Prestasi membanggakan datang dari Muhammad Nurul Fikri Saragih, siswa yang berhasil meraih Gold Medal bidang English dalam ajang bergengsi Merdeka Science Olympiad (MSO) 2025. Kisah perjuangannya menjadi bukti nyata bagaimana minat yang didukung dengan tepat dapat melahirkan prestasi luar biasa.Â
Perjalanan Menuju Prestasi Gemilang
Fikri mengaku sangat bahagia ketika namanya diumumkan sebagai pemenang medali emas. "Happy," jawabnya singkat namun penuh makna saat ditanya tentang perasaannya saat pengumuman. Kebahagiaan ini merupakan puncak dari proses panjang perjuangan yang dijalani dengan penuh semangat.
Dalam mempersiapkan diri menghadapi kompetisi ini, Fikri mengandalkan metode pembelajaran yang fokus dan intensif. "Banyak latihan dengan ustadzah Medi," ungkapnya. Pendekatan personal dengan pembimbing yang kompeten ternyata menjadi kunci suksesnya dalam mengasah kemampuan bahasa Inggris hingga tingkat olimpiade.
Yang menarik, Fikri mengaku tidak mengalami tantangan berarti selama proses belajar maupun saat lomba. "Saya merasa tidak ada tantangan yang berarti. Jalani dengan happy," katanya dengan santai. Sikap positif dan menikuti proses inilah yang membuatnya mampu melewati setiap tahapan kompetisi dengan tenang dan percaya diri.
Dukungan Sistematis dari Keluarga
Di balik prestasi gemilang Fikri, terdapat peran penting dari tiga pilar utama dalam hidupnya. "Ustadzah Medi, ummi dan ayah," sebutnya saat ditanya tentang sosok yang paling berperan dalam kesuksesannya. Kombinasi antara pembimbing profesional di sekolah dan dukungan penuh dari keluarga menciptakan ekosistem pendidikan yang ideal.
Orang tua Fikri mengaku sangat bangga sekaligus terharu dengan pencapaian anak mereka. "Pasti bangga dan terharu," ujar mereka dengan mata berkaca-kaca. Namun di balik kebanggaan itu, tersimpan filosofi pendidikan yang menarik.
Filosofi Pendidikan Tanpa Paksaan
Salah satu hal yang menarik dari kisah Fikri adalah pendekatan pendidikan yang diterapkan orang tuanya. Mereka mengaku tidak banyak berperan dalam pendampingan belajar Fikri secara langsung. "Karena Fikri menguasai bahasa Inggris sudah sejak balita secara otodidak, tanpa bantuan berarti dari kami. Karena kami tidak menguasai bahasa Inggris," jelas orang tuanya dengan jujur.