Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menjadi "Pendengar" Itu Mahal, Film "Ngeri-Ngeri Sedap"

11 Oktober 2022   02:47 Diperbarui: 11 Oktober 2022   03:48 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sumber: sapadunia.com

Sebelum masuk pada uraian inti dalam menyajikan hal menarik menurut saya di filem "Ngeri-Ngeri Sedap" penulis pribadi memberikan apresiasi tinggi pada filem ini baik dari penyutradaraan hingga para aktor dalam memainkan perannya. Dan hal teknis lainnya ialah, cinematografinya begitu lembut dan mampu menciptkan suasana natural alias sangat alami mata camera menagkap setiap adegan hingga dialognya bahkan panorama indahnya Batak dengan danau tobanya. 

Kemudian filem ini berhasil menghipnotis sebuah drama keluarga dengan begitu baik. Drama cintanya nyaris tidak ada muncul hanya dituturkan lewat dialog dan itu sangat mengena. Karena proses saling mendengarkan satu sama lain. 

Singkatnya filem ini bertutur tentang sebuah keluarga dimana seorang ayah 'kolot' dan terlalu keras pada anak laki-lakinya membuat anaknya semakian jauh bahkan berani melawan saat dewasa kelak. Berlatar keluarga Batak dengan prahara adat hingga konfliknya sebuah keuarga. Bagi penulis ialah aspek menarik untuk dibahasa, bahwasanya menjadi pendengar adalah sebuah investasi paling berharaga yang pernah ada dalam sebuah keluarga. 

Memahami dan menjadi sosok ayah yang mau belajar terus dan membuang pikiran kolotnya adalah sebuah seni dan ini mahal harganya karena dapat membeli sebuah kebahagiaan besar dalam sebuah bahtera keluarga yang bahkan berumur senja. Filem ini memukau penulis sebagai penonton betapa berharganya mendengarkan dan menjadi pendengar bagi sosok ayah atau bagi siapapun dalam keluarga baik sosok ibu, abang bahkan anak 'bontot' (anak terakhir) sekalipun.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa menjadi pendengar yang baik dalam sebuah hubungan akan mengahadirkan hangatnya hubungan jangka panjang hingga terbentuknya sebuah keluarga layaknya sebuah pasangan tradisional yang saling pengertian. Demikian ungkap Gottman dalam sebuah penelitiannya. 

Di filem ini menampilkan dialog yang hangat sebagaiman seorang abang bernama Domo mendengarkan curahan hati adiknya Sarma yang lama terpendam. Seorang Sahat anak bontot yang justru banyak belajar mendengar dari seorang ayah angkatnya di Jogja. 

Dan yang paling hebat adalah ibu mereka semua seorang Marlina tidak hanya sabar mendengarkan segala pikiran kolot sang suami pak Domo melainkan juga ia tahan kerinduan pada anak-anaknya yang merantau dan ketikan moment pertemuan itu tiba hanya mengelurkan bahasa cinta dan tuturan rindu. Sang ibu terus menyelami apa isi hati dan pikiran anak-anaknya hingga puncaknya dialog apik dari filem ini muncul dalam konflik alur ceritanya.

Menarik, filem ini sekali lagi layak ditonton. Menjadi pendengar itu mahal demikian hal menarik yang penulis tangkap. Sekali lagi apresiasi tinggi untuk filem ini, bagi sutradara muda Bene Dion dan bebrapa pemeran utamanya seperti Boris Bokir, Indra Jegel, Lolox dan Gita Bhebhita. Ditambah aktor senior Arswndhy Nasutio beradu peran dengan Tika Pangabean. 

Sebuah filem karya anak bangsa yang perlu mendapat perhatian. Sebuah usaha nyata mengenalkan kazanah kekayaan budaya bahkan alam sebuah daerah, filem ini menampilkan Batak secara organik juga menarik. 

Selamat untuk filem keren  2022 ini yang menembus jutaan penonton di layar lebar beberapa waktu lalu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun