Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahlan Iskan Antara Sepatu Kets, BUMN, dan Next Presiden

17 Oktober 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51 2010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mengenal Dahlan Iskan dari tulisan-tulisannya di koran-koran grup Jawa Post, gaya menulisnya sangat menginspiratif dan hidup.  Jujur membaca tulisan-tulisannya , emosi saya berwarna warni kadang menangguk-angguk sendiri mengakui  ide kreatifnya,  ketawa sendiri dengan humor cerdas yang disisipkan di tulisannya,  memuji caranya bekerja, ingin sepertinya, kagum, kadang juga terharu, sedih dan spontan berdoa untuk beliau. Saya sering berpikir bahwa  beliau sangat pantas menjadi pemimpin negeri ini! Dahlan berasal dari keluarga tidak mampu. Dalam buku yang ditulisnya berjudul 'Ganti Hati'  Dahlan menceritakan soal hari kelahirannya yang sangat spesial. Spesial karena tanggal itu dipilihnya sendiri karena orang tuanya tidak punya catatan kelahirannya. Tanggal kelahiran yang dipilihnya adalah 17 Agustus ! Masa kecil pria berkacamata itu dilalui dengan sangat-sangat kurang. Bahkan untuk urusan pakaian saja, Dahlan kecil hanya memiliki satu baju dan celana. Jika keduanya dicuci, Dahlan harus menyelimuti tubuhnya dengan sarung. Karir Dahlan dimulai dari menjadi calon reporter di salah satu surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1975. Setahun kemudian, Dahlan menjadi wartawan Majalah Tempo. Dan tak lama yakni pada 1982, Dahlan ditunjuk memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang. Di tangan Dahlan, Jawa Pos yang saat itu hampir mati bisa bangkit. Dari oplah yang hanya 6 ribu eksemplar, surat kabar itu menjadi beroplah 300 ribu eksemplar. Dahlan juga mengembangkan bisnis media tersebut dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN) dan berbagai televisi lokal seperti JTV di Surabaya, Batam TV di Batam, dan Riau TV di Pekanbaru. Akhir 2009 lalu, Dahlan diangkat SBY menjadi Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang saat itu mendapat kritik pedas soal listrik mati. Dahlan terus bekerja keras untuk memperbaiki kinerja PLN. Meski dirinya dalam kondisi sakit yang cukup parah. Kerja kerasnya dapat kita ikuti di setiap tulisannya dalam bekerja membenahi PLN.  Terjun langsung ke garis depan pertempuran adalah gayanya, menulusuri pedalaman Papua dengan berjalan kaki, memanjat tebing, mendaki gunung, bermalam di hutan papua,  menjelajahi jalalan berkelok punggung sumatera yang melelahkan, mengarungi luas lautan menyinggahi pulau-pulau kecil di seluruh indonesia, menyelesaikan masalah-masalah listrik jawa dengan cerdas, cepat dan lugas, hasilnya kurang dari 2 tahun memimpin PLN, krisis listrik berlalu! PLN semakin percaya diri! PLN punya semangat baru! PLN mulai  berdenyut, hidup dan mulai bangkit  di seluruh indonesia! Dalam beberapa hari ini  jabatan Dahlan bakal berubah. Pria kelahiran Magetan, Jawa Timur 17 Agustus 1951 itu dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Menteri BUMN. Salah satu jabatan paling strategis negara ini. Pilihan yang sangat tepat! Saya pribadi mendukung pilihan SBY kali ini! Karena Dahlan adalah sosok yang tidak lahir dan besar dari  KKN, kesuksesan Dahlan dimulai dari nol, nasionalis sejati terlihat dari tanggal lahirnya yang dipilihnya, Dahlan adalah salah satu putra terbaik bangsa! Dahlan juga sosok yang sederhana, seperti penampilannya yang begitu-begitu saja walau harus bertemu dengan presiden sekalipun, dia tetap enjoy dengan kemeja lengan panjang putih dan sepatu ketsnya. Selamat bekerja Pak Dahlan! Semoga kelak bapak sampai pada pucuk pimpinan tertinggi negri ini! Tentunya bapak harus selalu sehat dan kuat! Aamin. Jangan menagis lagi, Pak!  Berat memang meninggalkan PLN yang sedang giat-giatnya! tapi, BUMN tidak hanya PLN, semua membutuhkan tangan dingin bapak! Saya masih teringat salah satu tulisan bapak ketika sedang menjalani transpalati hati dulu  "Saya memilih berumur pendek tapi bermanfaat, daripada umur panjang tapi tidak bisa berbuat banyak. Jalan pikiran saya itu biasanya saya ungkapkan ke teman-teman dengan istilah: intensifikasi umur," begitu tulis Dahlan saat itu. Jadilah orang yang selalu menebar manfaat pak!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun