Mohon tunggu...
AL AZHAR ASY SYARIF SUMUT
AL AZHAR ASY SYARIF SUMUT Mohon Tunggu... Official Pemberitaan Sekolah Islam Masa Depan Al-Azhar Asy-Syarif Boarding School Sumatera Utara (AAIBS)

Official Pemberitaan Sekolah Islam Masa Depan Al-Azhar Asy-Syarif Boarding School Sumatera Utara (AAIBS)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan

17 September 2025   12:10 Diperbarui: 17 September 2025   12:10 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Pendahuluan: Sosok Guru yang Lebih dari Sekadar Pengajar

Suasana pagi di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara selalu dimulai dengan doa dan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Di antara deretan siswa yang berbaris rapi, ada sosok guru yang senantiasa hadir sejak pukul 07.00 pagi. Dialah Ustadz Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I, wali kelas IX Zubair bin Awwam, yang dikenal bukan hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai orang tua kedua bagi 28 siswa yang dibinanya.

Dalam keseharian, perannya tidak berhenti pada memberi pelajaran di dalam kelas. Ia juga menjadi pembimbing akhlak, pendengar setia keluh kesah siswa, sekaligus teladan dalam menjaga kedisiplinan. Kehadirannya dari pagi hingga sore hari, bahkan hingga pukul 17.00, menjadikannya bagian penting dalam perjalanan tumbuh kembang anak-anak Al-Azhar.

Menjadi wali kelas di sekolah Islam unggulan ini bukanlah tugas yang ringan. Selain bertanggung jawab atas akademik, seorang wali kelas juga dituntut menanamkan nilai-nilai Islam, akhlak mulia, serta membangun kedekatan emosional dengan siswa. Namun, bagi Ustadz Hafis, semua itu bukan beban, melainkan amanah yang penuh makna.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

“Menjadi wali kelas bukan sekadar mengawasi jadwal atau memastikan siswa hadir tepat waktu. Bagi saya, ini adalah amanah besar untuk membersamai tumbuh kembang mereka, baik akademik, akhlak, maupun spiritual. Dari pagi hingga sore, saya merasa seperti orang tua kedua bagi mereka,” ungkapnya.

Kalimat sederhana itu menggambarkan bagaimana ia memandang profesinya. Sebuah peran yang tidak hanya dijalani dengan kewajiban, tetapi dengan hati yang penuh cinta dan keikhlasan.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Profil Singkat: Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I

Nama lengkapnya adalah Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I, seorang pendidik yang memiliki latar belakang keilmuan Islam sekaligus pengalaman mendidik yang luas. Dengan gelar Lc. yang ia raih dari pendidikan tinggi berbasis ilmu syariah, ditambah gelar S.Pd.I yang menegaskan fokusnya pada pendidikan Islam, sosoknya hadir dengan kombinasi antara kedalaman ilmu agama dan keterampilan pedagogis modern.

Di lingkungan Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara, beliau dikenal sebagai guru yang rendah hati, sabar, dan penuh dedikasi. Tidak sedikit guru maupun siswa yang menaruh hormat karena sikap tawadhu’ yang selalu ia tunjukkan.

Sebagai wali kelas IX Zubair bin Awwam, Ustadz Hafis membimbing 28 siswa dengan penuh perhatian. Ia mengenal satu per satu karakter siswanya—mana yang pendiam, mana yang penuh energi, mana yang membutuhkan perhatian lebih, hingga siapa yang memiliki potensi istimewa. Baginya, setiap siswa adalah amanah yang unik dan tidak bisa disamakan dengan yang lain.

Lebih dari itu, ia tidak hanya mengajar sebagai rutinitas. Ia menjalani perannya dengan kesadaran bahwa mendidik adalah ibadah. Inilah yang membuatnya konsisten, meskipun jam kerjanya panjang dan penuh dinamika.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Peran Wali Kelas: Antara Akademik dan Spiritualitas

Wali kelas di Al-Azhar Asy-Syarif memiliki tugas yang berbeda dengan sekolah umum. Mereka bukan sekadar penghubung antara sekolah dan orang tua, tetapi juga pengawal akhlak, mentor spiritual, dan pengarah emosi siswa.

Ustadz Hafis menegaskan bahwa kehadirannya sejak pagi hingga sore bukan hanya untuk memastikan proses belajar mengajar berjalan lancar, tetapi juga agar ia bisa menemani siswanya melewati berbagai dinamika kehidupan sekolah. Ada kalanya siswa datang dengan wajah lesu karena masalah di rumah. Ada pula yang semangat karena berhasil memenangkan lomba. Dalam setiap momen, ia berusaha hadir dengan pendampingan yang tulus.

“Setiap detik bersama mereka adalah kesempatan menanamkan nilai,” ujarnya. “Bahkan saat istirahat, saya sering memanfaatkan waktu untuk berbincang santai, mendengarkan cerita mereka, dan memberi nasihat kecil.”

Pendekatan inilah yang membuat siswanya merasa dekat, namun tetap menghormati. Mereka tahu bahwa di balik ketegasannya, ada kasih sayang yang tulus.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Kelas IX Zubair Bin Awwam: Potret Kehangatan dan Prestasi

Kelas yang dipimpinnya bukan hanya sekadar ruang belajar, tetapi sebuah keluarga kecil yang penuh dinamika. Kelas IX Zubair bin Awwam beranggotakan 28 siswa dengan beragam karakter. Ada yang rajin dan berprestasi, ada yang kreatif, ada pula yang masih harus banyak diarahkan.

Namun, dengan kepemimpinan Ustadz Hafis, kelas ini tumbuh menjadi salah satu kelas yang cukup diperhitungkan. Mereka aktif dalam berbagai kegiatan—baik akademik, olahraga, maupun seni. Beberapa siswa bahkan berhasil meraih prestasi di ajang silat, karate, hingga olimpiade mata pelajaran.

Baginya, prestasi tersebut bukan hanya kebanggaan pribadi, melainkan cermin dari kerja sama dan ikatan kuat antara guru dan murid. “Ketika anak-anak berhasil juara, itu bukan hanya kemenangan mereka, tapi juga kemenangan atas perjuangan, latihan, dan keyakinan bersama,” tuturnya dengan mata berbinar.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Makna Peran Seorang Wali Kelas di Al-Azhar Asy-Syarif

Menjadi wali kelas di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara bukanlah sekadar jabatan administratif. Di balik sebutan “wali kelas,” ada makna mendalam yang menuntut kehadiran lahir dan batin. Bagi Ustadz Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I, profesi ini adalah jalan ibadah yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan cinta.

“Setiap hari dari pukul 07.00 hingga 17.00, saya tidak merasa sekadar mengawasi siswa. Saya merasa sedang membersamai mereka dalam perjalanan panjang menuju masa depan. Saya seperti orang tua kedua yang bukan hanya mengajarkan ilmu, tapi juga menjaga akhlak dan menumbuhkan iman mereka,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Pernyataan itu menggambarkan betapa besar tanggung jawab seorang wali kelas di sekolah berbasis Islam terpadu. Bukan hanya mengurus jadwal pelajaran, absen, atau tugas administratif, tetapi juga membimbing anak-anak dalam setiap aspek kehidupan.

Lebih dari Sekadar Guru

Di banyak sekolah, guru sering kali dipandang hanya sebagai penyampai ilmu. Namun, di Al-Azhar Asy-Syarif, guru adalah figur yang memadukan peran pendidik, pembimbing spiritual, dan motivator.

Ustadz Hafis menyadari hal ini sejak awal ia menerima amanah sebagai wali kelas. Setiap kali ia memasuki ruang kelas, yang ia bawa bukan hanya rencana pembelajaran, melainkan juga doa agar Allah memudahkan langkahnya dalam mendidik.

“Bagi saya, setiap detik bersama siswa adalah investasi. Saya berharap mereka tumbuh bukan hanya pintar secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia dan siap menjadi generasi yang bermanfaat,” tambahnya.

Kehadiran dari Pagi Hingga Sore

Jam sekolah yang panjang, dari pagi hingga sore hari, adalah tantangan tersendiri. Namun, justru di sanalah letak keistimewaannya. Dalam waktu hampir 10 jam sehari, interaksi antara wali kelas dan siswa terjalin begitu intens. Ada waktu belajar, istirahat, ibadah, hingga kegiatan ekstrakurikuler yang memperkuat hubungan mereka.

Ustadz Hafis selalu berusaha hadir penuh, baik secara fisik maupun emosional. Saat siswa tampak lelah, ia mencoba memberi semangat. Saat ada yang bersedih, ia menjadi pendengar. Dan saat ada yang berbuat salah, ia menegur dengan bijak. Semua itu adalah bagian dari seni menjadi wali kelas.

Membangun Ikatan Emosional dengan Siswa

Di balik kedisiplinan yang ia terapkan, Ustadz Hafis percaya bahwa hubungan emosional adalah kunci keberhasilan mendidik. Tanpa ikatan hati, aturan hanya akan terasa sebagai beban.

“Saya berusaha hadir sebagai sosok yang tegas tapi hangat. Saya mengenal mereka secara personal: apa yang mereka suka, apa yang membuat mereka semangat. Ketika hati sudah dekat, maka nasihat dan arahan lebih mudah diterima,” jelasnya.

Mengenal Individu Siswa

Salah satu cara yang ia lakukan adalah mengenal keunikan setiap anak. Ia tahu siapa yang suka olahraga, siapa yang hobi membaca, hingga siapa yang sedang mengalami masalah pribadi. Dengan begitu, ia bisa menyesuaikan pendekatan.

Misalnya, pada siswa yang cenderung malas belajar, ia tidak langsung menegur keras. Sebaliknya, ia mencoba memahami alasannya. Bisa jadi anak itu sedang kehilangan motivasi, atau ada masalah di rumah. Dari pemahaman itulah ia kemudian memberi dorongan dengan cara yang tepat.

Tegas Tapi Mengayomi

Disiplin tetap menjadi bagian penting. Namun, Ustadz Hafis membangun disiplin bukan dengan ancaman, melainkan kesepakatan bersama. Aturan kelas dibuat agar semua merasa dihargai, bukan sekadar dipaksa.

Ketika ada siswa yang melanggar, ia lebih memilih memberikan teguran yang mendidik. Alih-alih hanya menghukum, ia mengajak siswa tersebut memahami dampak dari tindakannya. Dengan cara itu, anak-anak belajar bertanggung jawab, bukan sekadar takut pada hukuman.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Saling Menghargai

Hubungan emosional yang hangat juga tumbuh dari sikap saling menghargai. Ustadz Hafis tidak segan memberikan apresiasi, meskipun kecil. Bahkan, memuji satu kebaikan sederhana bisa menjadi motivasi besar bagi seorang siswa.

Hal ini terbukti ketika ada siswa yang awalnya kurang percaya diri. Dengan apresiasi dan dukungan, perlahan ia mulai membuka diri dan berkembang. Bagi Ustadz Hafis, keberhasilan itu adalah salah satu pencapaian terbesar dalam mendidik.

Disiplin sebagai Wujud Kasih Sayang

Banyak orang mengira bahwa disiplin adalah bentuk kekerasan atau paksaan. Namun, di kelas IX Zubair bin Awwam, disiplin justru lahir dari kasih sayang.

Anak-anak tahu bahwa aturan yang dibuat bukan untuk membatasi mereka, melainkan untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama. Bahkan, siswa sendiri ikut berperan dalam menjaga kedisiplinan kelas.

“Disiplin bukan sekadar aturan, tapi kesepakatan yang dibangun atas dasar saling menghargai,” kata Ustadz Hafis. Kalimat itu sederhana, tapi menjadi prinsip penting dalam kepemimpinan kelasnya.

Kelas Sebagai Keluarga Kedua

Dengan pendekatan seperti ini, kelas IX Zubair bin Awwam tumbuh menjadi keluarga kedua bagi para siswa. Mereka tidak hanya datang untuk belajar, tetapi juga merasa memiliki ruang aman untuk bercerita, berbagi, dan bertumbuh bersama.

Kedekatan emosional ini pula yang menjadi fondasi ketika mereka menghadapi tantangan, baik dalam pelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam setiap masalah, Ustadz Hafis hadir sebagai penengah, pembimbing, sekaligus sahabat yang bisa dipercaya.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Pengalaman Manis Bersama Siswa

Setiap wali kelas tentu menyimpan segudang kisah yang tak terlupakan. Bagi Ustadz Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I, momen-momen bersama siswa kelas IX Zubair bin Awwam adalah harta berharga yang tak ternilai. Dari setiap ujian, kemenangan, hingga kegagalan, semua menjadi rangkaian cerita yang membentuk ikatan kuat antara guru dan murid.

“Salah satu momen paling membahagiakan adalah ketika anak-anak berhasil menjuarai lomba karate, silat, OMI, dan berbagai perlombaan lain. Mereka yang awalnya ragu akan kemampuan sendiri, dengan latihan dan bimbingan, mampu tampil percaya diri membawa nama baik kelas dan sekolah. Saat nama mereka disebut sebagai juara, saya tidak hanya merasa bangga, tapi juga terharu. Itu bukan hanya kemenangan mereka, tapi juga kemenangan atas perjuangan dan keyakinan,” kenangnya.

Bagi seorang wali kelas, keberhasilan siswa bukan hanya sekadar piala atau piagam. Lebih dari itu, kemenangan adalah bukti nyata bahwa usaha dan kerja keras selalu berbuah hasil. Terlebih, ketika siswa yang awalnya kurang percaya diri mampu menunjukkan potensi besar, kebahagiaan itu menjadi lebih dalam.

Juara yang Mengubah Wajah Kelas

Prestasi yang diraih siswa bukan hanya membanggakan sekolah, tetapi juga mengubah suasana kelas. Ada semangat baru yang tumbuh, ada rasa percaya diri yang meningkat, dan ada kebersamaan yang semakin kuat.

Setiap kali siswa menorehkan prestasi, Ustadz Hafis selalu mengingatkan mereka untuk tetap rendah hati. “Juara bukan berarti berhenti belajar, tapi justru harus lebih giat lagi. Karena puncak sejati bukan hanya kemenangan di lomba, melainkan kemenangan dalam kehidupan nyata,” begitu nasihatnya.

Kisah Transformasi Siswa

Selain kemenangan, ada pula kisah yang lebih menyentuh: perubahan sikap siswa. Bagi Ustadz Hafis, melihat anak didiknya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik adalah kebahagiaan yang tak bisa diukur dengan angka.

“Ada seorang siswa yang dulu sangat pendiam dan pemalu. Ia sering merasa tidak mampu dan memilih diam saat diskusi. Tapi saya mencoba memberinya peran-peran kecil, seperti menjadi ketua kelompok atau ikut dalam perlombaan. Perlahan ia mulai terbuka. Sekarang, ia justru menjadi salah satu siswa paling percaya diri dan aktif berdiskusi. Perubahan itu sangat menyentuh hati saya,” tuturnya.

Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya memberi kepercayaan kepada siswa. Terkadang, seorang anak hanya butuh sedikit dorongan dan ruang untuk berkembang. Saat kesempatan itu diberikan, keajaiban bisa terjadi.

Dari Malas Menjadi Rajin

Tidak jarang pula Ustadz Hafis mendapati siswa yang awalnya malas belajar. Menghadapi kondisi ini, ia tidak memilih jalan instan berupa teguran keras. Sebaliknya, ia lebih memilih pendekatan hati.

Biasanya ia memulai dengan mengajak ngobrol secara personal. Dari percakapan itu, ia mencoba memahami penyebab kemalasan—apakah karena faktor lingkungan, kesulitan memahami pelajaran, atau masalah pribadi. Setelah memahami akar masalah, ia kemudian mencari cara untuk menumbuhkan motivasi.

“Kadang cukup dengan memuji satu hal kecil yang ia lakukan dengan baik. Dari pujian itu, perlahan semangatnya tumbuh kembali,” jelasnya.

Bagi sebagian orang, hal kecil mungkin terlihat sepele. Namun, bagi siswa, itu bisa menjadi penyemangat besar yang mampu mengubah sikap malas menjadi rajin.

Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)
Kisah Ustadz Hafis Mustafa Lc., S.Pd.I Bersama Kelas IX Zubair Bin Awwan: Wali Kelas Inspiratif Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara (AAIBS)

Siswa Inspiratif di Kelas IX Zubair bin Awwam

Di tengah 28 siswa yang ia dampingi, ada satu sosok yang sangat menginspirasi.

“Ada satu siswa yang selalu datang paling pagi, selalu rapi, dan disiplin dalam ibadah. Ketika saya tanya apa rahasianya, ia menjawab: ‘Saya ingin membahagiakan kedua orang tua saya.’ Jawaban sederhana itu sangat dalam dan menyentuh hati saya,” ungkap Ustadz Hafis dengan mata berbinar.

Kedisiplinan siswa ini menjadikannya teladan bagi teman-temannya. Ia bukan hanya rajin dalam belajar, tetapi juga konsisten menjaga adab dan ibadah. Kehadirannya seakan menjadi cermin bahwa motivasi terbesar seorang anak adalah doa dan restu orang tua.

Pelajaran Berharga dari Setiap Perubahan

Dari pengalaman manis hingga kisah transformasi, Ustadz Hafis menyadari bahwa setiap anak adalah dunia yang unik. Tidak ada metode tunggal untuk mendidik mereka. Setiap siswa membutuhkan pendekatan yang berbeda, sesuai dengan kepribadian dan kondisi masing-masing.

Perubahan yang ia saksikan setiap hari, sekecil apa pun itu, selalu ia anggap sebagai prestasi terbesar. Karena sejatinya, mendidik bukan hanya soal angka di rapor, melainkan tentang menumbuhkan karakter, kepercayaan diri, dan akhlak yang baik.

“Perubahan itu mungkin terlihat kecil di mata orang lain, tapi bagi saya, itu adalah bukti nyata bahwa pendidikan yang tulus bisa membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah,” ujarnya menutup cerita.

Kelas sebagai Ruang Perubahan

Kisah-kisah tersebut menjadikan kelas IX Zubair bin Awwam lebih dari sekadar ruang belajar. Ia adalah ruang perubahan, di mana setiap anak belajar menemukan jati diri, mengatasi rasa takut, dan menumbuhkan potensi.

Dan bagi Ustadz Hafis, setiap momen di ruang itu adalah kesempatan untuk menanamkan nilai, membimbing dengan hati, dan menyaksikan keajaiban tumbuhnya generasi baru.

Tantangan Seorang Wali Kelas

Menjadi wali kelas di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara tidaklah mudah. Dari pukul 07.00 hingga 17.00, seorang wali kelas harus hadir, bukan hanya sebagai guru mata pelajaran, tetapi juga sebagai pembimbing, konselor, sekaligus orang tua kedua bagi para siswa.

Bagi Ustadz Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I, tantangan terbesar bukan terletak pada padatnya jadwal, tetapi pada bagaimana ia mampu menjaga keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang.

“Tantangan terberat adalah ketika menghadapi konflik antar siswa yang menyangkut emosi pribadi dan keluarga. Pernah ada seorang siswa yang mengalami tekanan mental karena masalah di rumah. Ia menjadi sangat tertutup, sulit diajak bicara, dan bahkan prestasinya menurun drastis. Di momen itu, saya harus banyak bersabar, mendekatinya dengan hati, dan mencoba menumbuhkan kembali semangatnya. Alhamdulillah, akhirnya ia bisa kembali bersemangat,” kenangnya.

Situasi seperti ini menjadi pengingat bahwa seorang wali kelas tidak hanya bertugas mengawasi, tetapi juga menjadi pendengar yang baik. Ketika seorang siswa merasa dipahami, pelan-pelan ia akan kembali bangkit.

Emosi yang Diuji

Menghadapi puluhan siswa dengan karakter yang berbeda-beda tentu menguras emosi. Ada yang rajin, ada yang keras kepala, ada pula yang pendiam. Tidak jarang, rasa lelah bercampur dengan perasaan ingin menyerah.

Namun, Ustadz Hafis selalu meneguhkan hati dengan niat yang lurus. Baginya, setiap amarah harus dikendalikan, setiap emosi harus ditata agar tidak melukai perasaan siswa.

“Kadang ada momen saya ingin marah ketika melihat siswa tidak disiplin atau melanggar aturan. Tapi saya ingat bahwa mereka masih belajar. Kalau saya marah berlebihan, mereka justru semakin jauh. Maka saya memilih menahan diri dan mengarahkan dengan cara yang lebih lembut,” ujarnya.

Kesabaran menjadi kunci. Baginya, mendidik tidak bisa dilakukan dengan emosi yang meledak-ledak. Justru dengan kelembutan, pesan yang ingin disampaikan akan lebih membekas di hati siswa.

Konsistensi dalam 10 Jam Mengajar

Menghabiskan waktu hampir 10 jam sehari bersama siswa tentu bukan perkara mudah. Energi fisik dan mental benar-benar diuji. Tetapi Ustadz Hafis memiliki rahasia sederhana yang membuatnya tetap bersemangat.

“Kuncinya ada di niat. Kalau niatnya sekadar mengajar, pasti akan cepat lelah. Tapi kalau niatnya saya luruskan untuk ibadah, maka setiap lelah justru terasa ringan. Kelelahan berubah menjadi keberkahan,” ungkapnya.

Ia juga selalu menjaga rutinitas ibadah pribadi. Shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, serta menjaga doa menjadi sumber energi spiritual yang membuatnya kuat. Selain itu, interaksi positif dengan siswa juga menjadi penyemangat tersendiri.

Setiap senyum, setiap sapaan, dan setiap kemajuan kecil yang ditunjukkan siswa menjadi “vitamin jiwa” yang membuatnya tidak mudah lelah.

Momen Menguras Emosi

Tidak hanya siswa yang berprestasi, tetapi juga ada momen-momen sulit yang benar-benar menguras air mata. Salah satunya adalah ketika ada siswa yang harus berjuang menghadapi masalah pribadi di rumah.

“Pernah saya dapati seorang anak yang tiba-tiba berubah. Ia tidak lagi semangat belajar, sering menyendiri, dan wajahnya selalu murung. Setelah saya dekati, ternyata ia punya masalah keluarga. Saat itu saya hanya bisa memeluk dan menenangkannya. Saya ingin ia tahu bahwa ada orang lain yang peduli padanya. Momen itu sangat menguras emosi, tapi juga mengingatkan saya betapa pentingnya peran wali kelas,” cerita Ustadz Hafis.

Kejadian seperti ini membuatnya semakin sadar bahwa menjadi wali kelas bukan sekadar profesi, tetapi sebuah amanah. Guru tidak hanya mengajar ilmu, tetapi juga mendampingi jiwa yang rapuh agar kembali kuat.

Energi dari Ketulusan

Meski menghadapi banyak tantangan, energi Ustadz Hafis tidak pernah padam. Semua itu lahir dari ketulusan. Ia selalu mengingat pesan bahwa mendidik adalah salah satu bentuk jihad di jalan Allah.

Dengan prinsip itu, setiap rasa lelah terbayar dengan senyum siswa. Setiap emosi yang terkuras tergantikan oleh rasa syukur saat melihat anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

“Kalau hanya mengandalkan tenaga fisik, mungkin saya sudah menyerah sejak lama. Tapi ketika saya ingat bahwa ini adalah ibadah, maka hati saya selalu kuat. Saya percaya bahwa setiap langkah kecil yang saya lakukan bersama siswa akan bernilai besar di sisi Allah,” ujarnya penuh keyakinan.

Wali Kelas sebagai Penjaga Cahaya

Di balik semua tantangan dan ujian emosi, sosok wali kelas sejati seperti Ustadz Hafis adalah penjaga cahaya. Ia menjaga agar api semangat siswa tidak padam, meski kadang diterpa angin ujian.

Ia bukan hanya guru yang hadir di kelas, tetapi juga sahabat, pendengar, dan penyemangat. Dengan energi yang lahir dari niat tulus, ia mampu menjalani hari-hari panjang bersama siswa dengan penuh cinta dan dedikasi.

Menanamkan Nilai Islam dalam Keseharian

Sebagai wali kelas di sekolah Islam, Ustadz Hafis Mustafa, Lc., S.Pd.I tidak hanya bertugas mengajarkan pelajaran umum, tetapi juga menanamkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan siswa. Bagi beliau, pendidikan sejati adalah ketika ilmu yang dipelajari bersatu dengan akhlak mulia.

“Saya selalu berusaha agar anak-anak tidak hanya pintar dalam akademik, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang beriman dan berakhlak baik. Setiap momen di kelas bisa menjadi sarana menanamkan nilai Islam, mulai dari cara berbicara, bersikap jujur, hingga saling menghargai,” tuturnya.

Di awal setiap pembelajaran, ia membiasakan siswa untuk membaca doa. Saat ada masalah di antara siswa, ia selalu mengaitkannya dengan nilai-nilai sabar, ikhlas, dan saling memaafkan. Dengan cara ini, siswa tidak hanya mendengar teori, tetapi juga mengalami langsung bagaimana ajaran Islam hidup dalam keseharian mereka.

Kolaborasi dengan Orang Tua

Tugas wali kelas tentu tidak bisa berjalan maksimal tanpa dukungan orang tua. Karena itu, Ustadz Hafis selalu menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara guru dan wali murid.

“Orang tua adalah partner utama kami. Kami tidak bisa berjalan sendiri. Ketika ada siswa yang mengalami masalah, kami segera berkomunikasi dengan orang tuanya. Begitu juga ketika siswa menunjukkan prestasi, kami ingin orang tua mengetahuinya agar bisa memberikan apresiasi,” jelasnya.

Ia sering mengadakan pertemuan informal dengan orang tua untuk mendiskusikan perkembangan siswa, baik dari sisi akademik maupun sikap. Bahkan, ia membuka ruang komunikasi lewat pesan singkat agar orang tua selalu merasa terhubung dengan sekolah.

Kolaborasi ini terbukti memberi dampak positif. Banyak orang tua yang merasa terbantu karena mereka bisa memahami lebih baik kondisi anak-anak mereka di sekolah. Sementara itu, bagi guru, dukungan orang tua membuat pendekatan pendidikan menjadi lebih holistik dan menyeluruh.

Inspirasi dari Perjalanan Sehari-hari

Dalam perjalanan panjangnya sebagai wali kelas, ada banyak momen kecil yang justru memberi inspirasi besar. Salah satunya adalah ketika melihat siswa-siswa yang awalnya kurang percaya diri, perlahan berubah menjadi lebih berani.

“Saya selalu terharu ketika melihat anak-anak yang dulu tidak berani berbicara di depan kelas, akhirnya bisa tampil dengan percaya diri. Bagi saya, itu adalah pencapaian luar biasa. Sebab pendidikan bukan hanya soal nilai ujian, tetapi juga tentang bagaimana membentuk karakter,” ucapnya dengan mata berbinar.

Bagi Ustadz Hafis, setiap senyum siswa adalah hadiah. Setiap keberhasilan kecil adalah tanda bahwa usaha seorang wali kelas tidak sia-sia.

Pesan Inspiratif bagi Guru dan Murid

Dari pengalaman yang penuh tantangan sekaligus membahagiakan itu, Ustadz Hafis menitipkan pesan inspiratif, tidak hanya untuk siswa, tetapi juga untuk para guru lainnya.

“Untuk anak-anak, jangan pernah takut bermimpi. Jangan pernah merasa kecil karena kalian masih muda. Justru dari sekarang, mulailah membiasakan diri dengan disiplin, jujur, dan berani. Itu akan menjadi bekal besar bagi masa depan kalian,” ujarnya penuh semangat.

Sementara bagi rekan-rekan guru, ia berpesan agar selalu menjaga niat dan semangat.

“Mengajar bukanlah pekerjaan biasa. Ini adalah ibadah. Jadi jangan pernah lelah untuk berbuat baik, meskipun mungkin hasilnya tidak langsung terlihat. Yakinlah, setiap doa yang dipanjatkan siswa akan menjadi cahaya bagi kehidupan kita,” tambahnya.

Harapan ke Depan

Sebagai wali kelas sekaligus pendidik, Ustadz Hafis memiliki harapan besar untuk masa depan pendidikan di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Ia ingin sekolah terus berkembang, tidak hanya dalam fasilitas, tetapi juga dalam kualitas pengajaran dan pembinaan karakter.

“Saya berharap sekolah ini terus menjadi tempat yang melahirkan generasi berakhlak mulia, cerdas, dan siap menghadapi tantangan zaman. Semoga semakin banyak siswa yang tidak hanya unggul di kelas, tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat,” katanya penuh harap.

Menutup dengan Ketulusan

Akhirnya, perjalanan seorang wali kelas memang penuh warna. Ada lelah, ada air mata, tetapi juga ada kebahagiaan yang tak ternilai. Bagi Ustadz Hafis, semua itu layak dijalani karena mendidik adalah jalan pengabdian.

Dengan niat tulus, ia yakin bahwa setiap langkah kecil di kelas akan menjadi amal besar di sisi Allah.

“Saya hanya ingin menjadi bagian kecil dari perjalanan besar anak-anak. Kalau suatu hari mereka berhasil, itu adalah kebahagiaan yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun,” tuturnya menutup wawancara dengan senyum penuh ketulusan.


*****

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun