Mohon tunggu...
aku saja
aku saja Mohon Tunggu... -

hidup di dunia hanya sesaat maka manfaatkan apa yang kita miliki untuk sebanyak-banyaknya manfaat untuk sebanyak-banyak umat

Selanjutnya

Tutup

Humor

Ternyata Kita Masih Kalah dengan Sapi

12 Januari 2011   18:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:39 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

"jangan sombong,kalian masih kalah dengan sapi."  Begitulah ucapan salah satu dosen saya, Pak Hasim namanya. Sekian tahun yang lalu ketika saya masih menjadi anak didik beliau.Saat itu,beliau masih menjadi dosen saja, karena pada akhirnya beliau juga menjadi pembimbing skripsi saya. Beliau terkenal sangat relijius, dan selalu menyelipkan pesan-pesan relijius dalam setiap mata kuliah yang ia sampaikan. Dan, kalau boleh saya pastikan, banyak mahasiswa yang mendnengarkan kuliahnya akan merasa tersentuh dengan pesan-pesan yang beliau selipkan. Lalu apa gerangan yang menyebabkan beliau melontarkan perkataan demikian? Sayangnya,saya lupa tepatnya pada mata kuliah apa beliau melontarkan kalimat -pelan nan dalem- itu. Yang saya ingat, saat itu beliau sedang membahas seputar metabolisme karbohidrat. Glikolisis, siklus Kreb, adalah topik yang seharusnya sudah kami kuasai luar kepala saat itu,namun tetap saja membuat aku dan teman-temanku sekelas saat itu, terpana dengan cara beliau menjelaskan. Sistem pencernaan manusia, tidak seperti hewan ruminansia alias pemakan tumbuhan. Manusia tak mampu mencerna serat,atau ilmiahnya disebut selulosa, secara sempurna seperti halnya sapi,kambing, dan sebangsanya. Alasannya kalau di dalam perut hewan-hewan tersebut, sejak lahirnya sudah dibekali enzim selulase. Kalau dibuat analogi,enzim ini ibarat alat potong spesifik yang memecah molekul selulosa, salah satu turunan karbohidrat yang mengandung atom karbon cukup banyak, menjadi molekul-molekul glukosa. Glukosa inilah produk siap pakai untuk diubah menjadi energi tubuh. Maka tidak heran mengapa orang yang terkena sembelit, konstipasi,atau apapun istilahnya selalu disarankan untuk mengkonsumsi serat, yang notabene banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Mengapa demikian? Karena ketiadaan 'si alat potong' inilah sang serat akan diloloskan begitu saja melalui saluran pembuangan bersama 'tetangga-tetangga' sesama makanan yang tak tercerna lainnya. Seandainya manusia dianugrahi mekanisme pencernaan yang sama dengan hewan-hewan ruminansia, jelas beliau, bayangkan berapa banyak tambahan energi yang didapat dengan mengkonsumsi serat. Belum lagi manfaat dari kotoran yang dihasilkan sapi yang bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk dan biogas. 'Coba bandingkan dengan kotoran kalian?' tanyanya dengan nada guyon. Maklum saja,saat itu teknologi pengolahan kotoran manusia menjadi pupuk belum begitu dikenal. Maka mengangguklah sebagian kepala yang hadir dalam kelas tersebut. Jarang sekali ada yang mengantuk apalagi tertidur di kelas saat beliau mengajar. Suaranya yang membahana begitu proporsional dengan postur tubuhnya yang tinggi nan kekar. Sayangnya, beliau begitu sibuknya sehingga seringkali tak hadir untuk mengajar, mungkin berkaitan dengan posisinya saat itu yang juga sebagai wakil dekan fakultas. Pesan relijius yang sesekali dibarengi dengan humor segar membuat mata kuliah yang terkesan ruwet jika hanya dipelajari lewat buku teks terasa segar dan renyah. Maka kalimat itu menjadi salah satu kalimat dari beliau yang selalu saya ingat sampai sekarang. Sapi aja nggak pernah sombong biarpun dia lebih bermanfaat. Mungkin itulah mengapa sapi selalu bilang 'emoh',karena dia terlalu sungkan. Jadi kalau misalnya lain kali ada yang sok sombong dan sok tahu dengan sesuatu, anda boleh bilang 'nggak usah berlebihan gitu, kita masih kalah kok dengan sapi' hehehe. Salam sapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun