Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu...

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Susah Move On? Wajar

20 Agustus 2014   03:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia





Kenapa susah move on? Padahal di luar sana masih banyak yang lebih cantik, lebih solehah, lebih kaya, lebih pintar dan keturunan dari keluarga baik-baik. Kenapa? Entahlah. Cinta nyaris selalu berjalan menggilakan, menabrak hukum logika dan sedikit gila.

Coba ingat-ingat, ada berapa banyak kegilaan yang sudah kita lakukan? Membelikanya makanan saat tengah malam? Mengantarnya pulang pergi sukarela? Membelikanya pulsa? Membelikanya baju atau tas? Menemaninya belanja yang bagimu sangat membosankan. Lalu apa lagi? Masih banyak bukan?

Semuanya terjadi begitu gila dan lucu, namun kita sangat menikmati bahwa yang kita lakukan cukup pantas.

Bahkan sebagian dari kita pasti pernah disakiti oleh lelaki atau perempuan (pacar) namun memilih untuk tetap bertahan. Berharap semua bisa diperbaiki dan kembali dimulai dari awal. Sekali, dua kali bahkan ada yang berkali-kali. Sedemikian pantaskah sesuatu yang telah mencipta sakit, kemudian masih dipertahankan? Tak usah heran, memang banyak orang-orang yang lebih memilih untuk disakiti daripada ditinggalkan. Karena keputusan mengakhiri tidak pernah ada dalam kamus seseorang yang sedang mencinta. Bukankah ini gila?

Temanku bilang "kamu ga akan pernah tau kalau belum mengalaminya sendiri"

Bagiku, cinta adalah hipnotis jangka panjang. Perasaan nyaman dan emosional yang dibangun membuat seseorang enggan untuk melihat ke luar. Terlalu takut dan pengecut sampai tidak bisa berpikir logis. Tidak bisa berhitung matematis dan sebagainya. Berlindung di balik kata "setia".

Saya setuju saja jika kesetiaan dipelajari dengan tidak tertarik pada orang lain ketika sudah sepakat untuk beekomitmen. Namun ketika suatu hubungan berjalan kurang baik, masihkan setia bisa ditempatkan? Jika hugungan yang dijalani terasa berat dan lebih sering berseberangan, mungkin pasanganmu memang bukan dia.

Cinta yang tak pernah selesai dibahas itu telah berhasil menyesatkan banyak hati. Dari khalil gibran sampai mereka yang tidak mengenal aksara sama-sama mampu menjelaskan lebih banyak dari makna kata lainya. Sehingga memang tidak ada pengertian yang pas, dan semuanya kembali kepada masing-masing hati.

Pertanyaanya apakah kegilaan tersebut bisa dihentikan? Dalam arti benar-benar melepas masa lalu dan siap membuka hati pada orang-orang di masa depan? Jelas bisa. Namun mungkin tak akan mudah dijalani. Sebagian temanku malah seperti frustasi untuk mencoba lagi "mungkin tidak dalam waktu dekat" katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun