Mohon tunggu...
ALBAR
ALBAR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemuda Harapan Bangsa

Seorang mahasiswa yang ingin meraih kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan di Masa Covid-19

30 Juli 2021   20:44 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:38 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada bulan Maret 2020 bangsa Indonesia melakukan kesalahan fatal, kita semua dengan sombongnya menyepelekan sebuah pandemi atau sebuah penyakit. Membuatnya menjadi sebuah lelucon yang akhirnya malah menjadi bumerang bagi kita semua. Sudah 2 tahun lebih pandemi ini tidak berhenti dan memberikan dampak yang sangat berat bagi masyarakat Indonesia. 

Banyak aspek yang terkena imbasnya. Ekonomi, pariwisata, bahkan pendidikan untuk anak bangsa terkena dampak yang cukup signifikan. Dari siswa hingga mahasiswa dipaksa untuk berhenti belajar bertatap muka dengan gurunya, di paksa untuk berhenti bersosialisasi dengan kawan-kawannya dan dipaksa menerima sebuah kebijakan yang tentunya sangat merugikan bagi mereka.

Yang dahulu para siswa dilarang untuk membawa alat komunikasi atau gadget ke sekolah, sekarang dipaksa atau diharuskan belajar melalui gadget tersebut. Yang tentunya ini memberikan dampak positif dan negatifnya tersendiri. Banyak siswa-siswa di pelosok sana yang akhirnya malah tidak belajar sama sekali karena keterbatasan alat dan jaringan komunikasinya. Namun dengan mirisnya banyak juga siswa-siswa di kota yang harusnya belajar melalui gadgetnya malah lebih banyak bermain sosial media dibandingkan dengan belajar online nya. Itu adalah realita yang miris di kehidupan siswa saat ini. Tekanan yang mereka dapat pun menjadi berlipat ganda, tekanan tugas online yang setiap hari terus menerus ada dari sang guru, yang akhirnya menekankan kepada orang tua untuk anaknya agar mengerjakan tugas tersebut dengan segera. 

Akhirnya sang siswa memiliki tekanan dobel dari guru dan orang tuanya. Hingga akhirnya berimbas kepada dampak psikologis siswa menjadi tertekan dan akhirnya membuat segelintir siswa mencari pelarian ke hal-hal yang kurang baik, contohnya lebih banyak bermain sosial media, mungkin lebih memilih nongkrong bersama teman- temannya walaupun dimasa pandemi yang beresiko bagi kesehatan mereka. Malah saat ini terlihat di jalan-jalan khususnya di daerah Jalur Lingkar Selatan Sukabumi, banyak siswa-siswa usia sekolah SMP bahkan SD yang mencegat truk untuk membuat konten di aplikasi seperti Tik Tok atau hanya untuk bersenang-senang saja. Bahkan dibeberapa kasus anak-anak malah mengorbankan nyawanya yang masih berusia belasan tahun yang akhirnya tertabrak oleh truk yang mereka coba hentikan.

Hal ini begitu miris ketika sistem pendidikan kita memaksa untuk anak-anak terlalu diberikan kebebasan untuk menentukan mereka mengerjakan tugasnya atau tidak tanpa ada pengawasan dari sekolah, tanpa ada konseling yang di lakukan oleh sekolah dan juga kurangnya perhatian dari para orang tuanya masing-masing. Solusi yang mungkin dapat dilakukan oleh pemerintah juga pihak
sekolah serta keluarga. Dibandingkan dengan memberikan tugas-tugas berisi mata pelajaran yang sedikit kurangnya memberikan tekanan psikologis pada siswa setiap hari nya. Sekolah harus juga menyelinginya dengan sesi konseling bersama mendengarkan keluh kesah siswa atau hanya untuk sekedar bercanda bersama di Zoom Meeting atau apapun itu medianya. 

Memberikan ketenangan pada siswa dan mencari cara yang lebih cocok bagi masing-masing siswa untuk dapat belajar danmenerima pembelajaran menjadi ke hal yang lebih mereka sukai dan dapat mereka terima. Juga tidak lupa memberikan tugas-tugas yang bersifat sosial, bersifat membantu masyarakat atau bersifat bersosialisasi terhadap masyarakat dibandingkan tugas-tugas yang hanya membuat mereka terperangkap dengan gadget setiap harinya. Membuat mereka kurang istirahat, kurang
bermain, kurang bersosialisasi dan kurang peduli terhadap masyarakat sekitar terutama di saat pandemi seperti ini. 

Dan juga orang tua harus lebih bisa merangkul para siswa, anak-anak mereka agar mereka merasa di perhatikan, merasa di sayangi dan janganlah terlalu menekan mereka karena itu bukan hal yang mereka perlukan saat ini. Sebisa mungkin bantu mereka untuk dapat melewati tugas-tugasnya tanpa ada rasa tekanan yang berlebih dari orang tua karena mereka adalah penerus bangsa, mereka tidak harus baik dalam segala hal. Orang tua juga harus bisa melihat potensi anak tersebut, tanya apa yang mereka sukai, berikan dukungan akan hal yang mereka sukai selama itu baik dan tidak keluar dari norma-norma yang ada. Jangan terlalu memaksakan mereka harus baik dalam segala hal karena "memaksa ikan untuk memanjat pohon adalah sesuatu hal yang bodoh
untuk di lakukan".

Kesimpulannya adalah pemerintah, sekolah dan juga orang tua harus memberikan sebuah
regulasi baru yang tidak hanya mendidik tapi harus bisa juga menyelamatkan sisi sosial mereka, mereka harus tetap bisa bermain, mereka harus tetap bisa bersosialisasi, mereka harus bisa tetap peduli sekitar dan mereka harus tetap bisa belajar. Ini adalah tugas kita bersama untuk mencari hal tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun