Politik tak pernah sepi kejutan. Dodi Alex Noerdin contohnya, dia mendadak jadi Calon Gubernur Sumatra Selatan 2018. Padahal dirinya belum ada satu tahun dilantik menjadi Bupati Musi Banyuasin (Muba), tepatnya pada tanggal 22 Mei 2017.
Beragam spekulasi muncul atas pencalonan Dodi Reza Alex sebagai Cagub Sumsel. Publik mempertanyakan jiwa kepemimpinan Dodi. Apakah semata-mata keinginannya pribadi? Atau karena desakan ayahnya, Alex Noerdin?
Dodi memang bukan orang yang asing dalam dunia pemerintahan, ia merupakan mantan Anggota DPR RI Fraksi Golkar (2009-2016 dan 2014-2019). Bahkan pada tahun 2014, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VI yang membidangi perdagangan, perindustrian, koperasi, investasi dan BUMN. Pada Pilkada Februari 2017, Dodi bersama pasangannya, Beni berhasil memperoleh suara mencapai 80 persen. Artinya, ia berhak menjabat sebagi Bupati Muba dan menyingkirkan lawannya, Amiri Arifin-Ahmad Thoha.
Meski telah malang melintang dalam dunia pemerintahan, tetapi menjabat sebagai kepala daerah terbilang kurang berpengalaman. Maka wajar publik meragukan kapasitasnya sebagai Cagub Sumsel. Selain itu, jabatannya sebagai Bupati yang baru seumur jagung itu pula yang membuat publik bertanya-tanya soal komitmen kepemimpinannya.
Desakan Alex Noerdin
Majunya Dodi dalam kontestasi Pilkada Sumsel 2018 tak bisa dilepaskan dari peran sang ayah, Alex Noerdin. Â Ayahnya yang sudah dua periode berkuasa di Sumsel ini ingin membangun dinasti politik di daerah tersebut. Karena itu ia mau tak mau harus memaksa sang anak menggantikannya. Hal itulah yang membuat Dodi harus menghianati janji politiknya di Muba, demi memenuhi ambisi sang ayah.
Apa yang diinginkan Alex Noerdin dengan dinasti politiknya adalah untuk mempertahankan dan menguasi seluruh sumber daya ekonomi di Sumsel yang selama ini dibangunnya. Alex Noerdin memahami tanpa kekuasaan politik, ia tak bisa berbuat apa-apa dalam mengontrol segala bisnis yang ada di Sumsel.
Bukti Kelemahan Dodi
Kepatuhan Dodi dalam mengikuti ambisi sang ayah menunjukkan kelemahan dirinya sebagai seorang pemimpin. Ia tak memiliki kepribadian seorang pemimpin. Kalau memang dirinya seorang pemimpin, ia seharusnya menyelesaikan tugasnya sebagai Bupati Muba, bukan mengikuti perintah sang ayah.
Padahal, dalam pilkada Muba 2017, setelah dilantik menjadi Bupati Muba, Dodi berjanji akan menyelesaikan seluruh janji-janjinya selama kampanye. Ia pun menepis isu bahwa Pilkada Muba 2017 itu sebagai batu loncatan dirinya untuk maju di Pilgub Sumsel. Saat ini, dengan maju di Pilgub Sumsel 2018, Dodi tak hanya ingkar terhadap warga Muba tapi juga menunjukan kelemahannya sebagai seorang pemimpin. Â