Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Alasan BG Batal Jadi Kapolri

19 Februari 2015   20:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:53 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Duduk-duduk di kedai kopi Hawai di Kijang Kota bersama kawan-kawan sehabis jalan pagi pasti tak lepas dari bahasan politik.  Ya, cerita politik bagi kami-kami ini memang hanya sebatas "palamak" cerita di kedai kopi. Selepas itu sudah dilupakan, kembali ke rutinitas seperti biasa. Tak Lebih. Tak ada pengaruhnya pada kehidupan kami orang-orang kecil ini.

Menariknya perbincangan kopi pagi ini adalah pembahasan batalnya Budi Gunawan (BG) jadi Kapolri walau status tersangkanya sudah dinyatakan tidak sah oleh pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Padahal beliau calon tunggal sang Presiden Negeri yang sudah disetujui DPR. Tak ada lagi pasal yang bisa menghalangi BG dilantik.

Pendapat kawan yang katanya pakar hukum batalnya pelantikan BG adalah karena imbas dari hasil pengadilan itu sendiri. BG dinyatakan oleh hakim bukan penegak hukum ataupun penyelenggara negara karenanya dengan sendirinya BG tentu tidak bisa jadi Kapolri. Walau jelas ngawurnya, tapi cukuplah membuat kami  tertawa menanggapinya.

Kedua, tentang  ketua KPK Abraham Samad (AS) dan Bambang Widjojanto (BW) yang diberhentikan oleh presiden kawan inipun berpendapat tak kalah ngawurnya. Alasannya menurut kawan ini kenapa presiden memberhentikan mereka adalah karena AS dan BW  kalau dipertahankan maka  bisa saja "mengganjal" lagi keptusan presiden  jika nanti mau menunjuk seseorang yang tersangka korupsi  jadi pejabat. Ada-ada saja kawan ini, dia sangka presiden kita ini tak punya niat buat memperbaiki negeri ini mungkin kali ya? hehe.Tapi, saya yakin itu cuma lelucon kawan itu saja.

Sebenarnya banyak lagi yang dipercandakan orang-orang kecil seperti kami di kedai kopi yang sudah "patah arang" kepada elit negeri ini. Ya, semua yang terjadi kami anggap hanya lelucon saja. Tak ada yang perlu diseriuskan. Selagi kami masih bisa bekerja dengan nyaman, dapat gaji, bisa untuk makan anak bini, anak-anak bisa sekolah dengan tenang, punya harapan untuk masa depan, bagi kami tak masalah siapa yang mau jadi ini itu.

Tapi, jauh di lubuk hati paling dalam, kami selalu berdoa semoga negeri ini dijauhkan dari musibah. Mulai dari musibah bencana alam, tentunya dijauhkan juga dari musibah diberi pemimpin yang tak amanah. Kalopun kami harus diuji dengan pemimpin seperti itu, supaya yang bersangkutan cepat sadar kalau tak sadar-sadar juga ya mudah-mudahan cepat "modar". Mudah-mudahan tak ada pemimpin-pemimpin yang seperti itu. Aamiin..

Salam kedai kopi!

palamak=pemanis

modar=mati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun