Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Annisa dan Lelaki Melayu

30 Oktober 2012   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:13 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13515722541509142219

(Foto. Ternate-Tidore)

Temu Sastrawan Nasional,9  September 2012

Assalamualaikum, Annisa. Waalaikumsalam, begitu jawabmu. Terima kasih Annisa kamu telah menjawab salamku. Ah, kenapa di wajahmu tersirat engkautidak suka, maapkan aku Annisa. Telah dengan lancang menyapamu. Tapi tidaklah salah ucapan salamku padamu. Semoga Allah mengabulkan doa selamatku untukmu. Kelancanganku adalah meneruskan niatku untuk berkenalan denganmu.Namaku Al Ayubi, Asli dan bukan pula nama pena atau nama samaran yang sering digunakan kebanyakan pengarang seperti tidak menghormati nama pemberian ayah ibunya.

Annisa, begitu aku memanggil namamu.Engkau tersenyum sedikit. Sungguh manis sekali. Allahu akbar. Allah telah mengkaruniakan nikmat yang besar padamu. Dengan senyum saja engkau sudah mampu membuat hatiku yang gelisah di awal perkenalan kembali tenang. Terlihat jelas engkau bukanlah pemarah seperti dugaanku sebelumnya.Sungguh bersih hatimu Annisa. Seikhlas senyum yang kau beri padaku.

Kamu berasal darimana tanyamu kemudian padaku. Aku berasal dari jauh Annisa. Jauh sekali dari negerimu. Tanjung Pinang.,sebuah kota tua di Kepulauan Riau Sumatera ….. Suatu saat ingin kuajak dirimu ke sana …

Annisa, bolehkan kita bersahabat. Tanyaku kemudian padamu. Kamu tersenyum lagi. Dalam Islam katamu sesama Muslim adalah bersaudara. Ah, kau sungguh bijak Annisa. Ya, kita adalah bersaudara. Terima kasih Annisa.

Tanjung Pinang, April  2013

Annisa, perempuan Tidore. Perempuan ini sejak perkenalan itu terus saja mengisi benakku. Mengacaukan instalasi otakku. Tidore yang jauh. Ingin aku kembali kesana. Menemuimu, Annisa. Tapi kegiatanku disini sangat padat selain mengajar di sekolah kejuruan di kotaku ditambah dosen di sebuah Universitas baru, aku juga mengelola sanggar yang baru diresmikan. Belum lagi kuliah S2 ku yang belum juga selesai. Aku harus bolak balik Tanjung Pinang-Batam tiap sabtu dan minggu. Tambah urusan lain yang tidak kalah pentingnya. Ah, entah kapan aku punya waktu untuk datang lagi ke kotamu.

Email yang engkau kirim kemarin, sungguh membuatku gelisah, Annisa.

Assalamualaikum, Akhi

Walau persahabatan kita hanya lewat cyber ini saja, tapi entah kenapa Annisa sudah sangat merasa dekat dengan Akhi. Apakah ini Dosa, sebab kita bukanlah Muhrim. Maapkan Annisa, pengetahuan Annisa tentang Islam baru sedikit. Maklumlah Annisa seorang muaalaf. Belum setahun menikmati nuansa islami yang sungguh membuat Annisa damai dan tenang. Tapi sejak berkenalan dengan Akhi, akhir –akhir Annisa menjadi gelisah setelah mendengar pengajian malam senin kemarin. Bahwa seorang perempuan muslimah tidaklah layak menjalin sebuah hubungan yang dekat dengan laki-laki yang bukan Muhrim, haruskah Annisa memutuskan hubungan dengan akhi?

Wasalam

Nurliana "Annisa" Asyfa. K

Aku tersenyum. Annisa ternyata nama samaranmu. Tapi Izinkan tetap kupanggil dirimu dengan sebutan Annisa. Hm, Bagaimana aku menjawab pertanyaanmu ini Annisa. Pengetahuanku tentang ini mungkin juga sama denganmu. Memang seorang muslimah tidak boleh berhubungan dekat dengan laki-laki bukan muslim. Itu betul Annisa. Tapi aku juga tahu bahwa Islam tidak pernah melarang umatnya baik laki-atau perempuan untuk saling kenal mengenal, asalkan masih berjalan diatas rel akidah dan norma-norma yang telah diatur oleh Islam sebaik mungkin.

Menurutku, hubungan kita yang hanya lewat cyber ini masih wajar dan tidak melanggar norma –norma apapun. Yang kita bicarakan pun tidak ada pula yang menyimpang. Jadi tidaklah salah. Namun bagaimana dengan perasaanku padamu. Bagaimana dengan hatiku yang selalu terusik dengan bayang dan senyummu. Apakah ini dosa? Aku tidak mengerti Annisa. Beginilah jawaban dariku:

Annisa,

Allah berfirman :

….Maka bertebaranlah kamu di muka dan saling kenal mengenal …

maksudnya Islam tidaklah pernah melarang sesama muslim untuk saling kenal mengenal karena sesama muslim itu adalah bersaudara.Hubungan tersebut harus masih berada dalam rel akidah dan norma islam. Maka menurutku apa yang kita lakukan selama ini belumlah menyalahi norma –norma. Setelah perkenalan itu kita hanya berhubungan hanya lewat cyber saja. Yang kita bicarakanpun masih dalam batas –batas yang wajar. Tidak ada topik pembicaraan yang menyimpang. Insya Allah. Allah mengampuni kita atas segala ketidaktahuan dan kekhilafan kita. Amin. Jadi tetaplah berhubungan denganku.

Wasalam

Al Ayubi

Setelah jawaban itu. Engkau tak ada lagi membalas emailku. Salahkah aku. Aku sungguh merasa kehilangan. Sayang aku tak tahu nomorHandphonemu atau telphon rumahmu. Yang aku tahu Cuma alamat rumahmu di Tidore. Alamat yang kau beri untuk aku singgahi bila aku kembali lagi ke Tidore seperti janjiku padamu saat perkenalan itu.

Kesibukanku kian menumpuk. Mengajar 40 jam seminggu, memberi kuliah 13 SKS seminggu, lalu pameran, mengatur kegiatan sanggarku tambah lagi penelitian Tesis S2 ku. Tak terasa semua sungguh memakan waktuku. Tapi engkaumasih saja dalam benakku. Masih saja aku berharap ada email darimu.

Juli, 2013

S2-ku selesai. Musim liburanpun datang. Asistenku di Sanggar sudah dapat aku percayai menangani kegiatan sanggar. Aku memilih berlibur. Satu tujuanku. Tidore. Maka berangkatlah aku.

Tidore, masih seperti setahun yang lalu. Tidak berubah. Aku sewa taksi untuk mengantarku ke alamat rumahmu. Aku akan membuat kejutan untukmu. Dalam perjalanan aku sempatkan berbincang-bincang dengan sopir taksi yang ternyata urang awak sebutan untuk menunjukkan etnis Padang. Kekagumanku bertambah karena profesi sebenarnya adalah guru walau honorer sambil nyambil jadi sopir taksi . Kami saling cerita tentang daerah masing-masing, tentang orang Padang yang terkenal dengan orang perantau sehingga ada dimana-mana termasuk di kotaku Tanjung Pinang.  Di kotaku banyak sekali orang Padang dengan berbagai profesipedagang, guru, pegawai pemerintahan dan sebagainya yang sumbangsih mereka begitu besar bagi perkembangan kotaku. “Laskar Perantau” yang menjunjung falsafah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Perantau yang mengabdi pada tanah rantau tapi tak lupa tanah leluhur. Sopir tersebut banyak berkisah tentang perantauannya di Tidore yang sudah bilangan tahun, juga tentang berbagai profesi yang digelutinya bahkan tentang keaneka ragaman budaya Negeri Tidorepun dia tahu segalanya.

Namun aku menangkap ada gurat kesedihan dalam dirinya ketika dia menceritakan tragedi 5 bulan lalu, pertikaian antara non muslim dengan muslim akibat kesalahpahaman yang dimanfaatkan provokator untuk memperburuk keadaan yang mengakibatkan puluhan rumah terbakar, kerugian harta benda yang tak terkira, namun yang menyedihkan adalah hilangnya beberapa nyawa termasuk anak gadisnya. Anak gadisnya yang pulang dari mesjid setelah mengikuti pengajian diculik orang tak dikenal, kemudian selang beberapa hari ditemukan di sungai dalam keadaan tidak bernyawa dan tanpa busana. Kulihat dia menangis. Aku terdiam. Haru. Janganlah Tradegi Ambon terulang lagi. Jangan!

Kami sudah sampai ke tempat alamat yang dituju, aku menjabat tangan sopir taksi erat kupeluk dia kuucapkan kata-kata penuh motivasi agar dia tabah menjalani semua ujian dariNya. Bapak tersebut memberikan alamat rumahnya padaku dan mengundangku mampir bila ada waktuku selama di Tidore ini.

“Assalamualaikum, “ Aku mengetuk pintu rumah yang bercat putih tersebut. Belum ada sahutan, aku mengetuk lagi lebih keras. “Assalamualaikum “

“Wa’alaikumsalam”, terdengar sahutan dari dalam rumah. Seorang perempuan paruh baya berjilbab coklat tua membukakan pintu. Dia tampak terkejut dengan kedatanganku.

“ Maap ibu, benarkah disini rumah Lia Yulianti, pengarang dengan nama pena Annisa ?”. Ibu paruh baya tersebut kemudian tersenyum. “ Ohya, benar. Saudara siapa dan dari mana,silahkan masuk dulu” Ibu itu membukakan pintu lebih lebar, ruang tamu yang apik dan manis. Lukisan kaligrafi terpajang didinding.

“Saya Al Ayubi dari Tanjung Pinang, kepulauan Riau, saya teman Annisa sudah lama tak berjumpa, kebetulan sekarang ada keperluan ke Tidore jadi mampir kesini “ Saya sedikit berbohong, karena tujuan saya ke Tidore hanya ingin bertemu Annisa yangsetiap waktu mengisi suatu ruang di hatiku, selalu mengusik malam-malam sunyiku. Rindu.

Ibu tua di depan mataku menitikkan air mata. Jantungku berdebar kencang, karena kutangkap sinyal luka di mata ibu tersebut. “ Annisa, putri angkat kami sudah lama tak disini lagi. Dia kembali kepada keluarganya setelah tragedi lima bulan yang lalu yang menewaskan kedua orangtua dan saudara laki-lakinya. Dia anak yang baik. Dia pergi dengan meninggalkan secarik kertas, tanpa sempat bertemudengan ibu.

Ibu tersebut mengambil surat dari kamarnya. Ibu itu sepertinya sendiri di rumah. “ Silahkan ananda baca surat tersebut, ibu akan membikinkan minuman dulu untuk ananda. “

Assalamualaikum w, w ummi ..

Ummi, ananda memutuskan untuk kembali ke keluarga ananda yang sekarang berada di Ternate. Disini di Tidore, Kedua orangtua kandung ananda sudah tiada lagi, ayah dan saudara laki-laki ananda terbunuh dalam bentrokan di Simpang Lima.Rumah kami sudah menjadi abu bersama ibu ananda yang terjebak api. Beruntung Dua orang adik perempuan nanda yang masih kecil-kecil selamat karena waktu kejadian diajak bibi berlibu ke Ternater. Sekarang mereka di Ternate. Mereka meminta saya kembali. Maapkan ananda, Ummi. Terimakasih banyak atas perhatian dan kasih sayang yang ummi berikan selama ini pada ananda. Walaupun keluarga ananda di Ternate tidak seyakinan dengan kita, Ummi jangan risaukan akidah ananda, Insyaallah. Wassalam

Salam sayang Ananda

Annisa.

Aku tertegun. Diam. Sudah dua peristiwa yang menyedihkan yang aku dengar ketika aku ke tidore kali ini. kisah anak gadis sopir taksi dan kisah Annisa,mungkin masih banyak korban lainnya, korban keganasan perselisihan antar dua umat beragama yang berbeda. Kenapa? Hanya itu yang ada dalam benakku. Semua agama mengajarkan kebaikan, tidak ada agama yang mengajarkan permusuhan walaupun itu pada pemeluk agama lain. Dalam Islam pun begitu “lakum dinukum waliyadiin, untukmulah agamu dan untukkuah agamaku “. Begitu pula umat Kristiani yang mengajarkan cinta kasih dalam damai. Tapi kenapa? Kenapa saja terjadi perselisihan yang berujung pertumpahan darah. Musuh utama agama adalah kejahatan, yang bersumberkan pada Iblis. Mungkin kita sudah kalah oleh Iblis yang menyesatkan kedua umat. Ah, Annisa dimanakah kini kau berada?

Lamunanku dikejutkan oleh ibu tadi, yang membawakan minuman dan makanan untukku. Kami cerita panjang lebar, cerita tentang Annisa seorang Mua’alafyang diangkat anakoleh beliau, ketika keluarganya mengusirnya setelah ketahuan pindah keyakinan. Ibu itu yang membangkitkan semangat Annisa untuk meneruskan kuliahnya kembali dan membantu biaya kuliahnya. Aku ceritakan pertemuan dengan Annisa setahun lalu, hubungan kami lewat email dan niat aku untuk menemuinya untuk kupinang sebagai istri. Ibu itu mendoakan agar aku dengan Annisa berjodoh hendaknya, dan aku bisa bertemu Annisa secepatnya. Aku ditawarkan menginap tapi aku beralasan ada acara malam ini, jadi menginapnya di tempat acara bersama teman-teman. Aku pamit, dan berjanji untuk datang lagi lain waktu.

Malam itu aku menginap di hotel, menyelusuri kota tidore menikmati keindahan alam Tidore. Namun pikiranku selalu pada Annisa. Aku ingin mencarinya ke Ternate, tapi kemana? Aku putuskan kembali ke Tanjung Pinang. Aku Yakin gunung Gamalama akan menjaganya disana.

* * *

Tanjung Pinang, September 2013.

Aku tetap saja mengirim email pada Annisa. Menceritakan kedatanganku ke Tidore, pertemuanku dengan sopir taksi dan kisah tentang anak gadisnya. Pertemuanku dengan ibu angkat Annisa hingga seluruh ceritanya. Aku sampaikan niatku untuk meminangnya untuk kujadikan istri. Aku ceritakan semua isi dalam jiwaku. Semua. Aku berharap ada balasan dari Annisa. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sudah hampir setahun rinduku pada Annisa tak tertuntaskan.

Lewat Tengah malam tepi laut Tanjung Pinang berangsur sepi. Namun Aku betah berlama –lama disini memandang lautan, memandang  pulau Penyengat  diseberang sana tempat bertuah untuk mengadu ketika jodoh belum juga menjelang. Esok Aku akan kesana.

Inikah yang dinamakan rindu….

Rinduku pada angin Tidore

Ah, mengapa bayangmu selalu mengusik hari-hariku

Sudah kucari engkau kesana

Hingga, kuhentikan pencarian

Karena aku takut tersesat, hingga kian jauh darimu

Biarlah kutunggu saja,

Karena aku takkan pernah bosan menunggumu

Salam rindu Dari Tanah Melayu

.* * *

Karimun, 19 Maret 2014

Aku kian suntuk dirumah. Usiaku sudah lebih kepala tiga. Desakan orangtua untuk segera mengakhiri masa lajangku menjadi menu sehari-hari dirumah. Banyak perempuan yang dipulihkan buatku, semuanya baik, agamanya, rupanya, namun tak ada yang menarik hatiku. Hatiku hanya pada Annisa. Banyak teman-temanku yang mengatakan aku sudah gila. Aku hanya ketawa saja. Tak sepertinya aku berinteraksi dengan dunia maya menggunakan laptopku, entah kenapa aku ingin menyinggahi sebuah warnet yang kulewati di Jalan Pertambangan. Sudah lama aku tak membuka emailku. Kubuka provider emailku, kumasukkan ID dan password. Kulihat di inbok ada ratusan suratbelum terbaca. Dari para sahabat, keluarga, mahasiswa, dan juga dari layanan situs –situs yang sering aku kunjungi. Jantungku berdesir ketika kubaca satu email dari Annisa.

Cepat kubuka, dengan tak menghiraukan email-email lainnya.

Ternate, 19 Maret 2014

Assalamualaikum, akhi

Afwan, baru sekarang Annisa sempat membalas email akhi. Akhi sudah tahu kenapa? Annisa sangat terharu membaca email akhi.Syukron atas mahabbah yang akhi pendam buat Annisa. Sama dengan yang akhi rasakan Annisa pun demikian. Memendam rindu yang kian hari kian membuncah. Jika akhi masih berkenan, Annisa menunggu akhi di Ternate. Jemputlah segera , bersama kita berjuang di tanah Melayu……..dst

Emailnya yang sangat panjang, membawaku jauh terbang melayang.....

Tanjung Pinang- Mahkota Alam Permai)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun