap ke istana untuk memaksa Jokowi mundur, jika demo melahirkan kerusuhan. Gaya Supersemar memaksa Soekarno mundur dari jabatan Presiden. Sayangnya  usaha tersebut gagal.

Hasil kudeta memang berbeda. Rencana pemakzulan dan pemaksaan Jokowi mundur gagal total. Demo dan aksi bisa dikendalikan. Tidak berlanjut kerusuhan, bahkan pentolan KAMI yang ditangkap dan kini disidangkan. Sementara Moeldoko dengan isu kudeta Partai Demokrat berjalan seakan sim salabim. Belum sempat tiba di lokasi KLB, Moeldoko sudah terpilih Ketum PD versi KLB.

Kenapa Jokowi bisa menggagalkan pemakzulan atau kudeta terselubung yang ingin dilakukan untuk memaksa dirinya mundur dari jabatan Presiden. Jokowi tidak ribut, tetapi berbuat. Perhitungannya seksama dan akurat. Jalan keluar atau solusi dirancang dan dibuat untuk mencegah pemakzulan. Walau akhirnya dia marah, memerintahkan POLRI TNI untuk bertindak. Kapolda diganti. Pangdam Jaya bergerak menurunkan baliho, maka tamatlah riwayat rencana pemakzulan.

SBY dengan playing victimnya menghiba dan menduga. Lalu menuding Moeldoko dan membuat surat ke Presiden Jokowi. SBY tidak sabar kalau hanya AHY yang memberikan pernyataan. Bahkan kesannya Ketum AHY hanya sebagai pion, lalu dilanjutkan dengan Ketua Majelis Tinggi. Menuduh kader senior dan para pendiri berkonspirasi. Bukan hanya menuduh, malah memecat 7 orang kader senior.

Ternyata perpaduan kader dipecat dan tudingan ke Moeldoko berbuah KLB. Moeldoko seakan tak perduli dengan tudingan, tuduhan dan apapun kata orang. Kalap dan membabi buta. KLB terjadi, dan dia terpilih. Tragedi politik terjadi lagi. Konflik dan pecahnya partai terjadi lagi. Demokrat terbelah. Moeldoko melakukan tindakan yang dianggap sebagai tindakan yang tidak tahu berterima kasih. Air susu dibalas dengan air tuba?

Kita sangat prihatin dengan kondisi ini. Moeldoko dan Gatot yang tidak membalas kebaikan presiden yang mengangkatnya sebagai panglima TNI. Mungkin patut disesali. Tetapi sudah terjadi. Semoga semua pihak bisa mengambil hikmah dari kejadian ini. Namun perlu diingat, sebaik-baik orang tua mendidik anak, selalu ada anak yang nakal, bandal bahkan durhaka. Kita anggaplah itu yang terjadi di dalam keluarga kita, Negara Indonesia.  Sang orang tua bijaksanalah menghadapi anak nakal, bandal dan durhaka tersebut.

Untuk para orang tua, jangan pernah menuduh, menuding dan mempermalukan anak di depan umum. Ajarlah dia di rumah dan jika perlu di kamar tersembunyi. Hukuman perlu, tetapi jangan diumbar ke luar rumah. Sang anak, janganlah menjadi anak nakal, bandal apalagi durhaka. Kalau orang tuamu salah, berikan masukan di rumah atau di kamar tersembunyi. Orang tua harus dihormati bukan untuk dilawan, apalagi dikudeta, itu kualat namanya.

Salam hangat.

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun